Cerita kita persis sepasang Kyuu.
Kamu tahu sepasang Kyuu itu apa?
Kita bertemu sekarang. Sesuai janjiku, aku akan
bercerita tentang Kyuu yang sudah lama kamu tanya-tanyakan.
Apa itu Kyuu? Hehe… jangan kecewa kalau kukatakan
bahwa itu hanyalah tokoh cerita dalam imajinasiku. Kyuu memiliki bentuk seperti
ikan. Warna mereka cantik sekali; tak hanya satu warna, ada lebih dari tujuh
dan menjadi gradasi yang indah di tubuh mereka. Ukuran Kyuu kecil sekali;
bentuknya mirip kecebong, tapi, dibandingkan kecebong, ukuran mereka tiga kali
lipat lebih besar.
Sepasang Kyuu menghuni sebuah akuarium yang
sangaaaaat besar. Mereka suka sekali dengan “rumah” besar itu. Ada banyak
rumput hias, batu-batuan bulat, karang, dan pasir putih di dasar akuarium. Airnya
jernih bukan main. Sang pemilik akuarium senang merawat mereka. Sepasang Kyuu
jadi betah sekali tinggal di dalamnya.
Mereka bersahabat sejak kecil. Sudah bertahun-tahun
lamanya sejak sepasang Kyuu dibeli dari toko ikan, keduanya hidup bersama. Satu
Kyuu dipanggil pemilik akuarium dengan nama Kyuu Merah, karena warna merah
mendominasi tubuhnya. Satunya lagi yang lebih mungil bernama Kyuu Putih – tentu
karena gradasi warna tubuhnya lebih banyak bergaris putih. Keduanya nyaman
dengan persahabatan mereka, hampir tak bisa dipisahkan walau hanya ujung dengan
ujung akuarium. Selalu bersama.
Kyuu Putih senang menggoda Kyuu Merah. Dia lebih
banyak bertingkah dan memancing Kyuu Merah berenang mengejarnya; kemudian, Kyuu
Putih akan berenang menjauh, bersembunyi, ditemukan Kyuu Merah, dan mereka
tertawa bersama. Kalau tidak diganggu begitu, Kyuu Merah lebih banyak diam dan
mengamati sahabatnya yang lincah bermain-main. Begitulah. Mereka berbeda, tapi
saling mengagumi satu sama lain.
Suatu hari, datang sahabat sang pemilik akuarium.
Dia heran, mengapa kolam sebesar itu tak dihuni makhluk sebijipun. Sang pemilik
akuarium tertawa dan mengajak sahabatnya mendekat ke kaca akuarium. Dibalik
rumput hias, ada sepasang binatang mungil berwarna-warni yang asyik berputar-putar.
Dia menjadi takjub bukan main dan bertanya, apa itu. Pemilik akuarium menjawab,
“Kyuu. Sahabat setia sejak kecil.”
“Aku mau satu!” sahabatnya berseru antusias,
“Boleh?”
Sang pemilik akuarium terdiam. Sepasang Kyuu
mendengar pembicaraan mereka dan berenang surut ke belakang, bersembunyi
dibalik karang.
“Bisa kamu berikan satu untukku?” sahabatnya meminta
lagi. Sang pemilik akuarium tampak keberatan, tapi akhirnya, dia tersenyum dan
mengangguk juga, “Baiklah.”
Sepasang Kyuu merapat ketakutan dibalik karang
ketika tangan si pemilik akuarium diulurkan masuk ke dalam air, mencari mereka
di sela-sela bebatuan. Jemari itu masuk ke lubang karang, dan sepasang Kyuu
berenang menjauh, keluar dari persembunyian mereka, tapi, hap! Sebuah jaring memerangkap Kyuu Merah dan mengangkatnya naik ke
permukaan. Kyuu Putih berusaha mengejar, tapi terlambat. Kyuu Merah berteriak
meminta tolong, tapi tak ada yang mengerti arti teriakannya selain Kyuu Putih.
Sekejab saja, sahabat Kyuu Putih itu sudah masuk ke dalam kantong plastik
berisi sedikit air. Sahabat pemilik akuarium mengikat simpul bagian mulut
plastik dan menyisakan pengap di ruang sempit Kyuu Merah. Dia tertawa senang
dan menepuk bahu sahabatnya penuh terima kasih, lalu pulang membawa Kyuu
Merahnya dengan sangat riang.
Sepasang Kyuu berteriak saling memanggil. Tapi tak
ada yang mengerti arti teriakan mereka….
Bagaimana perasaanmu? Apa menurutmu cerita ini
menarik? Memang tidak ada apa-apanya, hanya sebuah cerita sederhana yang
tokohnya bahkan tak pernah ada di dunia. Entah bagaimana caramu membayangkan
bentuk Kyuu itu. Apa yang tergambar di benakmu seperti ikan koi warna-warni?
Atau, seperti kecebong kecil yang anehnya punya banyak gradasi warna? Di
benakku, Kyuu tergambar dengan sangat cantik. Kalau masih bingung, biar nanti
aku gambarkan seperti apa Kyuu-ku itu.
Kyuu Merah dibawa tinggal di rumah sahabat pemilik
akuarium. Sekarang, masing-masing mereka punya satu Kyuu. Tapi, baik Kyuu Merah
atau Kyuu Putih, keduanya tak punya siapapun lagi.
Kyuu Putih kesepian. Satu hari berlalu, Kyuu Merah
yang dinantinya tak juga kembali. Dua hari… tiga hari… empat… lima….
Berhari-hari sampai bermiggu-minggu lamanya tak ada yang kembali. Kyuu Putih
berenang-renang dengan gelisah, tapi pemilik akuarium melihatnya sebagai ikan yang
lincah. Makhluk kecil yang tak paham apa itu kehilangan. Kyuu Putih
berenang-renang mengitari karang, menyelisip di sela-sela rumput hias, menempel
dari satu batu ke batu yang lain, dan menenggelamkan diri ke dalam balutan
pasir putih. Itu juga yang dilakukannya ketika Kyuu Merah ada di situ. Tapi
kali ini, dia melakukannya seorang diri.
Sendiri…. Kesepian….
Berbeda dengan Kyuu Merah. Di akuarium barunya yang
hanya seukuran mangkuk, Kyuu Merah diam seperti telah mati. Sahabat pemilik
akuarium heran mengapa Kyuu miliknya jadi setenang itu. Tak mau berenang, tak
mau bergerak. Hampir tak pernah makan. Dikira sudah mati, Kyuu Merah
disentuhnya dengan ujung jari. Kyuu melompat di dalam air, menghindar dengan
marah. Sahabat pemilik akuarium tertawa karena terlalu paranoid, tapi setelah
itu, Kyuu Merah benar-benar tak mau bergerak lagi.
….
Menurutmu, apa yang akan terjadi pada mereka? Bisa
kamu tebak? Coba hubungkan dengan cerita kita selama ini. Memang tidak
sepenuhnya sama, tapi kupikir, ini mirip sekali.
Nah, sekarang, ada tokoh baru bernama Kyuu Biru.
Kyuu satu ini cantik sekali. Sahabat pemilik akuarium mendapatkannya dari
sahabatnya yang lain, yang kebetulan sama-sama memelihara Kyuu. Kyuu Biru
ditempatkannya dalam satu wadah bersama Kyuu Merah, sambil mengatakan, “Nah,
kamu dapat teman sekarang. Jangan diam terus. Kyuu Biru akan jadi teman yang
baik untukmu.”
Bertemu dengan Kyuu Merah, Kyuu Biru tersenyum dan
menyapa, “Hai, aku Kyuu Biru.”
Kyuu Merah hanya menyahut sekilas, “Aku Kyuu Merah.”
“Senang bertemu denganmu. Kuharap, kita berdua bisa
menjadi teman baik dari sekarang,” kata Kyuu Biru antusias.
Tapi, mereka tak pernah bisa menjadi sahabat sejati.
Kyuu Merah tidak suka dengan Kyuu Biru. Dia sok cantik, sok manis, sok imut….
Eh, jangan berpikir aku menganalogikan ini dengan
seseorang, ya. Ini hanya dongeng, oke?
Kyuu Merah ingin bertemu dengan Kyuu Putih. Tak ada
bedanya dia kesepian atau ditemani Kyuu Biru. Dua keadaan itu sama
menyebalkannya.
Melihat tak ada yang berubah, sahabat pemilik
akuarium jadi bosan sendiri. Kyuu Biru sudah cukup lincah dan menyenangkan
untuk dilihat, apa gunanya memelihara makhluk kecil yang tak mau makan, tak mau
bergerak, bahkan terlihat seperti sudah hampir mati? Nyaris saja Kyuu Merah
dilemparkannya ke luar jendela, tapi, suara si pemilik akuarium menahan
ulahnya.
Dia terkejut, tahu-tahu sahabatnya ada di rumahnya.
lebih terkejut lagi, si pemilik akuarium itu membawa serta Kyuu Putih miliknya
di dalam sebuah kantong plastik.
“Jangan dibuang. Masukkan ke sini. Mereka bersahabat
sejak lama, pasti tidak menyenangkan harus berpisah selama ini.”
Sahabatnya meringis geli, berpikir bahwa si pemilik
akuarium terlalu berlebihan. Tapi, dimasukkannya juga Kyuu Merah ke dalam
kantong plastik itu.
Terdengar Kyuu Putih memanggil-manggil namanya. Kyuu
Merah nyaris saja mati, dan demi mendengar suara yang lama ditunggunya itu,
Kyuu Merah kembali bergerak dalam air. Kyuu Putih mendekatkan kepalanya ke
kepala Kyuu Merah; menempelkan ekor mungilnya ke ekor sahabatnya. Kyuu Merah
terkejut dan senang bukan main melihat sahabatnya kembali. Dia berenang dengan
lincah di kantong kecil itu. Kyuu Putih tak kalah lincahnya. Keduanya
berpelukan dengan cara mereka – saling menempelkan kepala dan ekor, lalu
berenang berputar-putar tanpa terlepas.
Kedua orang itu terkaget-kaget sendiri dengan
tingkah peliharaan mereka. Si pemilik akuarium lekas berbalik pulang dan
melepaskan Sepasang Kyuu berenang di “rumah” mereka. Akuarium yang sama.
Sahabat yang sama. Kegembiraan yang sama. Dan, beginilah cara sepasang Kyuu
melepaskan kegembiraan mereka.
(Aku menggambar dengan spidol di selembar kertas)
Menurutmu, Sepasang Kyuu mirip dengan apa?
Kalau kamu senyum, berarti kamu tahu. Tebak, apa,
coba?
(Kamu meraih kertas dan mengambil beberapa spidol,
lalu menggambar sesuatu di kertas itu. Katamu, “Iya, aku tahu. Mirip dengan
ini.”)
(Giliran aku yang tersenyum.)
*****