Rabu, 02 Desember 2015

HAI

Hai.

Perpisahan ini menyakitkan. Belakangan, aku suka berpikir, kenapa kita dipertemukan. Terlalu asyik bersama, saling lempar canda dan tawa. Sakitnya memendam rindu, walau terpisah sekian hari saja. Dan sekarang....

... perjumpaan akan menjadi sesuatu bermakna entah. Entah kapan, entah dimana.

Cepat sekali ya waktu berlalu. Kadang aku ingin lupa kita pernah bersama. Tapi, tidak. Semua kenangan bersama kalian adalah indah, bagaimana mungkin aku melupakannya, dan kenapa harus lupa? Jika bisa, malah rasanya ingin kutulis kembali semuanya. Agar aku tak pernah lupa. Agar aku tahu kita pernah bahagia bersama.

Ingin kubilang jangan pergi.
Tapi kalau tak pergi, benar, untuk apa kalian masih di sini. Jalan kalian masih panjang, iya kan? Ada saatnya, kita harus menempuh jalan yang berbeda.

Yang pasti, rindu itu menyakitkan. Sementara di sini, aku harus rela mengucap salam perpisahan dengan senyum mengembang. Meyakinkan kalian bahwa di sini, kami akan baik-baik saja. Tetap semangat dan menjadi pribadi yang ceria.

Sungguh. Kami memang akan berusaha.

Tapi dengan dan tanpa kalian, keduanya punya rasa yang berbeda.

SATU HARI BERSAMA KALIAN

Aku berharap punya satu waktu bersama kalian. Tanpa gadget. Tanpa kamera selfie. Tanpa keinginan untuk memposting apapun.
Hanya kebersamaan. Sehari bepergian, bermain, bercanda, saling berbagi cerita.

Jangan jadi apatis. Terlihat sibuk dengan jari berkejaran di atas ponsel. Mengetik entah apa. Tersenyum sendiri, tertawa sendiri--sementara tepat di hadapan, ada orang yang harusnya lebih pantas diajak berbagi.

Bisakah sehari saja kita tinggalkan rutinitas ini? Karena, jujur saja, aku jenuh. Manusia diperalat dan sudah menjadi budak. Teknologi malah lebih pintar dibandingkan otak. Ayolah, apa menurut kalian ini juga menyebalkan? Kuharap iya.

Karena aku bermimpi punya satu hari bersama kalian; tanpa gadget, kamera, dan postingan.

Lantas, kita duduk bersama di tanah lapang. Memutar lagu klasik. Berdendang bersama sambil ngemil jajanan pasar. Bercerita tentang kenangan, tentang keluarga, teman, sahabat, cinta.... Apa saja selama jajanan belum tandas di atas piring.

Kapan ya?

Pasti menyenangkan :)

STOP JADI BAPER!!

Paling sebel sama orang baperan. Dikit-dikit inget seseorang, dikit-dikit bahas soal cinta, dikit-dikit minta nikah. Oh please, are you kidding me? Karena jujur aja, ini sama sekali nggak lucu -__-

Orang baperan kelihatan lemah. Terlalu lembek. Tukang khayal nggak jelas. Bikin males diajak ngobrol yang agak sensitif.

Cobalah mengontrol diri. Jangan dikit-dikit kebawa perasaan. Males juga orang-orang ngedengerinnya.

Jatuh cinta sih boleh. Tapi, hargai juga perasaan orang lain. Bosan kali, dengerin si baper ngomongin cinta, cinta dan cinta yang entah kapan datangnya, lagi dimana dan sama siapa. Ngga lucu. Ngga asik. Ngga seru.

Plis. Stop jadi orang baper!

KECUALI TUHAN DAN KESEPIAN....

Maaf. Aku mungkin tidak terlalu peduli denganmu. Ketika kamu menangis, aku diam saja. Tak ada inisiatif bertanya, apalagi berusaha untuk menghibur. Kubiarkan begitu saja sampai bengkak matamu dan kamu kelelahan sendiri. Lalu mungkin, mencari tempat bercerita yang lebih pandai jadi pendengar.

Maaf kalau emosimu tak terbaca. Bahwa marahmu, diammu, sedihmu--semua itu tak menggerakkan hatiku untuk mendekat. Aku hanya diam, pura-pura tak melihat, lalu pergi dengan segera. Entahlah. Aku malas bertanya.

Mungkin karena cara kita yang berbeda.

Ketika kamu sedih, kamu butuh teman bercerita. Mungkin sempat kamu berharap, akulah orangnya. Tapi sayang, aku terlalu cuek untuk bisa peka.

Sebaliknya. Ketika aku yang sedih, marah, ataupun kecewa--aku akan pergi ke suatu tempat, dimana tak ada satupun orang yang akan melihatku. Lalu, aku menangis sepuasnya. Meracau semaunya. Dan belajar berpura-pura bahwa aku baik-baik saja.

Benar ya. Ternyata, cara kita memang berbeda. Kamu butuh diperhatikan, sementara aku berpikir, sendirian adalah cara terbaik melepaskan perasaan. Justru, aku marah jika ada yang ingin ikut campur dan bertanya dengan peduli. Aku tidak ingin diperhatikan. Masalahku bukan untuk dibagi kepada siapapun, kecuali Tuhan dan kesepian.

Kuharap, kita bisa saling mengerti. Tapi bukan berarti, aku lantas menjadi orang yang peduli. Bagiku, kepedulian dalam hal ini berarti, membiarkanmu sendiri dan meresapi perasaanmu, lalu meluapkannya entah dengan cara apa, tanpa dilihat siapapun kecuali Tuhan dan kesepian.

CINTA YANG MEMBARA PASTI AKAN MATI. MAKA, JATUH CINTALAH SEWAJARNYA

Kali ini, aku setuju banget sama tulisan Om Henry Manampiring dalam bukunya Cinta (Tidak Harus) Mati. Kalau ditulis ulang dengan bahasa sendiri, memang nggak akan sebagus tulisan aslinya. Tapi, inti moralnya ngena banget, sampai rasanya pengen kuawetin pake tulisanku sendiri. Hehehe.... (buat yang penasaran, monggo dibaca tulisan dari penulis aslinya).

Yang paling kuingat adalah, bahwa cinta tidak sepantasnya disikapi secara berlebihan. Banyak yang mengatasnamakan cinta, lantas seseorang jadi terlalu melankolis, terlalu romantis. Waktu habis dengan asyik memikirkan, menuntut pertemuan, dan rela melakukan apapun demi si dia. Meluncurlah kata-kata gombal, sikap-sikap dimabuk cinta, dan rasa cemburu yang kadang tidak pada tempatnya.

Padahal, cinta yang terlalu tinggi pada seseorang memiliki efek sama seperti nge-fly (Om Henry menyebutnya "high on drugs"). Tinggi, tapi bersifat sementara. Kalau sudah mencapai klimaks, rasa itu akan menurun dengan sendirinya... terus menurun, lantas menghilang sama sekali.

Yang paling aku suka, ketika Om Henry menyebut bahwa "otak harus kembali ke equilibrium-nya." Banyak yang menyangka, ketika cinta sedang tinggi-tingginya, maka itulah yang dinamakan cinta sejati. Memuja sepenuh hati. Padahal, sesuatu yang memabukkan tak ada yang benar-benar baik.

Karena itu, sering kita dapati pasangan yang jatuh cinta di awal, lantas ujung-ujungnya, putus dengan pertengkaran. Saling menuntut, menganggap diri paling benar, seolah lupa kalau dulu punya ribuan kosakata untuk ngegombal di depan pacar. Lupa dulu sering begadang biar bisa telepon-teleponan. Berkorban waktu, uang, tenaga, pulsa dan kuota. Lantas semua berakhir menyedihkan, hancur sehancur-hancurnya.

See? Lamanya masa pacaran, atau merasa saling cocok saat pacaran, tidak akan bisa jadi jaminan bahwa hal yang sama akan berlanjut setelah pernikahan. Efek jatuh cinta memang luar biasa. Tapi, akan ada masanya semua itu berjumpa dengan titik jenuh. Masalahnya, apakah jenuh itu tetap bisa ditoleransi, atau malah menuntut seorang pengganti? Ckckck....

So, cinta yang benar adalah yang memberi rasa tentram, rasa aman, dan rasa nyaman. Tidak terlalu tinggi, tidak berlebihan, dan jangan terlalu mabuk.

Mencintai secukupnya. Mengagumi sewajarnya. Karena perasaan itu baru disebut normal ketika "ia menjadi ekuilibrium itu sendiri" (saya kutip dari kalimat Henry M).

Jatuh cinta seperti sepasang sahabat. Saling menyayangi dan menerima satu sama lain. Karena cinta yang nyaman adalah cinta yang tak banyak riak gelombang. Tenang saja, damai saja, santai saja. :)

Kamis, 26 November 2015

Puisi - JANGAN PERNAH JADI DEWASA, MAY

Jangan pernah jadi dewasa, May
Ayah rindu gelayut manjamu
dan sapa riang tiap senja menjelang
Senyummu adalah penawar
Dan celotehmu membikin Ayah lupa pada penat

Jangan jadi dewasa, May
Tetaplah dengan tawamu yang lepas
Ayah rindu kau pamerkan senyummu,
dengan satu gigi ompong tapi tak
membuat hilang manismu

Kau dulu banyak bercerita
Tentang sekolah, teman bermain,
sampai temanmu yang suka usil
Dan Ayah dengarkan semua itu dengan rasa bahagia
Betapa anakku punya rasa percaya diri
dan kelak, kau tentu berhasil dalam hidupmu

Tapi, May,
sekali waktu, Ayah berharap kau tak pernah
jadi dewasa
Ayah takut kau berubah
Dewasa berarti sibuk, punya lingkungan baru, gaya hidup baru,
cerita baru,
sampai mungkin kau akan lupa
dan tak lagi bercerita
tentang Ayah yang hebat, baik hati,
dan jadi pahlawan untuk seorang May kecil

Jangan jadi dewasa, May
Jadilah anakku yang tak pernah berubah
Karena berubah berarti
engkau telah lupa pada Ayah....





Untuk mereka yang punya pahlawan dalam hidupnya, yang dipanggil Ayah, Bapak, Papa, Daddy, Abi, Abah, atau apapun itu; bersyukurlah. Kalian punya pahlawan yang luar biasa :)

Rabu, 25 November 2015

LET IT FLOW~

Bersama kalian akan selalu seperti ini: bertemu, rasa bahagia jadi berlipat; berpisah, dan rasa rindu jadi jauh berlipat-lipat. Kadang, aku bingung sendiri dengan pertemuan kita. Ada rasa syukur tak terkira karena Allah mempertemukan kita, dan di sisi lain, sadar bahwa pertemuan ini hanya sementara --lalu digantikan oleh orang-orang baru dan akan selalu seperti itu-- aku jadi merasa takut.

Kalian semua sudah seperti saudara. Seperti keluarga sendiri saja buatku. Makanya, aku nggak terlalu sedih ketika harus merantau dan meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama --karena di sini pun, aku punya keluarga. Kalian merangkul dengan erat, mengajak dengan hangat, dan mencipta tawa ceria untuk dibagi kepada sesama. Bersama kalian, rasa cinta itu ada dan terus mengembang. Aku punya kakak, punya adik, punya orang tua.... Semuanya lengkap di tempat ini, walau sejatinya, tak ada ikatan darah di antara kita. Rasa itu mengakar dengan sendirinya. Mungkin ini yang disebut hati saling berpaut.

Aku sedih. Sedih harus melepas kepergian kakak-kakakku kembali ke kota mereka. Sedih karena kemungkinan untuk bertemu akan menjadi lebih jarang. Menghadapi perpisahan, berpikir tentang banyak kemungkinan di masa depan, tentang perjuangan yang masih panjang....

*****

Entah mengapa, rasa percaya kalian menumbuhkan semangat yang luar biasa di hati kami. Aku sendiri tidak lantas takut menghadapi keputusan untuk siap menghadapi resiko. Karena aku punya kalian. Aku punya penyemangat, dan semangat itu terus setia kalian tularkan.

Ada doa yang mengalir. Batin yang akan terus terpaut, dan lisan yang melantun restu untuk perjuangan kita ke depan. Semoga Allah tetap menjaga kita. Menjaga hati, lisan, pikiran, dan langkah-langkah kita. Aku percaya kita bisa. Sungguh. Entah dengan alasan apa --aku hanya percaya saja-- kita bisa jadi orang yang sukses. KITA SEMUA BISA JADI ORANG YANG SUKSES. Karena orang-orang yang terlahir dari ESQ 165 bukan pecundang, bukan orang-orang yang kalah atau mudah menyerah. Aku selalu percaya, kita semua akan menjemput kejayaan dan menjadi generasi yang diharapkan.

Generasi emas 165 :)

[Renungan musywil Fosma 165 Jawa Tengah. Ditulis malam setelah acara --dan semangat itu terus tumbuh dengan sangat percaya diri. "Ya. Kami siap." :) ]

KATA-KATA MOTIVASI 9GAG

Buatku, quotes dari 9GAG keren-keren! Mungkin ini bisa membantu kalian menemukan motivasi.

* Before you assume, learn.
Before you judge, understand.
Before you hurt, feel.
Before you say, think.

* Always find time for the things that make you feel happy to be alive.

* Never underestimate the power of good morning texts, apologies, and random compliments.

* Twenty years from now, you will be more disappointed by the things that you didn't do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the save harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.

* You only life once, but if you do it right, once is enough.

* Don't cry because it's over, smile because it happened.

* The world is filled with nice people. If you can't find one, be one.

* Sometimes you have to stop worying, wondering, and doubting and just have faith that thing will work out.

* When A & B talking about happiness.
A: Where did you find that? I've been searching for it everywhere :(
B: I create it myself.

* What if I told you 10 years from now your life would be exactly the same?
Doubt you'd be happy.
So, why you're afraid to change?

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DAN KEWIRAUSAHAAN BAGI MAHASISWA PENERIMA BIDIKMISI ANGKATAN 2013 DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2015

Semarang; Gedung Prof. Sudharto Undip, 17 November 2015.

MATERI SEMINAR KEWIRAUSAHAAN

*Mengapa memilih jadi entrepeneur? Karena peluangnya besar. Pertumbuhan ekonomi berkembang cepat. Market yang besar. Dan jumlah wirausaha masih sangat kecil.

*Yang perlu dipersiapkan untuk menjadi entrepreneur:
1. Minat
2. Pengalaman (pengalaman kerja)
3. Pergaulan
4. Spesialisasi
5. Inovasi
6. Semangat!

*Janjiku sebagai mahasiswa:
"Saya tidak akan menjadi mahasiswa yang BIASA-BIASA SAJA. Saya harus menjadi mahasiswa yang LUAR BIASA!!"

*Tiga langkah menuju sukses:
1. Ubah cara pandang kita = Focus on success, think positive, change, siap sukses, take action NOW, aku pasti bisa! Never give up! Mohon restu kedua orang tua, perbanyak berdoa, sukses akan datang dengan sendirinya.

2. Ubah karakter kita = biasakan tersenyum, rendah hati (peduli, pemaaf, mau mendengarkan, dsb.)

3. Tingkatkan kompetensi kita = skill, knowledge, attitude, team work.

*Saat ini, kita hidup di suatu masa yang disebut dengan istilah "Abad Fisika Quantum".
Abad Fisika Quantum-> transformasi quantum: dari dominasi OTAK KE HATI (kekuatan pribadi -> kekuatan pribadi+kekuatan Tuhan).
Artinya, mengandalkan akal saja tidak cukup. Harus dengan hati.

*Era ekonomi dengan prinsip manajemen akan kalah dengan era ekonomi berdasarkan kewirausahaan.

*"The fungtion of leadership is to produce more leaders, not more followers" (Ralph Nader)

*7 hal yang membuat mandeg:
1.No Vision (tidak punya tujuan dan impian yang jelas)
2.No Driving Force (tidak punya dorongan atau alasan yang kuat)
3.Not Know How to Reach (tidak tahu bagaimana caranya)
4.No Keep the Steps (tidak memperhatikan langkahnya)
5.No Believe (tidak punya keyakinan yang kuat)
6.No Dicipline & Accountability (tidak punya budaya disiplin dan pertanggungjawaban)
7.Nobody Called Up (tidak ada yang mengingatkan)

1.declare clear vision and create new vision
2.find and share the strong why (pleasure and pain)
3.direct the way
4.take execution and keep controll
5.strong belief and energizer
6.build discipline culture and accountable
7.lead like a coach

JATUH HATI KARENA UKHUWAH

Apa yang bikin aku jatuh hati sama kalian? Ukhuwah. Rasa persaudaraan itu dapet banget. Serasa punya keluarga dimana-mana. Suatu saat nanti, aku harap, kita bisa sukses sama-sama dan tetap saling mengunjungi satu sama lain.

Semoga terus begini. Aku sayang kalian; sangat. Meski tanpa ikatan darah, pun ikatan pernikahan :D, buat aku, kalian selalu jadi keluarga. Rindu kalian.

Semoga Allah mempersatukan kita di surga-Nya nanti.
Tetap semangat ya, teman-temanku. Kudoakan kalian sukses dan bahagia. Aamiin...! ^-^

MOVE~

Bertemu dan berpisah. Menemukan dan kehilangan. Ada rencana, ada pula kenangan. Begitu cara waktu berputar. Tak pernah diam, pun menetap di satu titik. Selalu bergerak. Selalu berpindah.

Tak cukup sekadar bernostalgia untuk menjadi bangkit. Pandangan kita harus tetap lurus ke depan. Menyusun rencana-rencana, menetapkan mimpi, mengumpulkan sebanyak-banyaknya usaha. Masih banyak cita-cita yang harus diraih. Dan langkah kita tak berhenti cukup sampai di sini.

Terima kasih sudah pernah ada di hidupku. Rasanya terlalu singkat dan membuatku sulit untuk percaya. Alangkah cepatnya waktu berputar. Dan kita perlu menyelaraskan langkah dengan detik yang tiada henti.

Sungguh. Aku cinta kalian karena Allah. Tapi sungguh, aku juga berharap, kalian dapat terus berlari mengejar cita-cita. Jadilah sukses, kakak-kakakku. Jadilah orang-orang yang bisa dibanggakan. Kami di sini akan selalu mendoakan kalian, dan mengingat, bahwa banyak kenangan terukir manis di ingatan kita.

Sungguh. Aku sayang kalian karena Allah. :)

[Selasa, 24 Nov '15]

Kamis, 05 November 2015

B-A-P-E-R


Entah sejak kapan istilah ‘baper’ itu muncul; yang jelas, sekarang ini, baper udah kayak virus yang cepat banget menjangkiti kawula muda. Hihi, lucu ya. Sering kita lihat, orang-orang mendadak jadi mellow pas denger lagu-lagu galau. Mendadak pengen ketemu ‘seseorang’ pas disinggung sedikit aja tentang perasaan. Pokoknya, apa-apa larinya jadi ke sesuatu (lebih tepatnya ‘seseorang’) yang lagi nggak ada, tapi di-ada-adain di pikiran. Huuhuu… kangeeen… T-T

Nggak perlu lah ya, saya jelaskan panjang-lebar tentang baper itu apa. Tanpa perlu tercatat dalam KBBI, anak muda mana yang nggak ngerti istilah baper. Bawa Perasaan. Tiba-tiba pengen ketemu, ngobrol, dekat, mengakrab….

Lantas, otak kita mulai bekerja mengkhayalkan ‘hal-hal indah’ tentang dirinya. Mengungkit kenangan, atau bahkan membayangkan bisa “mengukir masa depan” dengan dirinya. Duileee… cinta memang dahsyat, coy! :v

Teman-temanku yang saya sayangi… pernah nggak kalian berpikir, apa kira-kira yang orang lain pikirkan ketika kita mulai baper? Ketika diri kita mulai mengkhayalkan sesuatu yang tak terjangkau. Apa kira-kira tanggapan orang lain ketika melihat kita mendadak sendu, galau, dan mengungkit-ungkit sesuatu yang nggak jelas di mata mereka?

Temans, (pakai’s’ karena banyak teman, hehe…), yuk, coba kita pikirkan sebentar. Apa sisi positif yang bisa kita ambil dari kebaperan kita. Ada teman yang nikah, trus bawaannya jadi suka mikir, “Giliranku kapan?” Sambil asyik bercerita ke teman-teman bahwa kelak akan membangun rumah tangga yang sakinah-mawaddah-warohmah-sumringah-merekah penuh berkah dengan seseorang – sambil ketawa-ketiwi, berharap teman yang mendengarkan akan mengerti (benar-benar mengerti) dengan apa yang kita bicarakan. Ada lagu galau diputer, tiba-tiba keinget pernah punya cerita cinta yang ngegantung…. Lagi jatuh hati sama seseorang, pernah ketemu dan berinteraksi berulang-ulang… lalu ketika berpisah, berharap banget bisa ketemu lagi sama dia, terus, terus, dan teruuuuss… trus menceritakan kerinduannya sama teman-temannya. Baperr….

Ketemu baper, nggak ketemu tambah baper…. Baper’s everywhere.

Duh, Guys… kenapa dikit-dikit harus baper? Coba pikirkan, apa tanggapan orang-orang ketika kita mulai baper? Bisa jadi mereka bosan dengan sikap kita yang terkesan… ehm, apa ya? Galauan, nggak semangat, pengkhayal, lemah, dan kurang memiliki kontrol diri. Padahal, apatah yang kita harapkan dari mengajak serta orang-orang “menikmati” kebaperan kita. Nggak ada yang enak dari mendengarkan orang curhat-curhat galau-nggak jelas. Mungkin, orang-orang akan terlihat berminat dan bersedia “memberikan telinga” untuk menampung curhatan kita, tapi, apakah mereka benar-benar akan “menikmatinya”? Saya yakin sekali, TIDAK.

So, jangan terlalu lemah. Hidup ini indah, guys. Nikmati ritmenya, rasakan kasih-Nya di tiap hembusan napas kita. Buat apa melemahkan diri sendiri dengan khayalan yang tidak berguna, apalagi mengajak orang lain untuk larut ke dalamnya?

Malu lah ya… udah gede masih suka “manja”….

Nggak ada yang salah kok, dari memiliki impian atau cita-cita tentang, ehm, “seseorang”, Tapi, ingat aja, “seseorang” yang kamu maksud itu milik Allah, jadi, cukup dekati Pemiliknya. Hehehe….

Boleh kok, baper. Kata siapa kita bisa selamanya kuat? Tapi, curhatnya ke Allah aja, nggak perlu menampakkan ke orang-orang agar mereka bersimpati pada kita. Tahukah kamu, hal semacam itu tidak akan mengundang simpati sama sekali; yang ada malah sebaliknya, orang-orang jadi bosan sama kita.

Cukup ceritakan masalahmu kepada Allah. Temukan solusi yang tepat dan rasakan, Allah will always be there for us. Always. J



         

Rabu, 28 Oktober 2015

FOSMA JATENG MUNCAK UNGARAN (24 OKT '15)

Alhamdulillah... thanks for the moment! Seneng banget dapat pengalaman muncak perdana bareng anak-anak Fosma. Feel-nya dapet banget! Jadi nagih pengen muncak lagi :'v

Setelah lumayan lama nunggu hari H, plus sempat nggak bisa tidur malam sebelum hari H (nggak tahu kenapa, setiap kali mau ada acara selalu susah tidur, hahaha...), akhirnya, Sabtu, 24 Oktober 2015 kemarin, kita bisa mendaki puncak Ungaran. Yeeeee...!!

Bersyukur banget karena pas hari itu, yang harusnya ada kuliah Bahasa Belanda hari Jumat sampai jam enam sore, jadinya diliburkan karena dosennya sedang ada acara di luar kota. Wuihh... takdir Allah manis sekali ^-^

Karena keberangkatan dibagi menjadi dua kloter (Jumat jam 15.00 dan 19.00 WIB) dan aku memilih kloter kedua, akhirnya, rombongan kloter kedua otewe pas malam-malam. Perjalanan dari Semarang ke Ungaran memakan waktu kurang lebih satu jam.

Karena udah malam banget, dan nggak mungkin bawa motor sampai Promasan, kami turun dan parkir motor di Pos Mawar (buat yang belum tahu apa itu Promasan dan Pos Mawar, muncak gih ke Ungaran. Hahaha... songong nih baru selesai muncak :v). Ke Promasan-nya jalan kaki, dan itu bakal makan waktu sampai kurang lebih dua jam. Sebelum naik, kami berdoa dulu, semoga perjalanan ini dilancarkan Allah dan nggak ada halangan selama pendakian.

Udara dingin dari gunung Ungaran di malam hari menemani perjalanan kami. Well, kenalin, teman-teman saya di kloter dua pas pendakian ke Ungaran: Mas Bagus, Mas Fais, Mas Fajar, Mas Hali, Mas Fahmi, Rey, Shofi, Tri, Ayu, Eka, dan Sulis. Pas pendakian ke Promasan, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Dingin dan gelap. Senter yang kami bawa menyediakan penerangan secukupnya. Pas awal-awal, rasanya capek banget. Napas ngos-ngosan, apalagi ngebayangin dua jam perjalanan yang harus kami tempuh. Sebentar-sebentar istirahat, minum, nyari kayu buat dijadiin tongkat, dan asyik bilang "lima menit lagi nyampe" buat penyemangat :D. Tapi lama-kelamaan, rasanya entengan dan asyik aja dibawa jalan.

Sempat nggak nyangka, ternyata medan yang ditempuh berpasir semua. Kirain tanah basah gitu. Baru nyadar kalau musim kemarau udah parah banget, bahkan nyampe daerah pegunungan. Serba salah jadinya: mau pake masker, napasnya sesak; nggak pake masker, debunya kemana-mana. Bal-bul-bal-bul kalau kata Rey :v

Tapi, pemandangan dari atas, sumpah keren banget. Langitnya bersih, bulannya terang, siluet puncak-puncak pegunungannya bagus. Pemandangan kayak gitu baru bisa dinikmati pas kami lagi istirahat. Habis, kalau udah lanjut perjalanan, jadi fokus sama medannya yang kering-berdebu dan kadang berbatu besar itu.

Ini salah satu alasan kenapa aku jadi nagih muncak. Capeknya beda; enak banget. Menantang, serunya minta tambah. Lega pas dari kejauhan, tempat penginapan kami udah mulai kelihatan.
Nyampe di penginapan (rumah biyung, sebut aja begitu--kami memanggil pemilik rumah tersebut dengan panggilan "biyung"), bertemulah kami dengan teman-teman Fosma dari kloter satu yang sudah berkemul di tikar dan dengan enaknya kami bangunin, hihihi....

Udah jam setengah duabelas malam. Kami muncak jam dua dini hari. Jadi, selama dua setengah jam itu, kami manfaatkan waktu buat istirahat.

Dingin banget.... Rasanya ngantuk, tapi nggak bisa tidur :'v Nggak tahu gimana yang lainnya.
Jam dua dini hari, kami bangun. Nyari kamar mandi yang jaraknya lumayan jauh dari rumah biyung; ngambil wudhu, trus sholat tahajjud.

Jongkok di depan pawon-nya biyung sambil berkemul selimut dan nyeduh susu jahe, lumayan juga buat ngusir dingin. Apalagi sambil makan good time, uhuy, nikmat banget dah :v ngobrol bentar dan asyik becanda bareng teman-teman sebelum nantinya packing buat muncak. Sederhana banget buat jadi bahagia. :)

Akhirnya, kami semua packing buat persiapan muncak bareng. Setelah beres, di luar rumah biyung, kami berdoa bersama, semoga perjalanan muncak di Ungaran bisa dilalui dengan lancar. Keberangkatan kami dimulai hampir jam tiga dini hari.

Langitnya bertaburan bintang-- banyak banget. Nggak akan sebanyak itu kalau aku lihat dari langit Semarang. Kerennya masyaallah....

Muncak dengan track yang lebih menantang. Awalnya cuma tanjakan biasa. Tapi, lama-kelamaan, tanjakannya jadi tambah tinggi dan terjal berbatu. Waktu istirahat kami jadi lebih sering dibandingkan ketika naik dari Pos Mawar ke Promasan. Big challenge buat pemula kayak saya :'v tapi seru. Terus jalan sambil sesekali ngobrol.

Tapi, obrolan kami jadi berbelok pas tiba-tiba, beberapa ratus meter di bawah kami, terlihat kobaran api yang entah bersumber dari mana atau dinyalakan siapa. Pikir kami, ada kebakaran. Jadi rada parno mengingat akhir-akhir ini sering terjadi kebakaran di daerah pegunungan. Apalagi di musim kemarau begini. Waktu itu, aku nggak mau terlalu ambil pusing. Kataku, " Itu cuma api unggun." Kami terlalu parno aja, barangkali terpengaruh berita di televisi. Lagipula, toh apinya nggak besar-besar amat. Akhirnya, kami tetap melanjutkan perjalanan dan terus naik ke puncak.


Medannya semakin susah. Tambah tinggi, kadang dihalangi sama batang-batang pohon yang tumbang melintang. Lumayan susah, sempit, dan sama berdebunya.

Semakin ke atas, semakin dekat menuju puncak, dan semakin lelahnya kami, tahu-tahu ada yang nyeletuk, "Eh, itu yang di bawah, ada api, tuh."

Kami noleh lagi ke bawah, dan, benar aja, api yang kami kira udah padam sekian puluh menit yang lalu, ternyata kelihatan lagi. Entah itu di tempat yang sama dengan tadi atau tidak, yang jelas, kali ini lebih mengerikan. Apinya membesar. Suara "kretek-kretek" dari tetumbuhan yang dilalap api terdengar sampai ke atas. Padahal, jarak kami dengan api sudah sekian ratus meter.

Kali ini, aku jadi parno beneran. Itu jelas-jelas kebakaran. Suaranya aja udah bikin merinding. Teman-teman yang mendaki di baris belakang berteriak sebisanya meminta tolong. Aku sendiri waktu itu ada di barisan depan. Ragu antara mau lanjut naik atau enggak. Kami berhenti di tempat. Sempat kepikiran buat balik turun aja, tapi kami lebih dekat ke puncak Ungaran. Kata teman-teman di barisan tengah, "Udah, naik aja, nggak apa-apa, kok."

Mungkin karena aku yang kurang pengalaman, sepanjang sisa perjalanan, aku jadi paranoid  banget. Takut bakal terjadi apa-apa. Mana ini di gunung, masih subuh, siapa yang tahu dan bakalan nolong kalau ada kebakaran? Cuma bisa pasrah dan percaya aja sama kuasa Allah, minta tolong terus dan sempat berharap hujan bakalan turun. Aku nggak bisa senyum lagi :" bahkan pas rombongan di belakang pada bercanda teriak "I love you" :v aku nggak bisa diajak bercanda sama sekali....

Subuh udah hampir habis, bahkan rasanya terlambat untuk bisa menikmati sunrise. Hampir sampai ke puncak, melihat ada tempat datar yang cukup luas, kami tayamum dan sholat subuh berjamaah. Memanjatkan doa dan berharap agar kami diberi selamat. Setelah sholat subuh, melongok ke bawah tempat sumber api tadi, masyaallah... apinya sudah padam! Yuhuuu... leganya bukan maiiinn...!! Alhamdulillah... Allah Maha Baik.... :'D

Kami menuntaskan perjalanan dengan lanjut mendaki. Sampai di atas, bertemu dengan para pendaki lainnya, rasa legaku jadi bertambah. Alhamdulillah... bisa sampai di puncak dengan selamat. :)
Selanjutnya, jangan ditanya. Ini semacam "ritual wajib" anak muda masa kini yang akhirnyaaa bisa pergi muncak: foto-foto duluuuu...!! :v :v









Narsis sepuasnya. Bikin tulisan "titip salam" dari puncak Ungaran buat teman-teman yang pada request. Selfie berjamaah, trus bikin video tujuh budi utama ESQ. Ketawa-ketawa geli, bikin videonya musti diulang-ulang karena banyak becandanya :'v lucu aja.

Beberapa jam di puncak Ungaran dam menikmati pemandangan alamnya, terasa cukup menghibur juga. Sebenarnya sempat berharap bisa melihat gumpalan awan dari puncak sana, tapi ternyata nggak ada. Puncaknya agak kering, dan ketika matahari semakin naik, udaranya jadi bertambah panas.

Well, bagaimana pun, rasanya tetap senang bisa menaklukkan puncak Ungaran (walaupun nggak benar-benar di puncaknya, tapi sedikit di bawahnya). Medan segitu curam bisa ditaklukkan bersama-sama. Naiknya sama teman-teman Fosma pula. Senang sekaliii...!!

Berharap banget ini adalah pengalaman pertama dan masih ada episode lanjutannya. Suatu saat nanti bakalan muncak lagi, lagi, dan lagi. Tanpa insiden mengerikan apapun. Muncak ke gunung dan melihat kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Bikin terharu. Masyaallah.... :')

Puas menikmati pemandangan di puncak Ungaran, kami kembali turun. Dan ternyata... turun lebih susah daripada naik, sumpah :'v Tapi nggak kerasa capek-capek amat, sih. Sepanjang jalan, ada aja yang bisa dan minta difoto. Yee narsis juga yah kita, ya Allah....







Eeaaa... akhirnya, bisa foto di kebun teh juga.

Menerapkan angel principle, membersihkan area sekitar pegunungan dari sampah-sampah yang entah kenapa bisa sampai nyempil ke perkebunan teh. Sayang banget. Padahal, kalau Ungaran bebas dari sampah, pasti jadinya jauh lebih indah dan nyaman dikunjungi. Buang sampah memang perkara sepele, tapi kalau dilakukan sembarangan jelas merugikan banyak orang. Hmmh... -__-

Begitu sampai di rumah biyung, kami disuguhi makan siang dan dinikmati bareng-bareng. Sholat bareng, trus packing buat balik ke Semarang.

Makasih banget buat biyung yang sudah berbaik hati mengizinkan kami tinggal di rumah beliau. Semoga suatu saat nanti bisa main ke sana lagi ya, biyung.... aamiin....! ^-^



Ciyee... ketua tiga generasi. Solid! Saluut...! :D

Siang hari selepas dzuhur, kami pulang ke Ungaran sesuai kloter masing-masing. Yang kloter satu otewe langsung pakai motor. Kloter duanya jalan kaki lagi ke pos mawar, naik-turun gunung dan masuk hutan. Jalan bentar, foto. Nemu sungai, foto. Bikin asyik perjalanan aja lah pokoknya, hahaha....











Thanks for the moment, guys! Ini sekadar kenang-kenangan kecil buat kita. Semoga suatu saat nanti bisa muncak bareng lagi, dan makin banyak foto yang bisa dikoleksi. Hahaha... :D

*****

Rabu, 21 Oktober 2015

SEPASANG KYUU

Cerita kita persis sepasang Kyuu.

Kamu tahu sepasang Kyuu itu apa?

Kita bertemu sekarang. Sesuai janjiku, aku akan bercerita tentang Kyuu yang sudah lama kamu tanya-tanyakan.

Apa itu Kyuu? Hehe… jangan kecewa kalau kukatakan bahwa itu hanyalah tokoh cerita dalam imajinasiku. Kyuu memiliki bentuk seperti ikan. Warna mereka cantik sekali; tak hanya satu warna, ada lebih dari tujuh dan menjadi gradasi yang indah di tubuh mereka. Ukuran Kyuu kecil sekali; bentuknya mirip kecebong, tapi, dibandingkan kecebong, ukuran mereka tiga kali lipat lebih besar.

Sepasang Kyuu menghuni sebuah akuarium yang sangaaaaat besar. Mereka suka sekali dengan “rumah” besar itu. Ada banyak rumput hias, batu-batuan bulat, karang, dan pasir putih di dasar akuarium. Airnya jernih bukan main. Sang pemilik akuarium senang merawat mereka. Sepasang Kyuu jadi betah sekali tinggal di dalamnya.

Mereka bersahabat sejak kecil. Sudah bertahun-tahun lamanya sejak sepasang Kyuu dibeli dari toko ikan, keduanya hidup bersama. Satu Kyuu dipanggil pemilik akuarium dengan nama Kyuu Merah, karena warna merah mendominasi tubuhnya. Satunya lagi yang lebih mungil bernama Kyuu Putih – tentu karena gradasi warna tubuhnya lebih banyak bergaris putih. Keduanya nyaman dengan persahabatan mereka, hampir tak bisa dipisahkan walau hanya ujung dengan ujung akuarium. Selalu bersama.

Kyuu Putih senang menggoda Kyuu Merah. Dia lebih banyak bertingkah dan memancing Kyuu Merah berenang mengejarnya; kemudian, Kyuu Putih akan berenang menjauh, bersembunyi, ditemukan Kyuu Merah, dan mereka tertawa bersama. Kalau tidak diganggu begitu, Kyuu Merah lebih banyak diam dan mengamati sahabatnya yang lincah bermain-main. Begitulah. Mereka berbeda, tapi saling mengagumi satu sama lain.

Suatu hari, datang sahabat sang pemilik akuarium. Dia heran, mengapa kolam sebesar itu tak dihuni makhluk sebijipun. Sang pemilik akuarium tertawa dan mengajak sahabatnya mendekat ke kaca akuarium. Dibalik rumput hias, ada sepasang binatang mungil berwarna-warni yang asyik berputar-putar. Dia menjadi takjub bukan main dan bertanya, apa itu. Pemilik akuarium menjawab, “Kyuu. Sahabat setia sejak kecil.”

“Aku mau satu!” sahabatnya berseru antusias, “Boleh?”

Sang pemilik akuarium terdiam. Sepasang Kyuu mendengar pembicaraan mereka dan berenang surut ke belakang, bersembunyi dibalik karang.

“Bisa kamu berikan satu untukku?” sahabatnya meminta lagi. Sang pemilik akuarium tampak keberatan, tapi akhirnya, dia tersenyum dan mengangguk juga, “Baiklah.”

Sepasang Kyuu merapat ketakutan dibalik karang ketika tangan si pemilik akuarium diulurkan masuk ke dalam air, mencari mereka di sela-sela bebatuan. Jemari itu masuk ke lubang karang, dan sepasang Kyuu berenang menjauh, keluar dari persembunyian mereka, tapi, hap! Sebuah jaring memerangkap Kyuu Merah dan mengangkatnya naik ke permukaan. Kyuu Putih berusaha mengejar, tapi terlambat. Kyuu Merah berteriak meminta tolong, tapi tak ada yang mengerti arti teriakannya selain Kyuu Putih. Sekejab saja, sahabat Kyuu Putih itu sudah masuk ke dalam kantong plastik berisi sedikit air. Sahabat pemilik akuarium mengikat simpul bagian mulut plastik dan menyisakan pengap di ruang sempit Kyuu Merah. Dia tertawa senang dan menepuk bahu sahabatnya penuh terima kasih, lalu pulang membawa Kyuu Merahnya dengan sangat riang.

Sepasang Kyuu berteriak saling memanggil. Tapi tak ada yang mengerti arti teriakan mereka….

Bagaimana perasaanmu? Apa menurutmu cerita ini menarik? Memang tidak ada apa-apanya, hanya sebuah cerita sederhana yang tokohnya bahkan tak pernah ada di dunia. Entah bagaimana caramu membayangkan bentuk Kyuu itu. Apa yang tergambar di benakmu seperti ikan koi warna-warni? Atau, seperti kecebong kecil yang anehnya punya banyak gradasi warna? Di benakku, Kyuu tergambar dengan sangat cantik. Kalau masih bingung, biar nanti aku gambarkan seperti apa Kyuu-ku itu.

Kyuu Merah dibawa tinggal di rumah sahabat pemilik akuarium. Sekarang, masing-masing mereka punya satu Kyuu. Tapi, baik Kyuu Merah atau Kyuu Putih, keduanya tak punya siapapun lagi.

Kyuu Putih kesepian. Satu hari berlalu, Kyuu Merah yang dinantinya tak juga kembali. Dua hari… tiga hari… empat… lima…. Berhari-hari sampai bermiggu-minggu lamanya tak ada yang kembali. Kyuu Putih berenang-renang dengan gelisah, tapi pemilik akuarium melihatnya sebagai ikan yang lincah. Makhluk kecil yang tak paham apa itu kehilangan. Kyuu Putih berenang-renang mengitari karang, menyelisip di sela-sela rumput hias, menempel dari satu batu ke batu yang lain, dan menenggelamkan diri ke dalam balutan pasir putih. Itu juga yang dilakukannya ketika Kyuu Merah ada di situ. Tapi kali ini, dia melakukannya seorang diri.

Sendiri…. Kesepian….

Berbeda dengan Kyuu Merah. Di akuarium barunya yang hanya seukuran mangkuk, Kyuu Merah diam seperti telah mati. Sahabat pemilik akuarium heran mengapa Kyuu miliknya jadi setenang itu. Tak mau berenang, tak mau bergerak. Hampir tak pernah makan. Dikira sudah mati, Kyuu Merah disentuhnya dengan ujung jari. Kyuu melompat di dalam air, menghindar dengan marah. Sahabat pemilik akuarium tertawa karena terlalu paranoid, tapi setelah itu, Kyuu Merah benar-benar tak mau bergerak lagi.

….

Menurutmu, apa yang akan terjadi pada mereka? Bisa kamu tebak? Coba hubungkan dengan cerita kita selama ini. Memang tidak sepenuhnya sama, tapi kupikir, ini mirip sekali.

Nah, sekarang, ada tokoh baru bernama Kyuu Biru. Kyuu satu ini cantik sekali. Sahabat pemilik akuarium mendapatkannya dari sahabatnya yang lain, yang kebetulan sama-sama memelihara Kyuu. Kyuu Biru ditempatkannya dalam satu wadah bersama Kyuu Merah, sambil mengatakan, “Nah, kamu dapat teman sekarang. Jangan diam terus. Kyuu Biru akan jadi teman yang baik untukmu.”

Bertemu dengan Kyuu Merah, Kyuu Biru tersenyum dan menyapa, “Hai, aku Kyuu Biru.”

Kyuu Merah hanya menyahut sekilas, “Aku Kyuu Merah.”

“Senang bertemu denganmu. Kuharap, kita berdua bisa menjadi teman baik dari sekarang,” kata Kyuu Biru antusias.

Tapi, mereka tak pernah bisa menjadi sahabat sejati. Kyuu Merah tidak suka dengan Kyuu Biru. Dia sok cantik, sok manis, sok imut….

Eh, jangan berpikir aku menganalogikan ini dengan seseorang, ya. Ini hanya dongeng, oke?

Kyuu Merah ingin bertemu dengan Kyuu Putih. Tak ada bedanya dia kesepian atau ditemani Kyuu Biru. Dua keadaan itu sama menyebalkannya.

Melihat tak ada yang berubah, sahabat pemilik akuarium jadi bosan sendiri. Kyuu Biru sudah cukup lincah dan menyenangkan untuk dilihat, apa gunanya memelihara makhluk kecil yang tak mau makan, tak mau bergerak, bahkan terlihat seperti sudah hampir mati? Nyaris saja Kyuu Merah dilemparkannya ke luar jendela, tapi, suara si pemilik akuarium menahan ulahnya.

Dia terkejut, tahu-tahu sahabatnya ada di rumahnya. lebih terkejut lagi, si pemilik akuarium itu membawa serta Kyuu Putih miliknya di dalam sebuah kantong plastik.

“Jangan dibuang. Masukkan ke sini. Mereka bersahabat sejak lama, pasti tidak menyenangkan harus berpisah selama ini.”

Sahabatnya meringis geli, berpikir bahwa si pemilik akuarium terlalu berlebihan. Tapi, dimasukkannya juga Kyuu Merah ke dalam kantong plastik itu.

Terdengar Kyuu Putih memanggil-manggil namanya. Kyuu Merah nyaris saja mati, dan demi mendengar suara yang lama ditunggunya itu, Kyuu Merah kembali bergerak dalam air. Kyuu Putih mendekatkan kepalanya ke kepala Kyuu Merah; menempelkan ekor mungilnya ke ekor sahabatnya. Kyuu Merah terkejut dan senang bukan main melihat sahabatnya kembali. Dia berenang dengan lincah di kantong kecil itu. Kyuu Putih tak kalah lincahnya. Keduanya berpelukan dengan cara mereka – saling menempelkan kepala dan ekor, lalu berenang berputar-putar tanpa terlepas.

Kedua orang itu terkaget-kaget sendiri dengan tingkah peliharaan mereka. Si pemilik akuarium lekas berbalik pulang dan melepaskan Sepasang Kyuu berenang di “rumah” mereka. Akuarium yang sama. Sahabat yang sama. Kegembiraan yang sama. Dan, beginilah cara sepasang Kyuu melepaskan kegembiraan mereka.
(Aku menggambar dengan spidol di selembar kertas)



Menurutmu, Sepasang Kyuu mirip dengan apa?

Kalau kamu senyum, berarti kamu tahu. Tebak, apa, coba?

(Kamu meraih kertas dan mengambil beberapa spidol, lalu menggambar sesuatu di kertas itu. Katamu, “Iya, aku tahu. Mirip dengan ini.”)



(Giliran aku yang tersenyum.)
*****