Alhamdulillah... thanks for the moment! Seneng banget dapat pengalaman muncak perdana bareng anak-anak Fosma. Feel-nya dapet banget! Jadi nagih pengen muncak lagi :'v
Setelah lumayan lama nunggu hari H, plus sempat nggak bisa tidur malam sebelum hari H (nggak tahu kenapa, setiap kali mau ada acara selalu susah tidur, hahaha...), akhirnya, Sabtu, 24 Oktober 2015 kemarin, kita bisa mendaki puncak Ungaran. Yeeeee...!!
Bersyukur banget karena pas hari itu, yang harusnya ada kuliah Bahasa Belanda hari Jumat sampai jam enam sore, jadinya diliburkan karena dosennya sedang ada acara di luar kota. Wuihh... takdir Allah manis sekali ^-^
Karena keberangkatan dibagi menjadi dua kloter (Jumat jam 15.00 dan 19.00 WIB) dan aku memilih kloter kedua, akhirnya, rombongan kloter kedua otewe pas malam-malam. Perjalanan dari Semarang ke Ungaran memakan waktu kurang lebih satu jam.
Karena udah malam banget, dan nggak mungkin bawa motor sampai Promasan, kami turun dan parkir motor di Pos Mawar (buat yang belum tahu apa itu Promasan dan Pos Mawar, muncak gih ke Ungaran. Hahaha... songong nih baru selesai muncak :v). Ke Promasan-nya jalan kaki, dan itu bakal makan waktu sampai kurang lebih dua jam. Sebelum naik, kami berdoa dulu, semoga perjalanan ini dilancarkan Allah dan nggak ada halangan selama pendakian.
Udara dingin dari gunung Ungaran di malam hari menemani perjalanan kami. Well, kenalin, teman-teman saya di kloter dua pas pendakian ke Ungaran: Mas Bagus, Mas Fais, Mas Fajar, Mas Hali, Mas Fahmi, Rey, Shofi, Tri, Ayu, Eka, dan Sulis. Pas pendakian ke Promasan, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Dingin dan gelap. Senter yang kami bawa menyediakan penerangan secukupnya. Pas awal-awal, rasanya capek banget. Napas ngos-ngosan, apalagi ngebayangin dua jam perjalanan yang harus kami tempuh. Sebentar-sebentar istirahat, minum, nyari kayu buat dijadiin tongkat, dan asyik bilang "lima menit lagi nyampe" buat penyemangat :D. Tapi lama-kelamaan, rasanya entengan dan asyik aja dibawa jalan.
Sempat nggak nyangka, ternyata medan yang ditempuh berpasir semua. Kirain tanah basah gitu. Baru nyadar kalau musim kemarau udah parah banget, bahkan nyampe daerah pegunungan. Serba salah jadinya: mau pake masker, napasnya sesak; nggak pake masker, debunya kemana-mana. Bal-bul-bal-bul kalau kata Rey :v
Tapi, pemandangan dari atas, sumpah keren banget. Langitnya bersih, bulannya terang, siluet puncak-puncak pegunungannya bagus. Pemandangan kayak gitu baru bisa dinikmati pas kami lagi istirahat. Habis, kalau udah lanjut perjalanan, jadi fokus sama medannya yang kering-berdebu dan kadang berbatu besar itu.
Ini salah satu alasan kenapa aku jadi nagih muncak. Capeknya beda; enak banget. Menantang, serunya minta tambah. Lega pas dari kejauhan, tempat penginapan kami udah mulai kelihatan.
Nyampe di penginapan (rumah biyung, sebut aja begitu--kami memanggil pemilik rumah tersebut dengan panggilan "biyung"), bertemulah kami dengan teman-teman Fosma dari kloter satu yang sudah berkemul di tikar dan dengan enaknya kami bangunin, hihihi....
Udah jam setengah duabelas malam. Kami muncak jam dua dini hari. Jadi, selama dua setengah jam itu, kami manfaatkan waktu buat istirahat.
Dingin banget.... Rasanya ngantuk, tapi nggak bisa tidur :'v Nggak tahu gimana yang lainnya.
Jam dua dini hari, kami bangun. Nyari kamar mandi yang jaraknya lumayan jauh dari rumah biyung; ngambil wudhu, trus sholat tahajjud.
Jongkok di depan pawon-nya biyung sambil berkemul selimut dan nyeduh susu jahe, lumayan juga buat ngusir dingin. Apalagi sambil makan good time, uhuy, nikmat banget dah :v ngobrol bentar dan asyik becanda bareng teman-teman sebelum nantinya packing buat muncak. Sederhana banget buat jadi bahagia. :)
Akhirnya, kami semua packing buat persiapan muncak bareng. Setelah beres, di luar rumah biyung, kami berdoa bersama, semoga perjalanan muncak di Ungaran bisa dilalui dengan lancar. Keberangkatan kami dimulai hampir jam tiga dini hari.
Langitnya bertaburan bintang-- banyak banget. Nggak akan sebanyak itu kalau aku lihat dari langit Semarang. Kerennya masyaallah....
Muncak dengan track yang lebih menantang. Awalnya cuma tanjakan biasa. Tapi, lama-kelamaan, tanjakannya jadi tambah tinggi dan terjal berbatu. Waktu istirahat kami jadi lebih sering dibandingkan ketika naik dari Pos Mawar ke Promasan. Big challenge buat pemula kayak saya :'v tapi seru. Terus jalan sambil sesekali ngobrol.
Tapi, obrolan kami jadi berbelok pas tiba-tiba, beberapa ratus meter di bawah kami, terlihat kobaran api yang entah bersumber dari mana atau dinyalakan siapa. Pikir kami, ada kebakaran. Jadi rada parno mengingat akhir-akhir ini sering terjadi kebakaran di daerah pegunungan. Apalagi di musim kemarau begini. Waktu itu, aku nggak mau terlalu ambil pusing. Kataku, " Itu cuma api unggun." Kami terlalu parno aja, barangkali terpengaruh berita di televisi. Lagipula, toh apinya nggak besar-besar amat. Akhirnya, kami tetap melanjutkan perjalanan dan terus naik ke puncak.
Medannya semakin susah. Tambah tinggi, kadang dihalangi sama batang-batang pohon yang tumbang melintang. Lumayan susah, sempit, dan sama berdebunya.
Semakin ke atas, semakin dekat menuju puncak, dan semakin lelahnya kami, tahu-tahu ada yang nyeletuk, "Eh, itu yang di bawah, ada api, tuh."
Kami noleh lagi ke bawah, dan, benar aja, api yang kami kira udah padam sekian puluh menit yang lalu, ternyata kelihatan lagi. Entah itu di tempat yang sama dengan tadi atau tidak, yang jelas, kali ini lebih mengerikan. Apinya membesar. Suara "kretek-kretek" dari tetumbuhan yang dilalap api terdengar sampai ke atas. Padahal, jarak kami dengan api sudah sekian ratus meter.
Kali ini, aku jadi parno beneran. Itu jelas-jelas kebakaran. Suaranya aja udah bikin merinding. Teman-teman yang mendaki di baris belakang berteriak sebisanya meminta tolong. Aku sendiri waktu itu ada di barisan depan. Ragu antara mau lanjut naik atau enggak. Kami berhenti di tempat. Sempat kepikiran buat balik turun aja, tapi kami lebih dekat ke puncak Ungaran. Kata teman-teman di barisan tengah, "Udah, naik aja, nggak apa-apa, kok."
Mungkin karena aku yang kurang pengalaman, sepanjang sisa perjalanan, aku jadi paranoid banget. Takut bakal terjadi apa-apa. Mana ini di gunung, masih subuh, siapa yang tahu dan bakalan nolong kalau ada kebakaran? Cuma bisa pasrah dan percaya aja sama kuasa Allah, minta tolong terus dan sempat berharap hujan bakalan turun. Aku nggak bisa senyum lagi :" bahkan pas rombongan di belakang pada bercanda teriak "I love you" :v aku nggak bisa diajak bercanda sama sekali....
Subuh udah hampir habis, bahkan rasanya terlambat untuk bisa menikmati sunrise. Hampir sampai ke puncak, melihat ada tempat datar yang cukup luas, kami tayamum dan sholat subuh berjamaah. Memanjatkan doa dan berharap agar kami diberi selamat. Setelah sholat subuh, melongok ke bawah tempat sumber api tadi, masyaallah... apinya sudah padam! Yuhuuu... leganya bukan maiiinn...!! Alhamdulillah... Allah Maha Baik.... :'D
Kami menuntaskan perjalanan dengan lanjut mendaki. Sampai di atas, bertemu dengan para pendaki lainnya, rasa legaku jadi bertambah. Alhamdulillah... bisa sampai di puncak dengan selamat. :)
Selanjutnya, jangan ditanya. Ini semacam "ritual wajib" anak muda masa kini yang akhirnyaaa bisa pergi muncak: foto-foto duluuuu...!! :v :v
Narsis sepuasnya. Bikin tulisan "titip salam" dari puncak Ungaran buat teman-teman yang pada request. Selfie berjamaah, trus bikin video tujuh budi utama ESQ. Ketawa-ketawa geli, bikin videonya musti diulang-ulang karena banyak becandanya :'v lucu aja.
Beberapa jam di puncak Ungaran dam menikmati pemandangan alamnya, terasa cukup menghibur juga. Sebenarnya sempat berharap bisa melihat gumpalan awan dari puncak sana, tapi ternyata nggak ada. Puncaknya agak kering, dan ketika matahari semakin naik, udaranya jadi bertambah panas.
Well, bagaimana pun, rasanya tetap senang bisa menaklukkan puncak Ungaran (walaupun nggak benar-benar di puncaknya, tapi sedikit di bawahnya). Medan segitu curam bisa ditaklukkan bersama-sama. Naiknya sama teman-teman Fosma pula. Senang sekaliii...!!
Berharap banget ini adalah pengalaman pertama dan masih ada episode lanjutannya. Suatu saat nanti bakalan muncak lagi, lagi, dan lagi. Tanpa insiden mengerikan apapun. Muncak ke gunung dan melihat kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Bikin terharu. Masyaallah.... :')
Puas menikmati pemandangan di puncak Ungaran, kami kembali turun. Dan ternyata... turun lebih susah daripada naik, sumpah :'v Tapi nggak kerasa capek-capek amat, sih. Sepanjang jalan, ada aja yang bisa dan minta difoto. Yee narsis juga yah kita, ya Allah....
Eeaaa... akhirnya, bisa foto di kebun teh juga.
Menerapkan angel principle, membersihkan area sekitar pegunungan dari sampah-sampah yang entah kenapa bisa sampai nyempil ke perkebunan teh. Sayang banget. Padahal, kalau Ungaran bebas dari sampah, pasti jadinya jauh lebih indah dan nyaman dikunjungi. Buang sampah memang perkara sepele, tapi kalau dilakukan sembarangan jelas merugikan banyak orang. Hmmh... -__-
Begitu sampai di rumah biyung, kami disuguhi makan siang dan dinikmati bareng-bareng. Sholat bareng, trus packing buat balik ke Semarang.
Makasih banget buat biyung yang sudah berbaik hati mengizinkan kami tinggal di rumah beliau. Semoga suatu saat nanti bisa main ke sana lagi ya, biyung.... aamiin....! ^-^
Ciyee... ketua tiga generasi. Solid! Saluut...! :D
Siang hari selepas dzuhur, kami pulang ke Ungaran sesuai kloter masing-masing. Yang kloter satu otewe langsung pakai motor. Kloter duanya jalan kaki lagi ke pos mawar, naik-turun gunung dan masuk hutan. Jalan bentar, foto. Nemu sungai, foto. Bikin asyik perjalanan aja lah pokoknya, hahaha....
Thanks for the moment, guys! Ini sekadar kenang-kenangan kecil buat kita. Semoga suatu saat nanti bisa muncak bareng lagi, dan makin banyak foto yang bisa dikoleksi. Hahaha... :D
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar