Rabu, 21 Oktober 2015

SEPASANG KYUU

Cerita kita persis sepasang Kyuu.

Kamu tahu sepasang Kyuu itu apa?

Kita bertemu sekarang. Sesuai janjiku, aku akan bercerita tentang Kyuu yang sudah lama kamu tanya-tanyakan.

Apa itu Kyuu? Hehe… jangan kecewa kalau kukatakan bahwa itu hanyalah tokoh cerita dalam imajinasiku. Kyuu memiliki bentuk seperti ikan. Warna mereka cantik sekali; tak hanya satu warna, ada lebih dari tujuh dan menjadi gradasi yang indah di tubuh mereka. Ukuran Kyuu kecil sekali; bentuknya mirip kecebong, tapi, dibandingkan kecebong, ukuran mereka tiga kali lipat lebih besar.

Sepasang Kyuu menghuni sebuah akuarium yang sangaaaaat besar. Mereka suka sekali dengan “rumah” besar itu. Ada banyak rumput hias, batu-batuan bulat, karang, dan pasir putih di dasar akuarium. Airnya jernih bukan main. Sang pemilik akuarium senang merawat mereka. Sepasang Kyuu jadi betah sekali tinggal di dalamnya.

Mereka bersahabat sejak kecil. Sudah bertahun-tahun lamanya sejak sepasang Kyuu dibeli dari toko ikan, keduanya hidup bersama. Satu Kyuu dipanggil pemilik akuarium dengan nama Kyuu Merah, karena warna merah mendominasi tubuhnya. Satunya lagi yang lebih mungil bernama Kyuu Putih – tentu karena gradasi warna tubuhnya lebih banyak bergaris putih. Keduanya nyaman dengan persahabatan mereka, hampir tak bisa dipisahkan walau hanya ujung dengan ujung akuarium. Selalu bersama.

Kyuu Putih senang menggoda Kyuu Merah. Dia lebih banyak bertingkah dan memancing Kyuu Merah berenang mengejarnya; kemudian, Kyuu Putih akan berenang menjauh, bersembunyi, ditemukan Kyuu Merah, dan mereka tertawa bersama. Kalau tidak diganggu begitu, Kyuu Merah lebih banyak diam dan mengamati sahabatnya yang lincah bermain-main. Begitulah. Mereka berbeda, tapi saling mengagumi satu sama lain.

Suatu hari, datang sahabat sang pemilik akuarium. Dia heran, mengapa kolam sebesar itu tak dihuni makhluk sebijipun. Sang pemilik akuarium tertawa dan mengajak sahabatnya mendekat ke kaca akuarium. Dibalik rumput hias, ada sepasang binatang mungil berwarna-warni yang asyik berputar-putar. Dia menjadi takjub bukan main dan bertanya, apa itu. Pemilik akuarium menjawab, “Kyuu. Sahabat setia sejak kecil.”

“Aku mau satu!” sahabatnya berseru antusias, “Boleh?”

Sang pemilik akuarium terdiam. Sepasang Kyuu mendengar pembicaraan mereka dan berenang surut ke belakang, bersembunyi dibalik karang.

“Bisa kamu berikan satu untukku?” sahabatnya meminta lagi. Sang pemilik akuarium tampak keberatan, tapi akhirnya, dia tersenyum dan mengangguk juga, “Baiklah.”

Sepasang Kyuu merapat ketakutan dibalik karang ketika tangan si pemilik akuarium diulurkan masuk ke dalam air, mencari mereka di sela-sela bebatuan. Jemari itu masuk ke lubang karang, dan sepasang Kyuu berenang menjauh, keluar dari persembunyian mereka, tapi, hap! Sebuah jaring memerangkap Kyuu Merah dan mengangkatnya naik ke permukaan. Kyuu Putih berusaha mengejar, tapi terlambat. Kyuu Merah berteriak meminta tolong, tapi tak ada yang mengerti arti teriakannya selain Kyuu Putih. Sekejab saja, sahabat Kyuu Putih itu sudah masuk ke dalam kantong plastik berisi sedikit air. Sahabat pemilik akuarium mengikat simpul bagian mulut plastik dan menyisakan pengap di ruang sempit Kyuu Merah. Dia tertawa senang dan menepuk bahu sahabatnya penuh terima kasih, lalu pulang membawa Kyuu Merahnya dengan sangat riang.

Sepasang Kyuu berteriak saling memanggil. Tapi tak ada yang mengerti arti teriakan mereka….

Bagaimana perasaanmu? Apa menurutmu cerita ini menarik? Memang tidak ada apa-apanya, hanya sebuah cerita sederhana yang tokohnya bahkan tak pernah ada di dunia. Entah bagaimana caramu membayangkan bentuk Kyuu itu. Apa yang tergambar di benakmu seperti ikan koi warna-warni? Atau, seperti kecebong kecil yang anehnya punya banyak gradasi warna? Di benakku, Kyuu tergambar dengan sangat cantik. Kalau masih bingung, biar nanti aku gambarkan seperti apa Kyuu-ku itu.

Kyuu Merah dibawa tinggal di rumah sahabat pemilik akuarium. Sekarang, masing-masing mereka punya satu Kyuu. Tapi, baik Kyuu Merah atau Kyuu Putih, keduanya tak punya siapapun lagi.

Kyuu Putih kesepian. Satu hari berlalu, Kyuu Merah yang dinantinya tak juga kembali. Dua hari… tiga hari… empat… lima…. Berhari-hari sampai bermiggu-minggu lamanya tak ada yang kembali. Kyuu Putih berenang-renang dengan gelisah, tapi pemilik akuarium melihatnya sebagai ikan yang lincah. Makhluk kecil yang tak paham apa itu kehilangan. Kyuu Putih berenang-renang mengitari karang, menyelisip di sela-sela rumput hias, menempel dari satu batu ke batu yang lain, dan menenggelamkan diri ke dalam balutan pasir putih. Itu juga yang dilakukannya ketika Kyuu Merah ada di situ. Tapi kali ini, dia melakukannya seorang diri.

Sendiri…. Kesepian….

Berbeda dengan Kyuu Merah. Di akuarium barunya yang hanya seukuran mangkuk, Kyuu Merah diam seperti telah mati. Sahabat pemilik akuarium heran mengapa Kyuu miliknya jadi setenang itu. Tak mau berenang, tak mau bergerak. Hampir tak pernah makan. Dikira sudah mati, Kyuu Merah disentuhnya dengan ujung jari. Kyuu melompat di dalam air, menghindar dengan marah. Sahabat pemilik akuarium tertawa karena terlalu paranoid, tapi setelah itu, Kyuu Merah benar-benar tak mau bergerak lagi.

….

Menurutmu, apa yang akan terjadi pada mereka? Bisa kamu tebak? Coba hubungkan dengan cerita kita selama ini. Memang tidak sepenuhnya sama, tapi kupikir, ini mirip sekali.

Nah, sekarang, ada tokoh baru bernama Kyuu Biru. Kyuu satu ini cantik sekali. Sahabat pemilik akuarium mendapatkannya dari sahabatnya yang lain, yang kebetulan sama-sama memelihara Kyuu. Kyuu Biru ditempatkannya dalam satu wadah bersama Kyuu Merah, sambil mengatakan, “Nah, kamu dapat teman sekarang. Jangan diam terus. Kyuu Biru akan jadi teman yang baik untukmu.”

Bertemu dengan Kyuu Merah, Kyuu Biru tersenyum dan menyapa, “Hai, aku Kyuu Biru.”

Kyuu Merah hanya menyahut sekilas, “Aku Kyuu Merah.”

“Senang bertemu denganmu. Kuharap, kita berdua bisa menjadi teman baik dari sekarang,” kata Kyuu Biru antusias.

Tapi, mereka tak pernah bisa menjadi sahabat sejati. Kyuu Merah tidak suka dengan Kyuu Biru. Dia sok cantik, sok manis, sok imut….

Eh, jangan berpikir aku menganalogikan ini dengan seseorang, ya. Ini hanya dongeng, oke?

Kyuu Merah ingin bertemu dengan Kyuu Putih. Tak ada bedanya dia kesepian atau ditemani Kyuu Biru. Dua keadaan itu sama menyebalkannya.

Melihat tak ada yang berubah, sahabat pemilik akuarium jadi bosan sendiri. Kyuu Biru sudah cukup lincah dan menyenangkan untuk dilihat, apa gunanya memelihara makhluk kecil yang tak mau makan, tak mau bergerak, bahkan terlihat seperti sudah hampir mati? Nyaris saja Kyuu Merah dilemparkannya ke luar jendela, tapi, suara si pemilik akuarium menahan ulahnya.

Dia terkejut, tahu-tahu sahabatnya ada di rumahnya. lebih terkejut lagi, si pemilik akuarium itu membawa serta Kyuu Putih miliknya di dalam sebuah kantong plastik.

“Jangan dibuang. Masukkan ke sini. Mereka bersahabat sejak lama, pasti tidak menyenangkan harus berpisah selama ini.”

Sahabatnya meringis geli, berpikir bahwa si pemilik akuarium terlalu berlebihan. Tapi, dimasukkannya juga Kyuu Merah ke dalam kantong plastik itu.

Terdengar Kyuu Putih memanggil-manggil namanya. Kyuu Merah nyaris saja mati, dan demi mendengar suara yang lama ditunggunya itu, Kyuu Merah kembali bergerak dalam air. Kyuu Putih mendekatkan kepalanya ke kepala Kyuu Merah; menempelkan ekor mungilnya ke ekor sahabatnya. Kyuu Merah terkejut dan senang bukan main melihat sahabatnya kembali. Dia berenang dengan lincah di kantong kecil itu. Kyuu Putih tak kalah lincahnya. Keduanya berpelukan dengan cara mereka – saling menempelkan kepala dan ekor, lalu berenang berputar-putar tanpa terlepas.

Kedua orang itu terkaget-kaget sendiri dengan tingkah peliharaan mereka. Si pemilik akuarium lekas berbalik pulang dan melepaskan Sepasang Kyuu berenang di “rumah” mereka. Akuarium yang sama. Sahabat yang sama. Kegembiraan yang sama. Dan, beginilah cara sepasang Kyuu melepaskan kegembiraan mereka.
(Aku menggambar dengan spidol di selembar kertas)



Menurutmu, Sepasang Kyuu mirip dengan apa?

Kalau kamu senyum, berarti kamu tahu. Tebak, apa, coba?

(Kamu meraih kertas dan mengambil beberapa spidol, lalu menggambar sesuatu di kertas itu. Katamu, “Iya, aku tahu. Mirip dengan ini.”)



(Giliran aku yang tersenyum.)
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar