Rabu, 02 Desember 2015

KECUALI TUHAN DAN KESEPIAN....

Maaf. Aku mungkin tidak terlalu peduli denganmu. Ketika kamu menangis, aku diam saja. Tak ada inisiatif bertanya, apalagi berusaha untuk menghibur. Kubiarkan begitu saja sampai bengkak matamu dan kamu kelelahan sendiri. Lalu mungkin, mencari tempat bercerita yang lebih pandai jadi pendengar.

Maaf kalau emosimu tak terbaca. Bahwa marahmu, diammu, sedihmu--semua itu tak menggerakkan hatiku untuk mendekat. Aku hanya diam, pura-pura tak melihat, lalu pergi dengan segera. Entahlah. Aku malas bertanya.

Mungkin karena cara kita yang berbeda.

Ketika kamu sedih, kamu butuh teman bercerita. Mungkin sempat kamu berharap, akulah orangnya. Tapi sayang, aku terlalu cuek untuk bisa peka.

Sebaliknya. Ketika aku yang sedih, marah, ataupun kecewa--aku akan pergi ke suatu tempat, dimana tak ada satupun orang yang akan melihatku. Lalu, aku menangis sepuasnya. Meracau semaunya. Dan belajar berpura-pura bahwa aku baik-baik saja.

Benar ya. Ternyata, cara kita memang berbeda. Kamu butuh diperhatikan, sementara aku berpikir, sendirian adalah cara terbaik melepaskan perasaan. Justru, aku marah jika ada yang ingin ikut campur dan bertanya dengan peduli. Aku tidak ingin diperhatikan. Masalahku bukan untuk dibagi kepada siapapun, kecuali Tuhan dan kesepian.

Kuharap, kita bisa saling mengerti. Tapi bukan berarti, aku lantas menjadi orang yang peduli. Bagiku, kepedulian dalam hal ini berarti, membiarkanmu sendiri dan meresapi perasaanmu, lalu meluapkannya entah dengan cara apa, tanpa dilihat siapapun kecuali Tuhan dan kesepian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar