Episode 1.
Mana di SNMPTN nggak keterima, lagi. Duh… sedih! Tapi alhamdulillah, masih ada harapan untuk Bidikmisi. Senangnya…. ^^
Aku masih ingat sama
masa-masa seleksi beberapa minggu yang lalu. Aku yang kecil ini, berdiri di antara
puluhan, bahkan ratusan calon mahasiswa lainnya demi menunggu dibukanya pintu
ruang seleksi. Trus, kita pada disuruh masuk dan duduk di dalam, ditungguin
sama empat orang pengawas sekaligus. Mak… berasa kek mau duhakimi aja aku.
Lalu,soal pun dibagikan.
Kami harus mengisi data diri dan menunjukkan surat-surat kelulusan sebagai
persyaratan, lalu….
Oh iya, sebelum itu kan
masih ada banyak cerita ya? Flash back
dulu ahh… nggrrrrr…. *ngembat mesin waktu Doraemon*
_________________
Kebetulan, aku sama teman-teman Aliyahku kebagian
tempat tes di Semarang. Malah mayoritas pada di Undip. Siip dahh… jadi nggak
perlu takut nyasar. Kalau toh nyasar, mari nyasarnya barengan, haha….
Nah, Mbak Fida berbaik hati tuh, ngajak kita
berangkat bareng naik mobil, yang disetirin sama sepupunya Fida. Namanya Mas
Noval (tingkyu ya, Fida? :))
Pas pada kumpul di rumah Fida, siap-siap mau
berangkat sambil nunggu teman-teman yang belum pada dateng, aku periksa lagi
kelengkapan surat-suratku, demi memastikan kalau semuanya benar-benar clear dan nggak ada lagi yang perlu
dikhawatirkan. Tapi rupanya, dugaanku salah. SKHU-ku KETINGGALAN!!
Deredeengg…
deredeeng…..!! *backsound
tabuhan genderang sambil zoom in-zoom out*
AKU BENER-BENER PANIK!! Bingung musti ngapain.
Untungnya waktu itu aku masih di rumah Fida, belum
benar-benar berangkat ke Semarang. Dan syukurlah… Muzda mau nganterin aku pulang
naik motornya. Hik, jadi terharu. Jazakillah, Ukhti cantik…. :’)
Sepanjang perjalanan, aku coba buat mengingat-ingat,
dimana kira-kira kutaruh lembar SKHU-ku itu. Karena seingatku, lembaran itu
nggak ada di laci tempat aku menyimpan surat-surat lainnya.
Feeling-ku
benar. Begitu motor Muzda telah masuk ke
halaman rumah, Muzda kupersilahkan duduk
dan aku ngacir masuk ke kamar nyariin lembar SKHU… emang bener-bener nggak ada
di laci!!
Aku sampai panik ngacak-acak buku di lemari. Ya
Allah… jangan sampai hilang… jangan sampai susah dicari… jangan sampai
kelamaan di sini…
Aku mulai parno. Kalau nggak bisa ketemu gimana?
Kalau teman-teman nggak sabar dan ninggalin aku gimana? Kalau aku berangkat
sendirian… tanpa SKHU… nggak diijinin ikut tes gimanaa? Trus buat apa aku ke
Semarang?!?
Aku panik sepanik-paniknya panik. Lemari buku
kuacak-acak sampai bukunya berserakan. Ya Allah… tolong akuu… tolong akuu…
Dan… di saat itulah aku ingin segera menjatuhkan
diri dalam sujud syukur. ALHAMDULILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIIN… akhirnya yang aku
cari-cari bisa kutemukan juga!! Di antara tumpukan buku-bukuku yang kemudian
jadi berantakan itulah, tempat dimana SKHU-ku berhasil ditemukan. Yatta!! Ya Allah… terima kasih banyak…
Udah pengen nangis saat itu juga, tapi nggak bisa…. :’)
Akhirnya. Aku dan Muzda balik lagi ke rumah Fida.
Untung teman-teman udah pada berkumpul. Nggak lama, kita berangkat naik mobil. Mas
Noval duduk di belakang kemudi. Fida di sebelahnya. Jok kedua ada Eva, aku,
Fina, dan Muzda. Di jok paling belakang, ada Iyan, Helmi, Kholil, sama Irsyad.
Yeahh… Semarang,
we’re comiiiingg …!!
_________________
Aku nggak tahu kenapa pikiranku jadi sering kacau dan pelupa. Kayaknya hari itu lagi musim. Iya, udah kayak saingannya kemarau, hujan, sama pancaroba aja. Bukan cuma sekali itu. Bukan cuma tragedi SKHU yang ketinggalan.Ternyata aku memang sedang diuji. Huah... calon orang sukses (aamiin ya Allah...), ujiannya emang banyak, hehee.
Singkat cerita, kami berhasil dapat kosan, nih. Tapi jadi plencar-plencar gitu. Yang ikhwan ikut nginep di wismanya Mas Wawan --kakak kelas kami yang kebetulan kuliah di Undip--. Eva ikut sama siapaa gitu. Mbak-mbak pokoknya. Kayaknya sih masih saudaraan. Muzda, berhubung tempat tesnya beda sama kita, nginepnya sama temanku yang lain, Nining namanya. Nah, aku sama Fida sama Fina, satu kosan. Ngekosnya agak jauh dari Undip. Di daerah Bulusan.
_________________
_________________
Malam sebelum hari H.
Hari H besok akan dimulai dengan Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Kemampuan Dasar Umum (TKDU). Malam itu, aku lagi nikmatin banget tuh, masa-masanya nginep di kosan. Senyum-senyum, ngobrol, nonton tivi, ngemil... kayak nggak ingat aja kalau besok ada tes.
Terus, tiba-tiba aku sadar, sepatu yang aku bawa di dalam tas masih agak basah. Maklum, habis dicuci. Udah gitu buru-buru mau ke Semarang pula. Jadi meskipun basah, tetap aja dibawa. Niatnya sih, mau aku jemur di luar kosan. Lumayan bisa kena angin.
Begitu aku buka plastik wadah sepatu...
deng deengg....!!****
JREENGGG.....!!!
Aku lupa bawa tali sepatu!! Ya Allah....
Duh, rasanya udah pengen nabokin pipi sendiri. Ceroboh! Ceroboh! Iiihh.....!!
Nggak mungkin besoknya aku berangkat kuliah pakai sandal. Itu pelanggaran!
Lemas, kuceritakan masalahku sama Fida dan Vina.
"Lhaa trus gimana dong?" Fida ikut-ikutan bingung.
"Ya embuh... Ugh, ya udah deh, terpaksa pake sepatu nggak pakai tali," aku mewek pasrah, membayangkan nasibku yang nggak beruntung esok hari.
Dan bener. Aku berangkat tes ke Undip dengan sepatu tak bertali. Kebayang gimana sangat tidak unyu-nya. Sekalipun aku pakai gamis panjang, terang aja sepatuku masih bisa kelihatan sewaktu kupakai buat jalan. Aku susah payah menutupi aibku ini, tapi nggak berhasil. Yeahh udahlah. Semoga saja Allah mengalihkan pandangan orang-orang ke tempat lain. Plis, jangan sorot sepatu saya!
Aku bener-bemer malu, tapi sok-sokan cuek. Sabodo amaat!!
_________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar