<<< Episode Sebelumnya
Eps.2
Sore harinya, tahu-tahu ada instruksi dari kakak kelas yang dadakan banget, kita disuruh ‘pentas’ untuk mengisi acara pada malam harinya (oh iya lupa bilang, hari itu kita nginep loh di madrasah). Nah, pentasnya itu terserah kita.boleh nyanyi lagu nasyid, boleh drama, boleh pantomim.... pokoknya, tiap-tiap kelompok harus ada ide yang bisa dipentaskan.
Eps.2
Sore harinya, tahu-tahu ada instruksi dari kakak kelas yang dadakan banget, kita disuruh ‘pentas’ untuk mengisi acara pada malam harinya (oh iya lupa bilang, hari itu kita nginep loh di madrasah). Nah, pentasnya itu terserah kita.boleh nyanyi lagu nasyid, boleh drama, boleh pantomim.... pokoknya, tiap-tiap kelompok harus ada ide yang bisa dipentaskan.
Malam harinya, kami
duduk di halaman sekolah, di depan kantor Osis (untuk yang akhwat, sih. Kalau
tempat ikhwan beda lagi, dipisah). Lesehan gitu, digelarin tikar sambil
disuguhi air minum, cemilan dan roti. Beberapa guru juga ada yang ikut
bergabung, ingin menyaksikan pentas yang akan kami pertunjukkan.
Pentasnya macam-macam.
Yang paling berkesan buatku adalah pentas pantomim yang ditampilkan kelompok
Dek Tina dan kawan-kawan. Aktingnya itu loh, empat jempol dah!
Singkat cerita, kami
udah pada tampil semua tuh. Nah, sekarang giliran kakak-kakak senior yang unjuk
gigi.
Malam rasanya makin
gelap dan dingin aja. Pohon nangka di depan kantor Osis berkesiur ditiup angin.
Gedung sekolah di depan kami berdiri kokoh dengan penerangan agak
remang-remang.
Drama kakak senior
dimulai dengan adegan ngobrol di bangku panjang. Tokohnya ada dua orang. Mereka
berdua lagi asyik ngobrol gitu, soal sinetron yang lagi naik rating waktu itu.
Lagi asyik-asyiknya
ngobrol, tiba-tiba yang satu orang pingsan (akting pingsan sih, bukan beneran).
Temannya panik, dibangun-bangunin kok nggak bisa....
Tahu-tahu, pats!! Semua lampu mati! Huaaa...!! Kita
semua pada jejeritan. Feeling
masing-masing mulai nggak enak, nih.
Keadaan gelap gulita,
tapi kami tetap disuruh diam di tempat. Lalu tiba-tiba....
“Whoaaaa!!” barisan
penonton bagian belakang berteriak histeris!
Kami menoleh dan
mendapati makhluk putih-putih loncat ke arah kami.
Pocong!!!
“WUUAAAAAA.....!!!”
Kami berlarian nggak
tentu arah. Brak, bruk, brak, gubrak gubrakk! Nggak jelas kita-kita pada
nginjek apa.
Lalu, makhluk-makhluk
lain ikut bermunculan! Kuntilanak... suster ngesot... dari kantor Osis... dari
kamar mandi...
“AAAAAAAA...!!!”
Kami terus histeris,
berlari menghindari setan-setan itu dan menendangi apa saja.
Suasana rusuh dan heboh
terus berlangsung beberapa saat lamanya. Selanjutnya, lampu kembali menyala.
Napas kami memburu cepat, ngos-ngosan dengan keringat dingin bercucuran.
Setan-setan itu pergi lagi dengan tampang tak berdosa.
Keadaan yang terlihat
jadi kacau balau. Tikarnya awut-awutan. Gelas-gelas plastik bergelimpangan.
Tampang kami yang udah kusut nahan kantuk, jadi terlihat makin kusut.
Kakak-kakak Osis pada
ngikik puas. Nggrgghh... kita dikerjain! Awas kau, dasar kakak senior cantik!!
(tadinya pengen maki, tapi... ups ah, anak Ma’ahid kok marah-marah, hehe...)
____________________
Habis acara
heboh-hebohan itu, kami diminta kembali ke ruang kelas untuk beristirahat.
Tempatnya sudah ditata sedemikian rupa, dikasih tikar sebagai alas tidurnya.
Hoaahm... nguantuks!
____________________
Tengah malam, kami
dibangunin sama kakak-kakak. Padahal baru terlelap selama tiga jam. Tapi
mau-nggak mau, kami bangun juga.
Tengah malah begitu,
ada aja tugas yang dikasih. Kami mau mengadakan jurit malam! Hiiyy...!
Jadi, kita disuruh
pergi ke makam! Cuma dibekali sebatang lilin, dan ke sananya harus bergiliran
perkelompok. Satu kelompok –kalau nggak salah– ada empat orang.
Nah, ada empat pos yang
harus kami lalui. Entah posnya ada dimana aja, yang jelas ada di sepanjang
perjalanan ke makam. Kita disuruh nyari sendiri. Dan, kalau kita mendengar
suara ‘huu...huuu...’, kita disuruh melafalkan kalimat “A’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa kholaq” (aku
berlindung dengan kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari segala keburukan yang
Ia ciptakan).
Kakak senornya pake
acara nakut-nakutin segala, “Kita nggak tahu lhoo, itu suara apa....”
Dan, benar saja.pas kita
jalan, sementara jalanan yang kita lalui gelap gulita dan hanya berbekal
penerangan dari lilin, pas kita lewat depan mosholla, terdengarlah bunyi
krasak-krusuk. Sambil kita baca dzikir yang diminta tadi, kita cari asal suara
itu.
Eeh, ternyata ada kakak-kakak
lagi ngumpet. Nah, ketemu deh pos pertama.
Di situ, kami disuruh
melafalkan salah satu surat Al-Qur’an (aku lupa suratnya apa. Kayaknya An-Naba’
deh).
Selesai dengan pos
pertama, kami lanjut ke pos kedua, yang nggak lain bertempat di area pemakaman.
Hhoo... mboh lho!
Kami berempat (sungguh
aku lupa, siapa aja yang satu kelompok sama aku. Duh...) berjalan
dempet-dempetan.
Area pemakaman cukup
gelap, tapi nggak gelap-gelap banget, sih. Soalnya area pemakaman di belakang
madrasahku ini dekat sama jalan raya. Jadi masih kelihatan kerlap-kerlip lampu
gitu. Dan lagi ada beberapa kendaraan yang simpang siur di jalan raya, jadi
nggak takut-takut amat, sih....
Kami nyari kumpulan
senior yang menandakan letak pos dua berada. Kami jalan ke sana... ke sini...nggak
nemu-nemu juga. Sampai ketemu sama kelompok lain. Padahal, waktu untuk
masing-masing kelompok ada jatahnya. Satu kelompok jalan, kelompok berikutnya
menyusul setelah beberapa menit kemudian. Lhah, sampai bisa ketemu sama
kelompok lain, berarti pos duanya emang susah dicari yak?
Mungkin karena
mbak-mbaknya pada capek kelamaan jongkok (hahaha...), akhirnya muncul juga
kode-kode itu. Ada suara gemerisik dan seperti ada panggilan di balik
semak-semak. Kita buru-buru ke sana, dan ternyata bener, ada mbak-mbak lagi
pada jongkok di sana. Duh... maaf, Mbak. Capek ya nungguinnya? Hihi... tapi aku
jadi pengen ketawa lho, Mbak.
Di pos kedua ini, kami
dikasih lembar soal. Ada beberapa kata dari Bahasa Indonesia yang harus kami
terjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Arab, dan Jawa. Sambil ngisi lembar soal,
sambil kami jalan nyari pos tiga.
Sepanjang perjalanan
menyusuri area pemakaman, suara ‘huu... huuu...’ yang ‘dijanjikan’ semakin
sering terdengar. Eeh, malah ada yang nahan ketawa. Halah, itu pasti suara bapak-bapak
guru Ma’ahid yang lagi pada sembunyi di semak-semak. Sekongkol! :D
Pos ketiga lebih
gampang diketemuin. Soalnya, letak pos itu di gerbang pemakaman sebelah
selatan. Jadi gampang dilihat.
Di situ, kami disuruh
nyerahin lembar soal tadi yang udah berisi jawaban. Terus, kakak-kakaknya
ngasih tebakan, sesuai dengan yang tertera di lembar soal tadi. Ngetes aja,
masih ingat nggak kita, sama jawaban yang ditulis tadi?
Huahh, perjalanan
panjang, nih. Masih ada pos keempat. Letaknya di halaman Madrasah Aliyah.
Di pos keempat, ada
ibu-ibu guru Ma’ahid yang sudah bersiap dengan lintingan kertas berisi soal.
Kami diminta mengambil satu.
Soal yang kami dapat,
temanya tentang ‘menahan marah’ (eh, iya nggak ya? Kayaknya sih beneran itu,
hehee...). Nah, ditanya-tanyain deh tuh, all
about ‘menahan marah’. Gimana pendapatmu... bla bla bla dan seterusnya.
Selesai menjawab,
barulah kami kembali ke kelas. Capek. Sampai di kelas, kita duduk-duduk melepas
penat. Tadinya mau ada agenda sholat tahajjud, tapi karena para peserta ospek
kelelahan, dan waktunya sendiri sudah hampir mendekati waktu subuh, jadi agenda
sholat tahajjud dibatalkan.
Pas adzan Subuh, kita
rame-rame ke musholla. Sholat Subuh berjama’ah. Habis sholat, balik lagi ke
kelas. Pengen nerusin tidur... tapi tanggung. Bentar lagi matahari naik. Ya
udah deh, ngobrol-ngobrol gaje sama
teman-teman.
____________________
Akhirnyaaa! Acara ospek
ditutup dengan upacara penutupan.
Sebelum upacara, perut
kami yang pada protes, sudah terisi dengan sarapan nasi, pecel, dan bakwan.
Kenyang. Upacara penutupan disambut dengan helaan napas lega dari kami.
Alhamdulillaah...!
Next
day, welcome to Madrasah Aliyah, temans...!! J
----- end -----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar