Eps.1
Ngomongin soal ospek yuuk...! Yuuukk...!!
Ngomongin soal ospek yuuk...! Yuuukk...!!
Apa aja sih, cerita ospekmu?
Seru nggak? Nakutin nggak? Bikin trauma, atau bikin kangen pengen diplonco
lagi? Hehe... yang pasti rasanya asyik ya, kalau kita bisa naik ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Yang awalnya pakai putih-merah, eeh... udah
diganti jadi putih biru. Yang tadinya putih biru, eeh... udah diganti lagi jadi
putih abu-abu. Ciee... makin gede aja, nih.
Kalau dari aku sendiri,
aku kangen berat sama masa-masa ospek. Loh? Iya, soalnya, dari dulu sampai
sekarang, aku nggak pernah punya pengalaman buruk tentang masa orientasi siswa.
Semuanya masih di dalam batas kewajaran. Jadi, aman-aman aja dah....
Aku aja sampai heran,
kok ada ya, beberapa calon siswa yang gara-gara ospek jadi ngerasa stres, sakit,
pingsan, bahkan meninggal? Wah... yang terakhir itu yang paling mengejutkan.
Mau sekolah aja kok ya dibikin ribet, sampai ada yang akhirnya tewas, entah
dengan sebab apa. Duh... speechless.
Entah kenapa, aku jadi
tergelitik untuk mengenang masa-masa ospek di Aliyah. Oh... sungguh, entah
setengah atau seprapat hatiku, telah
tertambat di madrasah Ma’ahid tercinta. MA’AHID, AI LOP YU!
____________________
Selasa, 13 Juli 2010
Hari pertama Ospek.
Hari dimana kami berangkat sekolah dengan penampilan terkiyut. Kami –para peserta
ospek– diminta memakai atribut yang luar biasa keren (aih, nyindir, nda!).
Atribut yang kami pakai terbuat dari kertas karton. Untuk calon siswi, pola
atributnya berbentuk bunga. Kalau untuk siswa... aku lupa ik. Nggak terlalu memperhatikan, hihi.
Pola bunganya besar
banget, sebesar lingkaran panci (panci yang mana dulu?). Nah trus, di
tengah-tengah pola, harus ada gambar kotaknya. Di dalam gambar kotak, kami isi
dengan tulisan : nama, TTL, nama kelompok, sama motto hidup. Polanya ada dua.
Satu untuk dipasang di depan perut, satunya lagi dipasang di belakang punggung.
Keduanya dihubungkan dengan tali rafia merah. Jadi mirip baju besinya tentara
perang, cuma yang ini lebih rawan. Aiih!
Namanya juga hari
pertama ya? Muka kakak-kakak seniornya masih maniiiis banget. Jiah, belum tahu
kita, kalau besoknya mereka bertransformasi (transformasi?) jadi... umm... jadi... apa ya...??
*nggak berani ngomong.
Diliatin ama senior, hhuuaaa!!!*
Eh, mumpung masih hari
pertama nih. Kenalan dulu dong, sama guru-gurunya. Jadi, hari selasa itu,
guru-guru Aliyah Ma’ahid bergantian menyampaikan materi di kelas-kelas. Jadi
tahu deh, yang mana Bu Asmini, mana Bu Nadia, mana Bu Rida, dan masih banyak
lagi. Pokoknya, that day was introducing
day (eh, bener kagak ya, bahasa Inggrisnya? Psst... psst... psst...
~diskusi dulu sama Mr. Agus and Mr. Said~)
Nah, baru nih, pas jam
sepuluh pagi, kakak-kakak senior cantik yang ganti menyapa kami.
“Assalamu ‘alaikum,
adik-adik...!”
“Wa’alaikumussalam,
kakak-kakaak...!!!”
Singkat cerita, nggak
pake basa-basi lagi, inilah saatnya mereka menunjukkan ‘wajah aslinya’. Sett!
Dedeengg... ~backsound : tapi buka dulu toopengmuu... buka dulu toopengmuu... ~
~ngiuutt... kaset nglokor~
“Hari ini, kalian harus
mengumpulkan 15 buah tanda tangan dari anak-anak Osis,” kata Mbak Ajeng, “Kami
beri waktu setengah jam!!”
Setelah berkata begitu,
entah bagaimana, kakak-kakak senior kami bisa langsung kompakan melarikan diri.
Kami yang sempat cengo beberapa saat dan pasang muka protes, mau-nggak mau
harus berlari memburu mereka.
“SERBUUU...!!”
Serasa tempur,
gelombang lautan siswi yang tampangnya masih polos dan unyu, merangsek keluar
kelas dan memburu kakak-kakak Osis dengan gigihnya. Sebagian senior kena
‘todong’.
“Hayoloo... Kakak dari
Osis, kaan?”
Walau sempat menolak
untuk memberikan tanda tangan, tapi sosok senior kami nggak lagi bisa berkelit.
Akhirnya, pasrah saja ketika kami mengangsurkan buku tulis dan pulpen ke
arahnya. Satu persatu kami diladeni, sambil sesekali memasang tampang kecut. Salah
sendiri bikin perkara, hihii...
Perburuan selama
setengah jam itu cukup membuahkan hasil. Beberapa kakak Osis telah menjadi
‘korban’ serangan kami. Begitu waktu yang ditetapkan telah habis, kami kembali
ke ruang kelas dengan kondisi basah keringat dan seragam lecek nggak
ketulungan.
“Kamu dapat berapa
tanda tangan?”
“Sepuluh. Kamu?”
“Udah 15...”
“Ih, enak ya? Aku malah
baru dapat segini... bla... bla... bla....” kita saling curcol. Yang tanda
tangannya masih kurang dari target, tampak bermuka pias, nggak terkecuali aku.
Aku baru dapat 13 tanda tangan. Wah, ngalamat kena hukuman ki!
Capek! Uahh... rasanya
nguber-uber TTD anak Osis itu... ‘super’ banget ya?
____________________
Ospek bukan ‘ospek’
namanya, kalau kita nggak disuruh bawa bekal makanan yang aneh-aneh, semau
senior. Yups, tapi kali ini, nggak ada yang terlalu aneh sih, dari ospekku.
Cuma disuruh bawa nasi, lauknya telur asin sama tahu goreng, ditambah sambel
sama timun. Buahnya buah jeruk. Semua itu harus dimasukkan ke dalam besek buat bekal makan siang. Huah...
ngedengernya malah jadi laper. Kangen sambel rasa mantap buatan ibuku, hmb....
Selamat makaan..!!
____________________
Pokoknya, ospek hari
pertama memang belum begitu menantang, walaupun capeknya udah nggak ketulungan.
Engap juga jejal-jejalan minta tanda tangan. Belum lagi ngebayangin persiapan
untuk MOS hari berikutnya. Tasku sampai terasa berat dan penuh. Kira-kira, hari
kedua bakal jadi kayak apa ya? Mm... mm... no komen ah. Udah malam. Tidur aja.
____________________
Rabu, 14 Juli 2010
Hari kedua. Ugghh.. aku
berangkat ke sekolah dengan membawa beban hidup, eh, beban tas punggung
padat-berisi yang bikin pegal. Ada baju ganti, alat sholat, peralatan mandi,
peralatan makan, buku-buku... dan masih banyak lagi.
Acara MOS hari kedua
jauh lebih padat dari hari pertama. Ada banyak game yang sudah disiapkan para senior untuk kami. Seru banget deh
pokoknya! Rame dan asyik punya. Tapi yang rada ngeselin pas yang satu ini
nih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar