Rabu, 12 Maret 2014

OSPEK OSH, OSH!!~~ [Ma'ahid dalam Bingkai Cerita]

Eps.1

Ngomongin soal ospek yuuk...! Yuuukk...!!

Apa aja sih, cerita ospekmu? Seru nggak? Nakutin nggak? Bikin trauma, atau bikin kangen pengen diplonco lagi? Hehe... yang pasti rasanya asyik ya, kalau kita bisa naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Yang awalnya pakai putih-merah, eeh... udah diganti jadi putih biru. Yang tadinya putih biru, eeh... udah diganti lagi jadi putih abu-abu. Ciee... makin gede aja, nih.

Kalau dari aku sendiri, aku kangen berat sama masa-masa ospek. Loh? Iya, soalnya, dari dulu sampai sekarang, aku nggak pernah punya pengalaman buruk tentang masa orientasi siswa. Semuanya masih di dalam batas kewajaran. Jadi, aman-aman aja dah....

Aku aja sampai heran, kok ada ya, beberapa calon siswa yang gara-gara ospek jadi ngerasa stres, sakit, pingsan, bahkan meninggal? Wah... yang terakhir itu yang paling mengejutkan. Mau sekolah aja kok ya dibikin ribet, sampai ada yang akhirnya tewas, entah dengan sebab apa. Duh... speechless.

Entah kenapa, aku jadi tergelitik untuk mengenang masa-masa ospek di Aliyah. Oh... sungguh, entah setengah atau seprapat hatiku, telah tertambat di madrasah Ma’ahid tercinta. MA’AHID, AI LOP YU!
____________________

Selasa, 13 Juli 2010
Hari pertama Ospek. Hari dimana kami berangkat sekolah dengan penampilan terkiyut. Kami –para peserta ospek– diminta memakai atribut yang luar biasa keren (aih, nyindir, nda!). Atribut yang kami pakai terbuat dari kertas karton. Untuk calon siswi, pola atributnya berbentuk bunga. Kalau untuk siswa... aku lupa ik. Nggak terlalu memperhatikan, hihi.

Pola bunganya besar banget, sebesar lingkaran panci (panci yang mana dulu?). Nah trus, di tengah-tengah pola, harus ada gambar kotaknya. Di dalam gambar kotak, kami isi dengan tulisan : nama, TTL, nama kelompok, sama motto hidup. Polanya ada dua. Satu untuk dipasang di depan perut, satunya lagi dipasang di belakang punggung. Keduanya dihubungkan dengan tali rafia merah. Jadi mirip baju besinya tentara perang, cuma yang ini lebih rawan. Aiih!

Namanya juga hari pertama ya? Muka kakak-kakak seniornya masih maniiiis banget. Jiah, belum tahu kita, kalau besoknya mereka bertransformasi (transformasi?) jadi... umm... jadi... apa ya...??
*nggak berani ngomong. Diliatin ama senior, hhuuaaa!!!*

Eh, mumpung masih hari pertama nih. Kenalan dulu dong, sama guru-gurunya. Jadi, hari selasa itu, guru-guru Aliyah Ma’ahid bergantian menyampaikan materi di kelas-kelas. Jadi tahu deh, yang mana Bu Asmini, mana Bu Nadia, mana Bu Rida, dan masih banyak lagi. Pokoknya, that day was introducing day (eh, bener kagak ya, bahasa Inggrisnya? Psst... psst... psst... ~diskusi dulu sama Mr. Agus and Mr. Said~)

Nah, baru nih, pas jam sepuluh pagi, kakak-kakak senior cantik yang ganti menyapa kami.
“Assalamu ‘alaikum, adik-adik...!”
“Wa’alaikumussalam, kakak-kakaak...!!!”

Singkat cerita, nggak pake basa-basi lagi, inilah saatnya mereka menunjukkan ‘wajah aslinya’. Sett! Dedeengg... ~backsound : tapi buka dulu toopengmuu... buka dulu toopengmuu... ~ ~ngiuutt... kaset nglokor~

“Hari ini, kalian harus mengumpulkan 15 buah tanda tangan dari anak-anak Osis,” kata Mbak Ajeng, “Kami beri waktu setengah jam!!”

Setelah berkata begitu, entah bagaimana, kakak-kakak senior kami bisa langsung kompakan melarikan diri. Kami yang sempat cengo beberapa saat dan pasang muka protes, mau-nggak mau harus berlari memburu mereka.
“SERBUUU...!!”

Serasa tempur, gelombang lautan siswi yang tampangnya masih polos dan unyu, merangsek keluar kelas dan memburu kakak-kakak Osis dengan gigihnya. Sebagian senior kena ‘todong’.
“Hayoloo... Kakak dari Osis, kaan?”

Walau sempat menolak untuk memberikan tanda tangan, tapi sosok senior kami nggak lagi bisa berkelit. Akhirnya, pasrah saja ketika kami mengangsurkan buku tulis dan pulpen ke arahnya. Satu persatu kami diladeni, sambil sesekali memasang tampang kecut. Salah sendiri bikin perkara, hihii...

Perburuan selama setengah jam itu cukup membuahkan hasil. Beberapa kakak Osis telah menjadi ‘korban’ serangan kami. Begitu waktu yang ditetapkan telah habis, kami kembali ke ruang kelas dengan kondisi basah keringat dan seragam lecek nggak ketulungan.

“Kamu dapat berapa tanda tangan?”
“Sepuluh. Kamu?”
“Udah 15...”
“Ih, enak ya? Aku malah baru dapat segini... bla... bla... bla....” kita saling curcol. Yang tanda tangannya masih kurang dari target, tampak bermuka pias, nggak terkecuali aku. Aku baru dapat 13 tanda tangan.  Wah, ngalamat kena hukuman ki!

Capek! Uahh... rasanya nguber-uber TTD anak Osis itu... ‘super’ banget ya?
____________________
Ospek bukan ‘ospek’ namanya, kalau kita nggak disuruh bawa bekal makanan yang aneh-aneh, semau senior. Yups, tapi kali ini, nggak ada yang terlalu aneh sih, dari ospekku. Cuma disuruh bawa nasi, lauknya telur asin sama tahu goreng, ditambah sambel sama timun. Buahnya buah jeruk. Semua itu harus dimasukkan ke dalam besek buat bekal makan siang. Huah... ngedengernya malah jadi laper. Kangen sambel rasa mantap buatan ibuku, hmb.... Selamat makaan..!!
____________________
Pokoknya, ospek hari pertama memang belum begitu menantang, walaupun capeknya udah nggak ketulungan. Engap juga jejal-jejalan minta tanda tangan. Belum lagi ngebayangin persiapan untuk MOS hari berikutnya. Tasku sampai terasa berat dan penuh. Kira-kira, hari kedua bakal jadi kayak apa ya? Mm... mm... no komen ah. Udah malam. Tidur aja.
____________________

Rabu, 14 Juli 2010
Hari kedua. Ugghh.. aku berangkat ke sekolah dengan membawa beban hidup, eh, beban tas punggung padat-berisi yang bikin pegal. Ada baju ganti, alat sholat, peralatan mandi, peralatan makan, buku-buku... dan masih banyak lagi.


Acara MOS hari kedua jauh lebih padat dari hari pertama. Ada banyak game yang sudah disiapkan para senior untuk kami. Seru banget deh pokoknya! Rame dan asyik punya. Tapi yang rada ngeselin pas yang satu ini nih....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar