Senin, 17 Maret 2014

MENGELOMPOKKAN KALIMAT FAKTA DAN OPINI DALAM TEKS BERITA

Membedakan mana kalimat fakta dan mana kalimat opini, memang gampang-gampang susah. Apalagi kalau yang diteliti adalah teks berita. Jadi, bagaimana cara membedakannya?


Sebelum masuk ke pembahasan tentang cara mengelompokkan kalimat __apakah masuk fakta ataukah opini__ saya akan menjelaskan tentang pengertian, apa itu fakta dan apa itu opini.



1. Fakta

Fakta adalah peristiwa atau keadaan yang benar-benar terjadi (kenyataan).

Contoh : Nama orangtua Qonita adalah Bapak Muslimin dan Ibu Zulaekhah.

Ini adalah kalimat fakta, kalau 'Qonita' yang dimaksud adalah saya, haha...! Dan kalimat ini bisa dibuktikan kebenarannya.



2. Opini

Opini disebut juga pendapat. Simpelnya, opini adalah hasil pemikiran seseorang yang belum tentu benar adanya.


Contoh :- Mungkin nanti sore hujan.

- Dia gadis yang sangat baik.

Dua kalimat di atas disebut opini karena belum dapat dilihat kebenarannya, dan hanya diucapkan untuk mengutarakan pendapat tentang sesuatu.


Kata-kata yang mengindikasikan bahwa suatu kalimat dapat disebut opini antara lain : 'mungkin', 'akan', 'sebaiknya', 'sangat', dan sebagainya. Tapi, bukan berarti setiap kalimat opini pasti mengandung kata-kata di atas. Hal ini akan lebih sulit didapati dalam suatu teks berita.



Nah, yang penting, kan ilmu dasarnya sudah tahu. Yuk, kita korek-korek contoh kalimat berita yang ada di bawah ini.


1. Selesainya putaran pertama babak 12 besar Divisi Utama Liga Indonesia menyuguhkan satu fakta bahwa belum ada satupun tim yang lolos ke babak semi final.


~Ini jelas kalimat fakta~


2. Persaingan setiap grup di babak 12 besar masih sangat ketat.

~Seketat apa sih? Ini namanya opini~


3. Jika keajaiban terjadi, Mahesa Jenar bahkan bisa menjadi juara grup.

~Kelihatan kalau ini adalah opini~


4. Tiga pertandingan dilalui dan gawang Mahesa Jenar selalu kebobolan lebih dari satu gol.

~Fakta. Ini sudah terjadi~


5. Di putaran kedua, Morris sudah bebas dari kartu.

~Fakta~


6. Ia menegaskan, evaluasi selalu dilakukan secara menyeluruh.

~Apa iya 'selalu'? Ini kalimat opini~


Nah, selamat berlatih! :)


[sumber berita : Koran Tribun Jateng, Agustus 2013]

Sabtu, 15 Maret 2014

SBMPTN : The Last Day

<<< episode sebelumnya

Episode 3
“Laper ik. Dari tadi siang belum makan,” keluhku sambil main hape. Waktu udah nunjukin pukul tujuh malam. Fida dan Vina sependapat.
“Yuk, keluar cari makan yuk?”
“Yuuk...!” kita hayuk-hayukan.
Setelah ngeberesin kamar kosan dan pake jilbab, kita pergi nyari makan.

Wew, kali ini kita makan sama teman-teman yang lain. Jadi rame-rame datang ke rumah makan SBC... (ups, eh! Malah nyebut merk. Sensor wae ah, tuuutt). Jadi kek perkumpulan alumni gitu, jiaah ~padahal wonge 6 tok, hmh, okefine~

Hh... Semarang malam indah sekali. Seneng banget bisa menikmati malam di luar kota. Alasannya pun keren : tes SBMPTN. Wuahh...soswit-soswit gimanaa gitu! ~alay deh~
_________________
Balik dari SB(tuuutt), kita ke kosan dan belajar lagi. Malam semakin larut. Kami bertiga membuat janji.
“Entar tahajjud yuk!”
“Ayuk!”

Sekitar tengah malam....
Alarm di hape Fina memekik nyaring, membangunkan kami dari tidur. Walau masih setengah nahan kantuk, kami tetap bangun juga. Sholat tahajjud.

Dalam sujud, aku memohon pertolongan Allah supaya dimudahkan dalam tes. Supaya usahaku selama ini tidak sia-sia. Supaya keberangkatanku ke Semarang membuahkan hasil, dan kembali dengan tangan penuh (lawannya tangan hampa, yo po rak?). Pokoknya, semua urusanku udah kupasrahin sama Allah. Aku tinggal usaha, dan hasilnya, Dia-lah yang menentukan.
Allohumma yassir lanaa fil imtihaan....
_________________

Hari kedua.
Berbeda dari hari pertama yang tesnya pagi, hari kedua ini agak siangan dikit. Sekitar jam 10-an, lah.Jadi bisa selow sarapan dulu (hari kemarin kagak sempat sarapan. Kebayang, kan gimana nggak enaknya? Udah perut laper, pikiran diunyel-unyel sama puluhan soal tes, ruangan yang dinginnya minta ampun... hhh).
Ternyata, soal Tes Kemampuan SOSHUM itu nggak lebih mudah dari TPA maupun TKDU. Susah! Soalnya kayak Reading Comprehension gitu, jadi ada bacaannya dikit, trus di bawahnya ada soal-soalnya. Yang bikin gemes tuh, bacaannya apaa... soalnya apa. Nggak nyambung, nggak ada di bacaan (yaeyalah, kalau ada di bacaan mah tinggal nyontek). Bikin mumet tenan. Tapi bismillah aja deh. Allah yang bakal kasih kemudahan. Aamiin.
_________________

Yeeyeeyee... akhirnya. Setelah berpusing-pusing ria ngerja’in soal yang bikin mata sepat, inilah klimaks-nya. It’s time to baaack...!!

Aku, Fida ma Vina balik ke kosan siang itu. Beres-beres. Mau balik ke Kudus. Hh... padahal baru tiga hari-dua malam di Semarang, tapi rasanya udah kangen aja sama kasur di Kudus (loh?).

Kami bertiga sholat Dzuhur dulu di kosan, dijama’ sama Ashar. Abis sholat, Kak Noval udah stand by di depan mobil yang diparkir di luar pagar kosan.
Sebelum balik ke Kudus... yaa biasalah, namanya juga anak muda. Narsis sek le wes. Yo ah, poto-poto duluu...
Ckrik! Kita foto di depan kosan, yang menjadi saksi kalau kita pernah ke sini dan berjuang bersama. Haih... mellow dah.
_________________

Satu persatu teman-teman dijemput. Setelah semuanya berkumpul di dalam mobil, kita lantas hunting makanan buat makan siang. Warung makan bakso jadi pilihan.

Eeh, malah ketemu sama ‘makhluk asing’ bernama Allice... e-e-eh, ampun, jeung! ~kena manyun Jeng Allice~ Dia temennya Fida. Kebetulan juga ikut tes SBMPTN di Undip. Kenalan deh sama kita-kita. Makan bakso bareng. Pulangnya –karena sebelumnya juga udah janjian sama Fida– juga bareng sama kita.Dia tinggal di Demak (seingatku, sih), searah sama Kota Kudus. Jadi sekalian, deh.

Pokoknya hari itu seru banget. Habis makan-makan, mampir ke toko buku Gramedia Semarang. Beli buku. Asik, dapat bacaan baru. Aku beli bukunya Bang Bena ‘Kribo’. Bagus banget.
Menjelang maghrib, mampir sholat ke masjid. Habis itu ngelanjutin perjalanan. Hah,seru bingit. Di mobil ngobrol banyak sama temen-temen. Rame gitu. Pada seneng udah nyelesaiin ‘tantangan’ tes SBMPTN. Leganya....
_________________

Akhir perjalanan ini, aku dijemput sama abangku di rumah Fida. Udah malem banget. Kita naik motor. Brr... anginnya... dingin! Mana tas di gendongan berat banget pula.
Alhamdulillah.... banyak dari kami yang akhirnya bisa kuliah, walaupun di tempat yang berbeda-beda. Masing-masing sedang berusaha mengejar impiannya.
Semoga sukses semua ya? Indonesia menunggu kontribusi kita. Semangat semangat!! >_<9

________  end  ________

Rabu, 12 Maret 2014

OSPEK OSH, OSH!!~~2 [Ma'ahid dalam Bingkai Cerita]

<<< Episode Sebelumnya

Eps.2
Sore harinya, tahu-tahu ada instruksi dari kakak kelas yang dadakan banget, kita disuruh ‘pentas’ untuk mengisi acara pada malam harinya (oh iya lupa bilang, hari itu kita nginep loh di madrasah). Nah, pentasnya itu terserah kita.boleh nyanyi lagu nasyid, boleh drama, boleh pantomim.... pokoknya, tiap-tiap kelompok harus ada ide yang bisa dipentaskan.

Malam harinya, kami duduk di halaman sekolah, di depan kantor Osis (untuk yang akhwat, sih. Kalau tempat ikhwan beda lagi, dipisah). Lesehan gitu, digelarin tikar sambil disuguhi air minum, cemilan dan roti. Beberapa guru juga ada yang ikut bergabung, ingin menyaksikan pentas yang akan kami pertunjukkan.

Pentasnya macam-macam. Yang paling berkesan buatku adalah pentas pantomim yang ditampilkan kelompok Dek Tina dan kawan-kawan. Aktingnya itu loh, empat jempol dah!

Singkat cerita, kami udah pada tampil semua tuh. Nah, sekarang giliran kakak-kakak senior yang unjuk gigi.
Malam rasanya makin gelap dan dingin aja. Pohon nangka di depan kantor Osis berkesiur ditiup angin. Gedung sekolah di depan kami berdiri kokoh dengan penerangan agak remang-remang.

Drama kakak senior dimulai dengan adegan ngobrol di bangku panjang. Tokohnya ada dua orang. Mereka berdua lagi asyik ngobrol gitu, soal sinetron yang lagi naik rating waktu itu.

Lagi asyik-asyiknya ngobrol, tiba-tiba yang satu orang pingsan (akting pingsan sih, bukan beneran). Temannya panik, dibangun-bangunin kok nggak bisa....

Tahu-tahu, pats!! Semua lampu mati! Huaaa...!! Kita semua pada jejeritan. Feeling masing-masing mulai nggak enak, nih.

Keadaan gelap gulita, tapi kami tetap disuruh diam di tempat. Lalu tiba-tiba....
“Whoaaaa!!” barisan penonton bagian belakang berteriak histeris!
Kami menoleh dan mendapati makhluk putih-putih loncat ke arah kami.
Pocong!!!

“WUUAAAAAA.....!!!”
Kami berlarian nggak tentu arah. Brak, bruk, brak, gubrak gubrakk! Nggak jelas kita-kita pada nginjek apa.
Lalu, makhluk-makhluk lain ikut bermunculan! Kuntilanak... suster ngesot... dari kantor Osis... dari kamar mandi...

“AAAAAAAA...!!!”
Kami terus histeris, berlari menghindari setan-setan itu dan menendangi apa saja.
Suasana rusuh dan heboh terus berlangsung beberapa saat lamanya. Selanjutnya, lampu kembali menyala. Napas kami memburu cepat, ngos-ngosan dengan keringat dingin bercucuran. Setan-setan itu pergi lagi dengan tampang tak berdosa.

Keadaan yang terlihat jadi kacau balau. Tikarnya awut-awutan. Gelas-gelas plastik bergelimpangan. Tampang kami yang udah kusut nahan kantuk, jadi terlihat makin kusut.

Kakak-kakak Osis pada ngikik puas. Nggrgghh... kita dikerjain! Awas kau, dasar kakak senior cantik!! (tadinya pengen maki, tapi... ups ah, anak Ma’ahid kok marah-marah, hehe...)
____________________
Habis acara heboh-hebohan itu, kami diminta kembali ke ruang kelas untuk beristirahat. Tempatnya sudah ditata sedemikian rupa, dikasih tikar sebagai alas tidurnya.
Hoaahm... nguantuks!
____________________

Tengah malam, kami dibangunin sama kakak-kakak. Padahal baru terlelap selama tiga jam. Tapi mau-nggak mau, kami bangun juga.

Tengah malah begitu, ada aja tugas yang dikasih. Kami mau mengadakan jurit malam! Hiiyy...!
Jadi, kita disuruh pergi ke makam! Cuma dibekali sebatang lilin, dan ke sananya harus bergiliran perkelompok. Satu kelompok –kalau nggak salah– ada empat orang.

Nah, ada empat pos yang harus kami lalui. Entah posnya ada dimana aja, yang jelas ada di sepanjang perjalanan ke makam. Kita disuruh nyari sendiri. Dan, kalau kita mendengar suara ‘huu...huuu...’, kita disuruh melafalkan kalimat “A’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa kholaq” (aku berlindung dengan kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari segala keburukan yang Ia ciptakan).

Kakak senornya pake acara nakut-nakutin segala, “Kita nggak tahu lhoo, itu suara apa....”
Dan, benar saja.pas kita jalan, sementara jalanan yang kita lalui gelap gulita dan hanya berbekal penerangan dari lilin, pas kita lewat depan mosholla, terdengarlah bunyi krasak-krusuk. Sambil kita baca dzikir yang diminta tadi, kita cari asal suara itu.

Eeh, ternyata ada kakak-kakak lagi ngumpet. Nah, ketemu deh pos pertama.
Di situ, kami disuruh melafalkan salah satu surat Al-Qur’an (aku lupa suratnya apa. Kayaknya An-Naba’ deh).

Selesai dengan pos pertama, kami lanjut ke pos kedua, yang nggak lain bertempat di area pemakaman. Hhoo... mboh lho!

Kami berempat (sungguh aku lupa, siapa aja yang satu kelompok sama aku. Duh...) berjalan dempet-dempetan.

Area pemakaman cukup gelap, tapi nggak gelap-gelap banget, sih. Soalnya area pemakaman di belakang madrasahku ini dekat sama jalan raya. Jadi masih kelihatan kerlap-kerlip lampu gitu. Dan lagi ada beberapa kendaraan yang simpang siur di jalan raya, jadi nggak takut-takut amat, sih....

Kami nyari kumpulan senior yang menandakan letak pos dua berada. Kami jalan ke sana... ke sini...nggak nemu-nemu juga. Sampai ketemu sama kelompok lain. Padahal, waktu untuk masing-masing kelompok ada jatahnya. Satu kelompok jalan, kelompok berikutnya menyusul setelah beberapa menit kemudian. Lhah, sampai bisa ketemu sama kelompok lain, berarti pos duanya emang susah dicari yak?

Mungkin karena mbak-mbaknya pada capek kelamaan jongkok (hahaha...), akhirnya muncul juga kode-kode itu. Ada suara gemerisik dan seperti ada panggilan di balik semak-semak. Kita buru-buru ke sana, dan ternyata bener, ada mbak-mbak lagi pada jongkok di sana. Duh... maaf, Mbak. Capek ya nungguinnya? Hihi... tapi aku jadi pengen ketawa lho, Mbak.

Di pos kedua ini, kami dikasih lembar soal. Ada beberapa kata dari Bahasa Indonesia yang harus kami terjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Arab, dan Jawa. Sambil ngisi lembar soal, sambil kami jalan nyari pos tiga.

Sepanjang perjalanan menyusuri area pemakaman, suara ‘huu... huuu...’ yang ‘dijanjikan’ semakin sering terdengar. Eeh, malah ada yang nahan ketawa. Halah, itu pasti suara bapak-bapak guru Ma’ahid yang lagi pada sembunyi di semak-semak. Sekongkol! :D

Pos ketiga lebih gampang diketemuin. Soalnya, letak pos itu di gerbang pemakaman sebelah selatan. Jadi gampang dilihat.
Di situ, kami disuruh nyerahin lembar soal tadi yang udah berisi jawaban. Terus, kakak-kakaknya ngasih tebakan, sesuai dengan yang tertera di lembar soal tadi. Ngetes aja, masih ingat nggak kita, sama jawaban yang ditulis tadi?

Huahh, perjalanan panjang, nih. Masih ada pos keempat. Letaknya di halaman Madrasah Aliyah.
Di pos keempat, ada ibu-ibu guru Ma’ahid yang sudah bersiap dengan lintingan kertas berisi soal. Kami diminta mengambil satu.
Soal yang kami dapat, temanya tentang ‘menahan marah’ (eh, iya nggak ya? Kayaknya sih beneran itu, hehee...). Nah, ditanya-tanyain deh tuh, all about ‘menahan marah’. Gimana pendapatmu... bla bla bla dan seterusnya.

Selesai menjawab, barulah kami kembali ke kelas. Capek. Sampai di kelas, kita duduk-duduk melepas penat. Tadinya mau ada agenda sholat tahajjud, tapi karena para peserta ospek kelelahan, dan waktunya sendiri sudah hampir mendekati waktu subuh, jadi agenda sholat tahajjud dibatalkan.

Pas adzan Subuh, kita rame-rame ke musholla. Sholat Subuh berjama’ah. Habis sholat, balik lagi ke kelas. Pengen nerusin tidur... tapi tanggung. Bentar lagi matahari naik. Ya udah deh, ngobrol-ngobrol gaje sama teman-teman.
____________________

Akhirnyaaa! Acara ospek ditutup dengan upacara penutupan.
Sebelum upacara, perut kami yang pada protes, sudah terisi dengan sarapan nasi, pecel, dan bakwan. Kenyang. Upacara penutupan disambut dengan helaan napas lega dari kami. Alhamdulillaah...!

Next day, welcome to Madrasah Aliyah, temans...!! J


-----  end  -----

OSPEK OSH, OSH!!~~ [Ma'ahid dalam Bingkai Cerita]

Eps.1

Ngomongin soal ospek yuuk...! Yuuukk...!!

Apa aja sih, cerita ospekmu? Seru nggak? Nakutin nggak? Bikin trauma, atau bikin kangen pengen diplonco lagi? Hehe... yang pasti rasanya asyik ya, kalau kita bisa naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Yang awalnya pakai putih-merah, eeh... udah diganti jadi putih biru. Yang tadinya putih biru, eeh... udah diganti lagi jadi putih abu-abu. Ciee... makin gede aja, nih.

Kalau dari aku sendiri, aku kangen berat sama masa-masa ospek. Loh? Iya, soalnya, dari dulu sampai sekarang, aku nggak pernah punya pengalaman buruk tentang masa orientasi siswa. Semuanya masih di dalam batas kewajaran. Jadi, aman-aman aja dah....

Aku aja sampai heran, kok ada ya, beberapa calon siswa yang gara-gara ospek jadi ngerasa stres, sakit, pingsan, bahkan meninggal? Wah... yang terakhir itu yang paling mengejutkan. Mau sekolah aja kok ya dibikin ribet, sampai ada yang akhirnya tewas, entah dengan sebab apa. Duh... speechless.

Entah kenapa, aku jadi tergelitik untuk mengenang masa-masa ospek di Aliyah. Oh... sungguh, entah setengah atau seprapat hatiku, telah tertambat di madrasah Ma’ahid tercinta. MA’AHID, AI LOP YU!
____________________

Selasa, 13 Juli 2010
Hari pertama Ospek. Hari dimana kami berangkat sekolah dengan penampilan terkiyut. Kami –para peserta ospek– diminta memakai atribut yang luar biasa keren (aih, nyindir, nda!). Atribut yang kami pakai terbuat dari kertas karton. Untuk calon siswi, pola atributnya berbentuk bunga. Kalau untuk siswa... aku lupa ik. Nggak terlalu memperhatikan, hihi.

Pola bunganya besar banget, sebesar lingkaran panci (panci yang mana dulu?). Nah trus, di tengah-tengah pola, harus ada gambar kotaknya. Di dalam gambar kotak, kami isi dengan tulisan : nama, TTL, nama kelompok, sama motto hidup. Polanya ada dua. Satu untuk dipasang di depan perut, satunya lagi dipasang di belakang punggung. Keduanya dihubungkan dengan tali rafia merah. Jadi mirip baju besinya tentara perang, cuma yang ini lebih rawan. Aiih!

Namanya juga hari pertama ya? Muka kakak-kakak seniornya masih maniiiis banget. Jiah, belum tahu kita, kalau besoknya mereka bertransformasi (transformasi?) jadi... umm... jadi... apa ya...??
*nggak berani ngomong. Diliatin ama senior, hhuuaaa!!!*

Eh, mumpung masih hari pertama nih. Kenalan dulu dong, sama guru-gurunya. Jadi, hari selasa itu, guru-guru Aliyah Ma’ahid bergantian menyampaikan materi di kelas-kelas. Jadi tahu deh, yang mana Bu Asmini, mana Bu Nadia, mana Bu Rida, dan masih banyak lagi. Pokoknya, that day was introducing day (eh, bener kagak ya, bahasa Inggrisnya? Psst... psst... psst... ~diskusi dulu sama Mr. Agus and Mr. Said~)

Nah, baru nih, pas jam sepuluh pagi, kakak-kakak senior cantik yang ganti menyapa kami.
“Assalamu ‘alaikum, adik-adik...!”
“Wa’alaikumussalam, kakak-kakaak...!!!”

Singkat cerita, nggak pake basa-basi lagi, inilah saatnya mereka menunjukkan ‘wajah aslinya’. Sett! Dedeengg... ~backsound : tapi buka dulu toopengmuu... buka dulu toopengmuu... ~ ~ngiuutt... kaset nglokor~

“Hari ini, kalian harus mengumpulkan 15 buah tanda tangan dari anak-anak Osis,” kata Mbak Ajeng, “Kami beri waktu setengah jam!!”

Setelah berkata begitu, entah bagaimana, kakak-kakak senior kami bisa langsung kompakan melarikan diri. Kami yang sempat cengo beberapa saat dan pasang muka protes, mau-nggak mau harus berlari memburu mereka.
“SERBUUU...!!”

Serasa tempur, gelombang lautan siswi yang tampangnya masih polos dan unyu, merangsek keluar kelas dan memburu kakak-kakak Osis dengan gigihnya. Sebagian senior kena ‘todong’.
“Hayoloo... Kakak dari Osis, kaan?”

Walau sempat menolak untuk memberikan tanda tangan, tapi sosok senior kami nggak lagi bisa berkelit. Akhirnya, pasrah saja ketika kami mengangsurkan buku tulis dan pulpen ke arahnya. Satu persatu kami diladeni, sambil sesekali memasang tampang kecut. Salah sendiri bikin perkara, hihii...

Perburuan selama setengah jam itu cukup membuahkan hasil. Beberapa kakak Osis telah menjadi ‘korban’ serangan kami. Begitu waktu yang ditetapkan telah habis, kami kembali ke ruang kelas dengan kondisi basah keringat dan seragam lecek nggak ketulungan.

“Kamu dapat berapa tanda tangan?”
“Sepuluh. Kamu?”
“Udah 15...”
“Ih, enak ya? Aku malah baru dapat segini... bla... bla... bla....” kita saling curcol. Yang tanda tangannya masih kurang dari target, tampak bermuka pias, nggak terkecuali aku. Aku baru dapat 13 tanda tangan.  Wah, ngalamat kena hukuman ki!

Capek! Uahh... rasanya nguber-uber TTD anak Osis itu... ‘super’ banget ya?
____________________
Ospek bukan ‘ospek’ namanya, kalau kita nggak disuruh bawa bekal makanan yang aneh-aneh, semau senior. Yups, tapi kali ini, nggak ada yang terlalu aneh sih, dari ospekku. Cuma disuruh bawa nasi, lauknya telur asin sama tahu goreng, ditambah sambel sama timun. Buahnya buah jeruk. Semua itu harus dimasukkan ke dalam besek buat bekal makan siang. Huah... ngedengernya malah jadi laper. Kangen sambel rasa mantap buatan ibuku, hmb.... Selamat makaan..!!
____________________
Pokoknya, ospek hari pertama memang belum begitu menantang, walaupun capeknya udah nggak ketulungan. Engap juga jejal-jejalan minta tanda tangan. Belum lagi ngebayangin persiapan untuk MOS hari berikutnya. Tasku sampai terasa berat dan penuh. Kira-kira, hari kedua bakal jadi kayak apa ya? Mm... mm... no komen ah. Udah malam. Tidur aja.
____________________

Rabu, 14 Juli 2010
Hari kedua. Ugghh.. aku berangkat ke sekolah dengan membawa beban hidup, eh, beban tas punggung padat-berisi yang bikin pegal. Ada baju ganti, alat sholat, peralatan mandi, peralatan makan, buku-buku... dan masih banyak lagi.


Acara MOS hari kedua jauh lebih padat dari hari pertama. Ada banyak game yang sudah disiapkan para senior untuk kami. Seru banget deh pokoknya! Rame dan asyik punya. Tapi yang rada ngeselin pas yang satu ini nih....


Selasa, 11 Maret 2014

SBMPTN : LALI TENAN AKUUU...!! 2

<< EPISODE SEBELUMNYA


Episode 2.

Hari pertama itu, aku dapat teman baru, namanya Novita. Awalnya iseng-iseng aja, asal nanya sama orang. "Tes di Fakultas Ekonomi juga ya?" (aku tes-nya di fakultas itu).
Dia ngangguk sambil senyum, "Iya."
"Nggak ke bawah?" Letak tempat tesku memang di lantai satu, sementara waktu itu aku ada di lantai dua.
"Iya, nanti aja."
"Oh yaudah, aku duluan ya?"
"Ya...."

Aku turun ke lantai bawah. Cari tempat yang paling enak buat duduk.
Pintu ruangan tes masih belum dibuka. Aku duduk-duduk di luar, sambil buka dan baca-baca buku yang aku pinjam dari Fida.
Ini pertama kalinya aku belajar TPA pakai buku.Biasanya cuma cari-cari soal dari internet, atau dari teman-teman facebook yang tergabung di dalam grup 'SNMPTN 2013'

Lagi asyik-asyik baca, eeh, tau-tau si 'dia' yang tadi kuajakin ngobrol, datang mendekat.
"Hai!" sapanya.
"Hai, duduk sini," aku nawarin tempat duduk. Trus, kita kenalan deh.
Dia bilang, namanya Novita.Asalnya dari Temanggung. Aku dan dia mengakrab dengan cepat. Dari situ, aku ngomong blak-blakan sama dia.
"Sepatuku nggak ada talinya."
Dia ngeliat ke sepatu aku, lalu tertawa kecil. Aku cerita sama dia soal sepatu. Bla... bla... bla... terus kita belajar bareng.
Dari cerita Novita, aku tahu kalau ternyata ruangan tesku dan ruangan tesnya berbeda. Cuma masih sama-sama di lantai satu. Letaknya berseberangan gitu. Novita minta nomor handphone-ku, biar nanti bisa janjian ketemu dimana (soswit amat, haha~)

Lalu... inilah saat yang paling ditunggu-tunggu. Pengawas ruangan datang dan mulai memutar kunci ruangan. Cklek!
"Ayo silahkan masuk!" kata bapak pengawas.
Aku dan Novita dadah-dadah di depan pintu ruangan masing-masing.
"Ntar ketemu lagi ya?" katanya.
"Okeh!"
Yah, bismillah, semoga berhasil!
_______________

Menit demi menit di dalam ruangan berlalu dalam ketegangan. Rasanya badanku mulai berkeringat dingin. Sangat dingin. Yaa gara-gara ada AC juga, sih. *toeww!*

Tigapuluh menit pertama digunakan untuk mengisi data diri. Sambil menunggu saatnya mengerjakan soal, aku sempatkan untuk menyibukkan diri dengan doa-doa yang kupanjatkan dalam hati. 'Ya Allah... lancarkanlah urusanku hari ini. Bantulah hamba-Mu ini, Ya Allah...' aku terus berkomat-kamit. Takut banget kalau sampai gagal. Ini udah hari penentuan. Uhh... payahnya, aku baru sadar kalau ternyata, ingatan tentang materi yang kupelajari masih belum sempurna betul.

Setengah jam berlalu, sampai akhirnya terdengar bunyi 'ngiuung... ngiuuungg...'. Bunyi sirene yang  menandakan awal dimulainya pengerjaan soal.
"Yak, silahkan dikerjakan!" bapak pengawas memberi komando. Peserta sekelas pada krasak-krusuk membuka lembar soalnya.
Glek! Soal macam apa ini? Entah kenapa, perasaanku mencelos. Banyak bbuangeett...??

Duhai... emakku yang nun jauh di sana... doakanlah anak gadis kesayanganmu ini...! Glek!
_______________

Detik-detik terasa melambat, sekaligus berkejaran. Aiih, pokoknya, rasanya kacau balau lah! Takut nggak bisa ngerjain, takut banyak yang salah... dan lagi soal-soal MTK-nya, hadeh... 'gurih' banget. Aku cengar-cengir aja ngeliatinnya. Ngghh, tau sendiri aku orangnya kagetan kalau ngeliat rumus, pake dikasih soal MTK segala, lagi!
Eehh, ampun, Pak! ~mo dijitak ama bapak pengawasnya pake sepatu tak bertali~

Aku terus sibuk dengan soal-soal TPA-ku. Soalku dengan soal peserta lain ternyata berbeda-beda. Berasa kayak UN dah!

Singkatnya, karena aku nggak ingin memperpanjang cerita penuh sengsara ini, waktu mengerjakan soal pun habis sudah. Nguuung... nguuungg... sirene yang sama terdengar lagi.
"Silahkan dikumpulkan!"
Set set set, soal-soal itu pun telah berpindah ke tangan pengawas. Selesai.

Kami keluar ruangan. Huaahh... lega bercampur deg-degan. Masih ada banyak soal yang belum aku kerjakan. Bodo ah!

Aku ketemu lagi sama Novita. Belajar lagi, ngobrol lagi. Trus agak siangan gitu, ada TKDU (Tes Kemampuan Dasar Umum). Masuk lagii, ngerjain soal, dan keluar lagii...!
Aku malas cerita. Pusing.
_______________

Usai berurusan dengan TPA dan TKDU, aku pergi ke Fakultas Kedokteran. Ketemu sama Fida yang kebagian tempat tes di sana. Terus, kita berdua ke Fakultas Teknik, tepatnya ke Geodesi buat nyusul Fina. Begitu klop bertiga, kita balik deh ke kosan. Naik angkot. Pada berisik cerita tentang hasil tes tadi pagi.

Hh... jadi agak menyesal. Aku merasa belum bisa memberikan hasil yang terbaik. Jawabanku banyak yang ngawur dan hanya memperturutkan nafsu... eh, feeling. Tauk deh, yang benar berapa, yang salah berapa. Tawakkaltu 'alallah.
_______________

Siangnya di kosan.
Lagi pada suntuk tuh, ngadepin soal-soal yang seabrek buat latihan Tes Kemampuan SOSHUM besok. Isi soalnya tentang permasalahan yang berbau-bau sosial gitu deh. Karena jenuh dengan buku-buku tebal di depan hidung, Fida dan Fina ngajakin pergi ke luar, jalan-jalan.
Aku males ah. Jadi ngejongkrok aja di kamar kosan, mantengin tivi sambil ngemil.

"Yakin nih, nggak mau ikutan?" Fida nawarin lagi. Aku masih keukeuh geleng-geleng kepala.
"Ya udah, kita pergi dulu ya? Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam.. hati-hati!"
Mereka keluar kamar dan pergi entah ke mana. Sampai waktu Ashar, aku masih aja nonton tivi, ngemil sambil sesekali buka buku dan mempelajari isinya.

Beberapa saat kemudian, mereka balik lagi ke kosan. Ceilaaa, abis belanja, jeung? Bawaanya banyak amat.
Aku dibeliin cilok, dan sesuatu yang bikin aku mesem nahan ketawa. Tali sepatu.
"Tadi mampir ke toko aksesoris, jadi sekalian beli," Fida senyum.
Jadi terharu. "Makasih, ya...."

Akhirnya, besok sepatuku nggak bakalan gundul lagi.
______________

tubi kontinyut >>>

SBMPTN : LALI TENAN AKUUU...!! 1

Episode 1.

Salah satu ketakutan terbesarku pasca lulus Aliyah adalah menghadapi tes seleksi SBMPTN. Cemas dan deg-degan banget. Apalagi kalau ingat masa-masa sebelum lulusan. Sambil berkutat dengan try out, dengan les, dengan ujian… aku dan beberapa orang temanku masih harus daftar SNMPTN dan Bidikmisi.
Mana di SNMPTN nggak keterima, lagi. Duh… sedih! Tapi alhamdulillah, masih ada harapan untuk Bidikmisi. Senangnya…. ^^


Aku masih ingat sama masa-masa seleksi beberapa minggu yang lalu. Aku yang kecil ini, berdiri di antara puluhan, bahkan ratusan calon mahasiswa lainnya demi menunggu dibukanya pintu ruang seleksi. Trus, kita pada disuruh masuk dan duduk di dalam, ditungguin sama empat orang pengawas sekaligus. Mak… berasa kek mau duhakimi aja aku.

Lalu,soal pun dibagikan. Kami harus mengisi data diri dan menunjukkan surat-surat kelulusan sebagai persyaratan, lalu….

Oh iya, sebelum itu kan masih ada banyak cerita ya? Flash back dulu ahh… nggrrrrr…. *ngembat mesin waktu Doraemon*
_________________

Kebetulan, aku sama teman-teman Aliyahku kebagian tempat tes di Semarang. Malah mayoritas pada di Undip. Siip dahh… jadi nggak perlu takut nyasar. Kalau toh nyasar, mari nyasarnya barengan, haha….

Nah, Mbak Fida berbaik hati tuh, ngajak kita berangkat bareng naik mobil, yang disetirin sama sepupunya Fida. Namanya Mas Noval (tingkyu ya, Fida? :)) 

Pas pada kumpul di rumah Fida, siap-siap mau berangkat sambil nunggu teman-teman yang belum pada dateng, aku periksa lagi kelengkapan surat-suratku, demi memastikan kalau semuanya benar-benar clear dan nggak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Tapi rupanya, dugaanku salah. SKHU-ku KETINGGALAN!!
Deredeengg… deredeeng…..!! *backsound tabuhan genderang sambil zoom in-zoom out*

AKU BENER-BENER PANIK!! Bingung musti ngapain.

Untungnya waktu itu aku masih di rumah Fida, belum benar-benar berangkat ke Semarang. Dan syukurlah… Muzda mau nganterin aku pulang naik motornya. Hik, jadi terharu. Jazakillah, Ukhti cantik…. :’)

Sepanjang perjalanan, aku coba buat mengingat-ingat, dimana kira-kira kutaruh lembar SKHU-ku itu. Karena seingatku, lembaran itu nggak ada di laci tempat aku menyimpan surat-surat lainnya.

Feeling-ku benar. Begitu motor Muzda telah  masuk ke halaman  rumah, Muzda kupersilahkan duduk dan aku ngacir masuk ke kamar nyariin lembar SKHU… emang bener-bener nggak ada di laci!!

Aku sampai panik ngacak-acak buku di lemari. Ya Allah… jangan sampai hilang… jangan sampai susah dicari… jangan sampai kelamaan di sini…

Aku mulai parno. Kalau nggak bisa ketemu gimana? Kalau teman-teman nggak sabar dan ninggalin aku gimana? Kalau aku berangkat sendirian… tanpa SKHU… nggak diijinin ikut tes gimanaa? Trus buat apa aku ke Semarang?!?

Aku panik sepanik-paniknya panik. Lemari buku kuacak-acak sampai bukunya berserakan. Ya Allah… tolong akuu… tolong akuu…

Dan… di saat itulah aku ingin segera menjatuhkan diri dalam sujud syukur. ALHAMDULILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIIN… akhirnya yang aku cari-cari bisa kutemukan juga!! Di antara tumpukan buku-bukuku yang kemudian jadi berantakan itulah, tempat dimana SKHU-ku berhasil ditemukan. Yatta!! Ya Allah… terima kasih banyak… Udah pengen nangis saat itu juga, tapi nggak bisa…. :’)

Akhirnya. Aku dan Muzda balik lagi ke rumah Fida. Untung teman-teman udah pada berkumpul. Nggak lama, kita berangkat naik mobil. Mas Noval duduk di belakang kemudi. Fida di sebelahnya. Jok kedua ada Eva, aku, Fina, dan Muzda. Di jok paling belakang, ada Iyan, Helmi, Kholil, sama Irsyad.
Yeahh… Semarang,  we’re comiiiingg …!!
_________________

Aku nggak tahu kenapa pikiranku jadi sering kacau dan pelupa. Kayaknya hari itu lagi musim. Iya, udah kayak saingannya kemarau, hujan, sama pancaroba aja. Bukan cuma sekali itu. Bukan cuma tragedi SKHU yang ketinggalan.Ternyata aku memang sedang diuji. Huah... calon orang sukses (aamiin ya Allah...), ujiannya emang banyak, hehee.

Singkat cerita, kami berhasil dapat kosan, nih. Tapi jadi plencar-plencar gitu. Yang ikhwan ikut nginep di wismanya Mas Wawan --kakak kelas kami yang kebetulan kuliah di Undip--. Eva ikut sama siapaa gitu. Mbak-mbak pokoknya. Kayaknya sih masih saudaraan. Muzda, berhubung tempat tesnya beda sama kita, nginepnya sama temanku yang lain, Nining namanya. Nah, aku sama Fida sama Fina, satu kosan. Ngekosnya agak jauh dari Undip. Di daerah Bulusan.
_________________

Malam sebelum hari H.
Hari H besok akan dimulai dengan Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Kemampuan Dasar Umum (TKDU). Malam itu, aku lagi nikmatin banget tuh, masa-masanya nginep di kosan. Senyum-senyum, ngobrol, nonton tivi, ngemil... kayak nggak ingat aja kalau besok ada tes.

Terus, tiba-tiba aku sadar, sepatu yang aku bawa di dalam tas masih agak basah. Maklum, habis dicuci. Udah gitu buru-buru mau ke Semarang pula. Jadi meskipun basah, tetap aja dibawa. Niatnya sih, mau aku jemur di luar kosan. Lumayan bisa kena angin.

Begitu aku buka plastik wadah sepatu...



deng deengg....!!****


JREENGGG.....!!!

Aku lupa bawa tali sepatu!! Ya Allah....

Duh, rasanya udah pengen nabokin pipi sendiri. Ceroboh! Ceroboh! Iiihh.....!!
Nggak mungkin besoknya aku berangkat kuliah pakai sandal. Itu pelanggaran!

Lemas, kuceritakan masalahku sama Fida dan Vina.
"Lhaa trus gimana dong?" Fida ikut-ikutan bingung.
"Ya embuh... Ugh, ya udah deh, terpaksa pake sepatu nggak pakai tali," aku mewek pasrah, membayangkan nasibku yang nggak beruntung esok hari.

Dan bener. Aku berangkat tes ke Undip dengan sepatu tak bertali. Kebayang gimana sangat tidak unyu-nya. Sekalipun aku pakai gamis panjang, terang aja sepatuku masih bisa kelihatan sewaktu kupakai buat jalan. Aku susah payah menutupi aibku ini, tapi nggak berhasil. Yeahh udahlah. Semoga saja Allah mengalihkan pandangan orang-orang ke tempat lain. Plis, jangan sorot sepatu saya!

Aku bener-bemer malu, tapi sok-sokan cuek. Sabodo amaat!!
_________________

TUBI KONTINYUT >>