Ibu.
Siapa yang
membesarkan kamu?
Ibu.
Siapa yang
merawat kamu?
Ibu.
Ketika kamu
sakit, ia ada di sisimu, menemanimu, menjagamu, menawarkan bantuan, mengelus
keningmu dengan lembut.
Ketika kamu
pulang sekolah, ia telah sibuk berkutat di dapur. Basah keringat. Tangan yang
rela berkotor-kotor dan berminyak, demi memasak makanan kesukaanmu.
Ketika kamu
tengah berbahagia, ia sambut kebahagiaanmu dengan senyum merekah, bahkan
mensyukurinya dengan memberikanmu hadiah.
Ketika kamu
bersedih, ia juga ikut bersedih, menanyaimu lembut, apa yang terjadi… sampai
akhirnya, kau tumpahkan isi hatimu, juga kepadanya.
Ia teman curhat yang baik dan menyenangkan…
Ia teman curhat yang baik dan menyenangkan…
Ia teramat sayang
dan peduli kepadamu…
Ia yang
melahirkanmu dengan susah payah… bertaruh nyawa…
Ia yang
merawatmu, mendidikmu, mencintaimu…
Ia yang bahkan
merelakan hidupnya jika kau terdesak bahaya…
Ia yang
membantumu berdiri, berjalan, berlari…
..................
..................
Ya. Tapi pada
akhirnya,
Sudahkah kita
membalas cintanya?
Berapa kali kita
membuatnya tersenyum… tertawa…
Lantas, berapa
kali pula kita membuatnya sedih. Kecewa. Menangis…
Sudahkah kita
coba untuk membalas jasanya?
Melakukan
hal-hal yang cukup sederhana saja hingga ia merasa bahagia…
Tanggal berapa,
dan tahun berapa ia terlahir ke dunia? Ingatkah kamu?
Jika ya, sadarkah kamu jika ia telah semakin menua? Semakin bertambah uban di atas kepalanya?
Semakin banyak, semakin banyak… sampai tanpa sadar, ketika kau kecil, kau bahkan tidak pernah melihat ada rambut yang memutih di atas kepalanya.
Jika ya, sadarkah kamu jika ia telah semakin menua? Semakin bertambah uban di atas kepalanya?
Semakin banyak, semakin banyak… sampai tanpa sadar, ketika kau kecil, kau bahkan tidak pernah melihat ada rambut yang memutih di atas kepalanya.
Semua berjalan
cepat. Tanpa sadar. Mungkin kita memang egois. Tidak tahu, tidak peduli, tidak
mengerti…
Sedikit saja hal
sederhana yang membahagiakan hatinya, telah mampu membuat ia tersenyum.
Bersyukur. Menyadari bahwa anaknya telah tumbuh dengan baik.
Hanya dengan hal
yang sederhana, dan ia telah merasa, betapa hidupnya indah dengan anak-anak
yang sholih, yang berbakti, yang dengan tulus bertekad membalas cintanya…
Tapi, sederhana
saja tidak akan cukup bagi kita. Sungguh, dengan apapun itu, kita tidak akan bisa
membalas semuanya. Jasanya, cintanya, lelahnya, peluhnya, sakitnya, letihnya,
pengorbanannya,…
Ibu. Maafkan
kami. Maafkan kami. Maafkan kami.
Kami
mencintaimu. Sungguh, kami teramat mencintaimu. Maaf, Ibu… maaf… Belum banyak yang dapat kami
lakukan. Akan kami coba, Ibu… kami akan berusaha.
Kami tak akan
membuatmu kecewa. Pengorbananmu akan kami balas dengan pengorbanan pula.
Ibu… Ibu… Ibu…
Maafkan kami…
Kami mencintaimu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar