Kamis, 23 Januari 2014

SEBENING CINTA IBU

Siapa yang melahirkan kamu?
Ibu.
Siapa yang membesarkan kamu?
Ibu.
Siapa yang merawat kamu?
Ibu.





Ketika kamu sakit, ia ada di sisimu, menemanimu, menjagamu, menawarkan bantuan, mengelus keningmu dengan lembut.

Ketika kamu pulang sekolah, ia telah sibuk berkutat di dapur. Basah keringat. Tangan yang rela berkotor-kotor dan berminyak, demi memasak makanan kesukaanmu.

Ketika kamu tengah berbahagia, ia sambut kebahagiaanmu dengan senyum merekah, bahkan mensyukurinya dengan memberikanmu hadiah.

Ketika kamu bersedih, ia juga ikut bersedih, menanyaimu lembut, apa yang terjadi… sampai akhirnya, kau tumpahkan isi hatimu, juga kepadanya.



Ia teman curhat yang baik dan menyenangkan…
Ia teramat sayang dan peduli kepadamu…
Ia yang melahirkanmu dengan susah payah… bertaruh nyawa…

Ia yang merawatmu, mendidikmu, mencintaimu…
Ia yang bahkan merelakan hidupnya jika kau terdesak bahaya…
Ia yang membantumu berdiri, berjalan, berlari…
..................



Ya. Tapi pada akhirnya,
Sudahkah kita membalas cintanya?

Berapa kali kita membuatnya tersenyum… tertawa…
Lantas, berapa kali pula kita membuatnya sedih. Kecewa. Menangis…

Sudahkah kita coba untuk membalas jasanya?
Melakukan hal-hal yang cukup sederhana saja hingga ia merasa bahagia…



Tanggal berapa, dan tahun berapa ia terlahir ke dunia? Ingatkah kamu?
Jika ya, sadarkah kamu jika ia telah semakin menua? Semakin bertambah uban di atas kepalanya?
Semakin banyak, semakin banyak… sampai tanpa sadar, ketika kau kecil, kau bahkan tidak pernah melihat ada rambut yang memutih di atas kepalanya.




Semua berjalan cepat. Tanpa sadar. Mungkin kita memang egois. Tidak tahu, tidak peduli, tidak mengerti…

Sedikit saja hal sederhana yang membahagiakan hatinya, telah mampu membuat ia tersenyum. Bersyukur. Menyadari bahwa anaknya telah tumbuh dengan baik.
Hanya dengan hal yang sederhana, dan ia telah merasa, betapa hidupnya indah dengan anak-anak yang sholih, yang berbakti, yang dengan tulus bertekad membalas cintanya…




Tapi, sederhana saja tidak akan cukup bagi kita. Sungguh, dengan apapun itu, kita tidak akan bisa membalas semuanya. Jasanya, cintanya, lelahnya, peluhnya, sakitnya, letihnya, pengorbanannya,…

Ibu. Maafkan kami. Maafkan kami. Maafkan kami.
Kami mencintaimu. Sungguh, kami teramat mencintaimu. Maaf,  Ibu… maaf… Belum banyak yang dapat kami lakukan. Akan kami coba, Ibu… kami akan berusaha.
Kami tak akan membuatmu kecewa. Pengorbananmu akan kami balas dengan pengorbanan pula.
Ibu… Ibu… Ibu…
Maafkan kami…
Kami mencintaimu…





 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar