Di Pondok Pesantren
Saubari Bening Hati, Meteseh, Tembalang
Ditemani dinginnya udara malam dan rintik hujan di luar,
sambil bersedekap tangan dan membungkus diri dengan jaket rapat-rapat, kami
duduk menyimak materi pertama ILC.
Acara ILC atau Indonesia
Leadership Camp kali itu diawali dengan materi yang disampaikan oleh Ustadz
Imron. Kami para peserta, duduk menyimak di salah satu ruangan yang cukup
penerangan. Beliau Ustadz Imron, mengawali materi dengan senyum dan salam. Kami
jawab salamnya berbarengan. Sambil tak lupa menyerukan takbir yang menjadi
pompa semangat kami. Allohu Akbar!!
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mempertemukan kami di
acara ini. Sungguh luar biasa rasanya mendapat berlimpah-limpah ilmu yang tak
ternilai harganya. Demikianlah cara Allah mengajari kita. Kita berkumpul dalam
satu forum diskusi, meraup sebanyak-banyaknya ilmu sebagai tegukan penghilang
dahaga. Basah sudah hati kami dengan telaga ilmu.
Semoga di saat itu, para malaikat merentangkan sayap selebar-lebarnya
sebagai tanda dirahmatinya majlis kami oleh Allah SWT. Semoga para makhluk-Nya
; malaikat, serangga-serangga kecil yang beterbangan di seputaran kami,
kerikil-kerikil, rumput basah, hingga rintik hujan mendengungkan doa bagi kami,
agar senantiasa tercurahi dengan segenap kasih Ilahi.
Sahabat, apa itu Syahadatain?
Ya, sepatutnya muslim manapun tahu itu, apa arti Syahadatain. Dua kalimat yang berbunyi : 1.) Asyhadu allaa ilaaha illallaah,
2.) Wa asyhadu anna Muhammadar-rosuulullaah. Bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah. Bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Lalu, ada apa dengan Syahadatain?
Sahabat, pernahkah engkau bertanya-tanya, mengapa orang-orang
jahiliyyah yang hidup di zaman Rosul, mengingkari bahwa Illah mereka adalah
Allah? Mengapa mereka, yang awalnya mencintai Muhammad SAW dan menyebutnya
sebagai orang tepercaya, kemudian membenci beliau dan memusuhinya? Ada apa sebenarnya
dengan pernyataan syahadat yang diucapkan Rosulullah? Toh mereka yang
jahiliyyah pun tahu Tuhan itu ada. Mereka tahu Allah itu Wujud. Bahkan ayah
Rasulullah yang juga hidup di masa jahiliyyah punya nama ‘Abdullah, yang
artinya ‘hamba Allah’. Lantas, mengapa mereka enggan bersyahadat?
Sahabatku....
Syahadat, nyatanya bukanlah perkara yang bisa dianggap enteng.
Tidak cukup hanya dengan bersuara melalui lisan. Tidak pantas jika hanya
diucapkan tanpa perenungan.
Dalam Bahasa Arab, kita mengenal kata ‘Tuhan’ dengan kata ‘Ilaah’ dan ‘Robb’. Mengenai kalimat syahadat, pernah seorang paman Nabi
berkata kepada beliau ; dia bersedia mengucapkan kalimat syahadat, asalkan kata
‘Ilaaha’ diganti menjadi ‘Robba’. Lho,kenapa harus diganti?
Padahal artinya sama-sama ‘Tuhan’ ya?
Tidak! Makna ‘Ilaaha’
ternyata berbeda dengan ‘Robba’.
‘Robb’ mengandung
makna ‘Tuhan’ ; Tuhan Yang Menciptakan, Tuhan Yang Memberi rizki, Tuhan Yang
Memberi kita kehidupan. Sedangkan ‘Ilaah’ memiliki makna yang lebih dalam
daripada itu.
‘Ilaah’ berarti Tuhan ; Tuhan Yang Dicintai, Tuhan Yang
Diikuti (peraturan-Nya), Tuhan Yang Ditaati, Tuhan Yang Disembah.
Salah satu sifat baik orang-orang jahiliyyah di masa Rosul
adalah menepati janji. Mereka sangat konsisten dan menghargai arti sebuah
sumpah. Mereka tidak mau asal bicara, asal mengumbar apalagi melanggar. Mereka
tahu betul makna dari syahadatain.
Tiada Ilaah selain Allah. Artinya,
segala ketetapan dan ketentuan Allah harus menjadi bagian dari hidup mereka,
Bagian dari nafas dan denyut nadi mereka.
Tidak ada lagi kuasa, atau merasa hebat di atas
segala-galanya. Tidak bisa menjadi ‘Tuan’ yang dzalim, melainkan harus
senantiasa menghamba pada Sang Maha Raja. Konsekuensinya, orang yang telah
bersyahadat hanya boleh taat pada Allah, tunduk pada-Nya dan mencintai Dia
dengan seutuh-utuhnya cinta.
Para sahabat Nabi paham betul dengan makna syahadatain. Tidak heran, mereka dikenal
pemberani dalam menegakkan agama Allah. Mereka rela berperang demi membela agama
yang haq. Mereka tidak takut pada
apapun selain Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada yang mereka cemaskan. Pun dengan
kehilangan harta dan sanak saudara, mereka rela. Bahkan nyawa sekalipun menjadi
taruhannya.
Jika kita mencintai sesuatu, maka cinta itu harus dilandaskan
pada kecintaan kita terhadap Allah.Sebab Allah-lah Yang Menanamkan benih cinta
di hati kita. Mencintai orang tua, saudara, kerabat, sahabat, dan sesama muslim
lainnya. Apa maksudnya mencintai seseorang karena Allah?
Artinya, kita mencintai dia karena dia mencintai Allah. Karena
dia menuntun kita untuk lebih dekat dengan Allah. Kalau seandainya orang tua
kita memerintahkan kita untuk berbuat syirik atau melakukan hal-hal yang
menyimpang, maka kita tidak boleh menurut. Allah membenci perbuatan syirik,
karena itu, kita dilarang menuruti perintah yang mengarah padanya.
Mencintai seseorang karena Allah, bisa juga bermakna bahwa
kita mencintai seseorang yang dicintai oleh Allah. Mencintai sesuatu yang
disukai oleh Allah. Itulah makanya, kenapa tidak pernah ada ungkapan ‘mencintai
pacar karena Allah’. Lha, mana ada
tuntunan berpacaran dalam Islam? Memangnya Allah pernah mengajari kita tentang
pacaran? Lagipula, tidak pernah ada panduan untuk berpacaran dengan baik dan
benar, apalagi sesuai dengan syari’at Islam ( kecuali kalau pacarannya dengan
suami/istrinya sendiri ^-^).
Itulah sobat, mengapa para pejuang sejati rela berjihad
membela Islam. Karena mereka mencintai Tuhannya, bukan sekedar cinta abal-abal.
Mereka begitu konsisten menepati janji, menepati sumpah yang tersemat dalam
kalimat syahadat yang diucapkannya.
Allohu Akbar!! Allohu Akbar!! Allohu Akbar!! Insya Allah,
para mujahid sejati senantiasa dicintai oleh Allah dan dibalas dengan
syurga-Nya yang agung. Aamiin.
______________
Malam merambat naik. Materi pertama tuntas sudah.Tiba waktu
kami beristirahat.Sekali lagi, seruan takbir menggema semarak : Allohu Akbar!!
Kami beranjak menuju satu ruangan yang telah ditata apik
sebagai tempat beristirahat. Esok akan ada materi lain yang Insya Allah akan
semakin menggugah semangat kita. Waktunya istirahat...! =)
______________
Allah...kami adalah para perindu syurga. Rindu bertemu
dengan-Mu, rindu bertemu dengan Rasul-Mu. Allah.. jika kami harus mati,
pertemukanlah kami dengan-Mu dalam keadaan syahid. Aamiin. Aamiin. Aamiin. Yaa
Robbal ‘Aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar