Minggu, 21 Juni 2015

(KATANYA) MENGGALI IDE ITU MUDAH, MASA??



Apakah menggali ide untuk sebuah karya fiksi adalah hal yang mudah?

Saya pernah mengikuti sebuah seminar kepenulisan. Layaknya seminar kepenulisan pada umumnya, sang pembicara – yang tentunya adalah seorang penulis – menjabarkan tentang bagaimana cara menulis sebuah cerita, juga contoh karya-karya yang pernah ia buat. Keren.

Ketika tiba pada sesi tanya-jawab, saya mengangkat tangan dan melontarkan satu pertanyaan, yang pastinya sangat lazim kalian dengar dalam tiap seminar sejenis: Bagaimana cara menggali ide sebuah tulisan? Karena setahu saya, banyak penulis yang mengatakan, “Menggali ide itu mudah.” Amati saja sekitarmu, akan ada banyak hal yang nantinya bisa kamu tuliskan menjadi sebuah cerita.

Akan tetapi, saya melengkapi pertanyaan itu dengan sebuah request: “Tolong Anda sebutkan satu buah kata, lalu Anda buat menjadi sebuah cerita, dari awal, konflik, sampai ending-nya.” Tahu apa yang kemudian terjadi?

Sang pembicara menjadi kebingungan sendiri, dan pada akhirnya memohon maaf karena tidak dapat memenuhi permintaan saya.

Kesimpulannya, apakah menggali ide untuk menulis cerita adalah hal yang mudah?

Tidak. Ternyata, memang sulit sekaliiiiiiii...!!

Saya memang hobi menulis. Saya suka membuat puisi, cerpen, novel, apa saja. Kadang, karya yang seharusnya menjadi sangat panjang seperti novel, pada akhirnya malah tidak jadi diteruskan, berhenti di tengah jalan. Salah satu kendalanya, tentu saja ide. Tahu-tahu jalan cerita menjadi mandek, bingung bagaimana harus meneruskannya. Apalagi, saya tipikal penulis yang jarang merancang kerangka karangan terlebih dahulu – mendingan to the point saja.

Saya adalah orang yang sangat moody. Semua berjalan baik ketika mood saya baik, dan menjadi buruk ketika mood saya tidak mendukung. Jadi, bagi saya, menggali ide jelas bukan hal yang mudah dan bisa dilakukan setiap saat.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan agar tetap dapat menulis?

Bagi saya, menulis tidak harus selalu berarti menelurkan karya. Menulis bukan selalu diperuntukkan bagi puisi, cerpen, maupun novel. Mengisi diary juga menulis. Menumpahkan uneg-uneg di kertas atau di laptop juga disebut menulis.

Menulis tidak harus bagus. Tidak harus memiliki unsur-unsur intrinsik dan kriteria kepenulisan yang benar. Justru, tulisan yang baik adalah tulisan yang dibuat saat kita ingin menulisnya. Bukankah diary ditulis ketika kita sedang punya beban pikiran? Ide sebagus apa pun untuk membuat cerpen, ketika mood kita sedang tidak baik untuk menuliskannya, kacaulah tulisan kita.

So, jika kalian memang sedang tidak punya ide, tulis saja bahwa kalian sedang tidak punya ide. “AAAA... saya sebel banget gara-gara pengen nulis, tapi ide sama sekali nggak muncul di kepala saya! Saya mesti gimanaaaa...!! Pengen jalan-jalan, pengen makan es krim, ngemil sambil nonton film terbarunya Detektif Conan! Sebeeelll... banyak tugas, disuruh bikin makalah, senep sayaaa!” Itu contoh ungkapan hati, nggak masalah kalau ditulis, asal nggak dibagi-bagi. Orang lain juga senep kali dengerin omelanmu, hahaha....

Menulis itu butuh hati, ceila.... Jadi, jangan terlalu fokus pada ide atau karya yang baik. Menggali ide itu, saya akui, memang tidak mudah. Menggali ide itu sulit, tapi juga bukan berarti mustahil didapat.

Nah. Selamat menulis kembali. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar