Selasa, 09 Juni 2015

ALLAH, AKU JATUH CINTA! (Fenomena Organisasi dan Cinta)


“Duh… tuh si Mas A lucu banget, sih… gokil, bikin ketawa mulu kerjaannya,” seorang gadis cekikikan sambil bercerita tentang ulah seorang temannya. Yang mendengarkan cerita manggut-manggut sambil tersenyum, tahu betul bahwa yang diceritakan adalah teman satu organisasi mereka. Keduanya menikmati cerita sambil sesekali tertawa bersama.

“Dia emang gitu orangnya. Aku aja pernah lho, suatu hari ngobrol sama dia tentang –blalabla….” Cerita disambung oleh si teman, masih dengan tokoh yang sama. Begitu seterusnya, keduanya saling menceritakan “si Mas” yang kedengarannya begitu istimewa.
            
Di lain tempat….
‘Duh, kayaknya, aku naksir sama akhwat B. gimana ya caranya, supaya dia tahu kalau aku suka sama dia? Tapi… kalau sampai teman seorganisasi tahu, bisa runyam urusan,” seorang lelaki gelisah memegang ponselnya. Ragu-ragu antara ingin menuruti hasratnya menelepon “seseorang” atau berusaha tetap tenang dengan perasaannya.

Lain tempat lagi….
Drrrtt…! Ponsel bergetar tanda ada pesan masuk. Seorang gadis, begitu membaca nama yang tertera, langsung semangat membuka inbox-nya.
C : besok jangan lupa datang rapat, ya. Penting, ada yang mau dibahas.
Si gadis tersenyum, dengan cepat membalas pesan.
D : Iya… tau… nggak usah disuruh juga pasti datang.
C : Wah… kamu memang rajin sekaliii…. Nggak salah organisasi ini memilih kamu….
D : Hahaa… bisa ajaa, aku jadi maluuu….
Obrolan via ponsel terus berlanjut. Jika itu obrolan dengan lisan, kelihatannya, orang lain akan menangkap itu sebagai hal yang terkesan… apa ya? Mesra? Ehem….
*****

Membaca tulisan saya di atas, antum sudah bisa menebak saya ingin membahas soal apa? Kalau antum pernah punya pengalaman organisasi, yang mana organisasi itu bukan hanya berisi ikhwan (laki-laki) saja atau akhwat (perempuan) saja, melainkan membaur antara keduanya, tentu antum paham apa maksud saya. Hehehe….

Organisasi. Kalau boleh saya terjemahkan secara bebas, organisasi adalah kelompok yang bisa kalian manfaatkan untuk mengasah softskill dan mendapatkan pengalaman yang nggak akan kalian dapatkan dengan sekadar teori di bangku sekolah atau kuliah (wueess… keren gilak nggak tuh? :v). Bener, kan? Bahkan adakalanya, – terutama banget nih buat kalian yang lagi kuliah, dimana masa-masa itu biasanya lebih banyak waktu senggang daripada pas kalian masih sekolah – organisasi jadi lebih diutamakan ketimbang pendidikan. Iya nggak, sob? (Saya aja kadang gitu kok, moody banget urusan belajar. Lebih enak belajar dari pengalaman, eeaaa…!)

Lalu, apa aja yang bisa kalian dapatkan dari sebuah organisasi? Wuah, banyak! Pengalaman, asah keterampilan, asah otak (ribet ngurus acara dan dikejar deadline, sementara tugas lain di luar organisasi menunggu untuk diselesaikan), menambah teman, menambah pengalaman, termasuk… ehm, ada juga yang memanfaatkan organisasi sebagai ajang “bertemu si doi” (cuiwit!). Aduh… ada udang dibalik bakwan, nih.

Memang ya, guys, interaksi antarsesama anggota organisasi menjadi hal yang tidak terhindarkan lagi. Pasti lah ya, yang namanya komunikasi dan saling kerjasama antaranggota itu sangat dibutuhkan. Kalau nggak gitu, acara dan kegiatan yang direncanakan nggak akan bisa berjalan. Taapii… sepertinya… ada hal lain yang perlu antum perhatikan. Apa sebenarnya tujuan kalian masuk dan berkontribusi dalam organisasi?

Niat. Satu hal itu akan sangat berpengaruh terhadap apa yang selanjutnya akan kalian kerjakan. Untuk apa organisasi tersebut menyelenggarakan kegiatan? Tentu semua itu ada maksudnya. Ada tujuan yang ingin kalian capai. Oleh karenanya, sekali pun organiasi itu menuntut banyak tenaga dari kalian, sampai kalian capek dan pusing kepala sendiri, kalian akan tetap memperjuangkannya hingga berhasil. Bahkan, begitu acara sudah terselenggara pun, kalian masih bersedia meluangkan waktu untuk melakukan evaluasi. Mencari-cari letak kesalahan, bersedia menerima kritikan, demi perbaikan untuk acara selanjutnya.

So, saya ingin mengajukan satu pertanyaan: Lelah kalian itu untuk apa? Atau, untuk siapa?

Tahukan kalian? Berorganisasi juga bisa bernilai ibadah, lho. Katakanlah kalian ingin mengadakan kajian dalam rangka hari besar tertentu, yang mana kajian itu berisi tentang nasihat-nasihat baik; atau semisal kalian ingin mengadakan seminar dan mendatangkan para pakar; atau menabung bersama, mencari dana bersama, bisnis dadakan bersama demi keberlangsungan sebuah acara yang akan mengundang dan melibatkan banyak orang di dalamnya… lalu orang-orang yang mengikuti acara kalian merasa termotivasi dengan ilmu baru yang didapatkan… itu adalah tabungan kalian, sahabatku. Tabungan pahala, tabungan amal jariyah – apalagi jika orang-orang yang pernah terlibat terus berusaha mengamalkan kebaikan yang kalian tanamkan. That’s great! Kalian keren, Sobat! Pahala mengalir dengan lancar walau pun lelah kalian sudah berkurang dan hilang.

Tapi, sekali lagi, sobat, niat. Niat kalian melakukan itu dalam organisasi untuk apa? Apakah benar niatan kalian sudah lurus?

Eits, tunggu. Niat yang lurus? Niat yang seperti apa itu?

Lillah. Semua yang dilakukan berlandaskan cinta dan pengorbanan untuk Allah. Apa maksudnya? Antum tentunya sudah paham seperti apa itu niat yang lillah. Bahwa ketika kita merasa lelah, kita tidak lantas berputus asa. Ketika kita merasa jenuh, kita tidak lantas meninggalkannya. Semua usaha yang dilakukan, dilandaskan pengharapan akan mengalirnya pahala untuk kita. Bahwa kita melakukan hal itu untuk berjuang di jalan-Nya. Asek….

Lantas, sobatku. Apakah semua rasa lelah kita sudah pasti menuai pahala?
Apakah usaha kita sudah pasti diridhoi oleh-Nya?
Apakah niatan kita dapat diterima sebagai amal ibadah?

Hahaha… saya nggak lagi sok serius lho ini. Memang serius. Karena, pada kenyatannya, tidak semua lelah yang kita usahakan bisa bernilai pahala. Waduh, kan bahaya?

Tentu ini bukan sekadar hal yang bisa dianggap remeh. Sudah capek-capek, berhari-hari mikir, berhari-hari sibuk, menguras uang-waktu-tenaga… tapi ujung-ujungnya? Nol besar! Kan sayang.... trus, capek dan keringetnya kita yang kemarin kemana aja? Buat apa?

Ups, o-oww… rupanya, ada hal lain yang jadi inceran! Bukan lagi pahala. Atau, pahalanya nanti aja lah. Asal… bisa ketemu sama si dia….

Ealaah… lagi kena VMJ toh…. Itu tyuuuu… Virus Merah Jambon…. Hehehe….
Mumpung bisa ketemu sama ikhwan A, bisa ngobrol sama akhwat B, bisa sibuk bareng sama si C…. eeh, giliran si ABC yang dimaksud nggak dateng, lemes sendiri jadinya. Malas ah ikut rapat. Bête ah ikut kegiatan. Capek nih, nggak ada yang nyemangatin. Bosan nggak ada si dia….

Duh… sedih banget jadinya. Yang tadinya udah semangat karena bakal ketemu sama si doi, akhirnya jadi bad mood gara-gara si doi yang ditunggu lagi berhalangan hadir. Rapat jadi nggak konsen, apalagi di kegiatannya langsung. Yang tadinya power kayak udah full charged, mendadak jadi low battery. Percuma ikutan, kalau yang bikin semangat malah nggak ada…. T-T

Sedihnya lagi, kalau ternyata di dalam organisasi yang sama, ada yang terlibat cinta segitiga, segi empat, pentagonal, heksagonal…. Duuh… nggak tahan…. T-T Nggak kebayang gimana kacau-balaunya hati ini. Kalau digambar, bakalan ruwet banget mirip benang kusut. Urusan hati memang syelaaalu bikin otak mumet. Si A suka sama si B, B suka C, C suka D, D suka EFGHIJ. Mak… mau cemburu juga gimana…. Mereka sering bareng pun ada alasannya, kesibukan organisasi. Mau kita marah juga gimana, toh mereka punya maksudnya, demi organisasi. Sial, organisasi dijadiin alasan. Enak bener sih dia! *ceritanya lagi cemburu* Kenapa sibuknya nggak sama aku aja? Kenapa kemana-mana minta ditemenin sama dia? Aku toh kerjanya bisa lebih baik daripada dia. Iyuh!!

Dududuh… Nggak enak banget deh rasanya, kalau udah begini kejadiannya. Padahal, organisasi yang kita ikuti membutuhkan semangat dan tenaga kita. Kalau udah begini, siapa yang bertanggungjawab atas kegalauan yang menyusup ke hati? Siapa lagi yang bisa mengobati? Butuh penawar, tapi apa lagi kalau bukan si dia….?? Parahnya lagi kalau ceritanya udah masuk wilayah cemburu-cemburuan. Bisa kacau lagi urusan. Yang berteman bisa saling memunggungi, yang berkawan bisa saling menjauhi. Yang tadinya doyan bercanda jadi doyan ngegosip… ckckck….

Nah, guys. Sekali lagi, niat. Bukankah berkecimpung di organisasi memang selalu butuh pengorbanan? Tidak heran kalau kita sampai harus jungkir-balik-banting-tulang-peras-keringat saat sudah bergabung dalam sebuah perjuangan. Selama niatan kita baik, apalagi dari awal sudah lillah, percaya deh, apapun masalah loe, loe nggak akan galau, men. Apalagi kalau cuma sekadar gara-gara nggak ada yang bisa “nyemangatin”. Emangnya cheerleader?

Secapek apapun kita, sebanyak apapun hal yang harus kita usahakan, kalau larinya sudah ke Allah, semua masalah BERES! Allah sendiri yang menjamin, kok. Kalau kamu mau berjuang di jalan Allah, Allah yang bantu. Kalau kamu berkeringat kepanasan dan kecapekan karena perjuanganmu, Allah yang ganti dengan pahala. Kalau kamu sampai penat, nyaris putus asa tapi tetap memperjuangkannya, Allah yang jamin, “Surgalah balasanmu.” Nah loh, kurang keren apalagi coba?

Lillah. Bukan li-yang lain. Karena li-yang lain itu nggak akan pernah bisa menjamin lelahmu berpahala. Nggak akan bisa ngasih apa-apa, kecuali rasa senang saat bertemu, dan sedih berkepanjangan saat berpisah. Bahkan, bisa jadi akan membuka pintu bagi syaithan-syaithan terkutuk untuk menodai pikianmu dengan noda membandel, mensugesti pikaranmu untuk terus mengenang saat-saat kebersamaan dengan si dia, menjadikan cinta bermekaran di hati… padahal nggak semua cinta berasal dari Allah, tapi ada juga yang dari nafsu, lho. Wah, bahaya kalau udah begini. Bikin nggak konsen. Apa-apa dibawa susah, dibikin baper alias bawa perasaan. Kan nggak enak kalau kemana-mana yang dipikirin yang nggak ada… yang diharapkan bisa hadir malah lagi sibuk….

Nah, kalau niatannya sudah murni karena Allah, insya Allah, apa-apa jadinya kebawa seneeeng aja. Mau kerja berat ya ayuk, mau sibuk nyari dana ya oke, mau banyak-banyak rapat ya monggo, mau dibawa lembur ya nggak masalah. Kenapa? Karena tujuannya jelas. Karena ada target yang kita kejar. Dan, target itu nggak bakalan pernah mem-PHP kita; Allah SWT.

So, guys. Saya tidak sedang menasihati, apalagi menyindir siapapun. Tangan yang mengetik tulisan ini lebih dekat dengan hati pemiliknya, lebih dekat dengan lisan, mata dan telinga pemiliknya. Jadi, nasihat ini lebih pantas ditujukan kepada saya, terutama. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa tujuan yang jelas akan sangat membantu mengarahkan kemana langkah kita akan menuju. Tujuan yang nggak bikin kecewa, nggak bikin sedih, nggak bakal kasih harapan palsu, cuma ada satu. Itulah yang seharusnya kita tuju untuk perjuangan kita dalam sebuah organisasi. So, semangat Lillah, semangaaatt…!! \(^-^)/

*****

~Untuk teman-teman seperjuanganku, uhibbukum fillah.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar