Rabu, 10 Juni 2015

SAYA PUN INGIN MENJADI MANUSIA "NORMAL"


Banyak yang mengaku iri dan bertanya, bagaimana saya bisa begitu menikmati hidup. Seolah-olah saya sangat jarang diterpa masalah. Atau, jika pun saya menghadapi suatu masalah, saya bisa dengan santai menghadapinya.

Lantas, ada juga yang berspekulasi bahwa saya seperti ini karena saya memiliki golongan darah yang dikenal memiliki sifat sangat menikmati hidup. Lho? Saya tidak mengerti mengapa ini semua bisa sampai dikaitkan dengan golongan darah. Entahlah. Yang jelas, beberapa orang menilai saya seolah tidak serius dalam menjalani hidup.

Saya hanya bisa tersenyum. Begitu ya, orang menilai saya? Yah, bagus lah. Setidaknya, mereka bisa belajar untuk tenang dalam menghadapi masalah. Apakah ini karakter yang buruk?

Adakalanya, ya – saya merasa, ini agak keterlaluan juga. Maksud saya, bagaimana kalian bisa tetap tertawa, sementara kalian sedang dihadapkan pada situasi yang begitu buruk?

Saya kadang bingung dengan diri saya sendiri. Apakah ini sifat yang “tidak waras”?

Begini. Pernah suatu ketika, saya mendapat tugas dari dosen untuk membuat makalah. Salah satu kebiasaan saya adalah, saya paling tidak suka mengerjakan tugas tepat waktu – harus mepet dengan deadline, barulah ide bisa mengalir dengan lancar (mungkin ini salah satu alasan mengapa teman-teman melihat saya seolah tidak pernah sibuk dengan tugas. Yah... karena saya suka menumpuk tugas dalam satu waktu, dan beres dalam satu waktu pula, hehehe).

Saya mengerjakan makalah, malam sebelum tugas wajib dikumpulkan. Serius sekali saya kerjakan makalah itu, sampai tidak peduli kalau malam sudah semakin larut.

Beberapa jam kemudian, alhamdulillah, tugas selesai dengan baik. Ahh... leganya bukan main. Saya dengan senangnya tersenyum menikmati “hasil karya” saya. Lalu, karena saya merasa ada beberapa file  yang menumpuk dan sepertinya tidak lagi terpakai, saya hapuslah file-file itu. Lalu, eh, ada file “Daftar Pustaka”? Ah, sudah tidak terpakai lagi. Dibuang saja. Maka, klik! Dengan sekali tekan tombol delete, terhapuslah file­-file tak berguna itu. Saya bernapas dengan lega. Wah... wah... wah....
Sedetik, dua detik, tiga detik. Saya baru sadar, sepertinya, ada yang salah. Hei, bukannya tadi nama file makalah saya adalah....

Glek! Tepat sekali. Daftar Pustaka! Saya lupa mengganti nama file­-nya dengan “Makalah”, “Tugas”, atau apalah. Dan... Emmaaaaaaaaakkk.... apa yang sudah anakmu ini lakukaaaaann...??? Huaaaaaa...!!!

Serasa ingin menangis keras-keras saja! Saya frustasi! Berulang kali mencoba memeriksa ulang file, tapi percuma. Sudah terhapus dengan sangat jelas. Jejaknya pun tak terlihat di Recycle Bin karena saya menyimpan dan menghapusnya di fashdisk. Oh ya Robb... that was a terrible night!!

Saya kesal pada diri saya sendiri. Lebih kesal lagi karena teryata, di saat situasi sudah serunyam itu, saya tidak bisa menangis! Benar-benar tidak bisa menangis. Saya justru malah tertawa dan curhat di grup WA tentang kejadian yang menimpa saya. Saya sendiri heran kenapa saya malah jadi tertawa – walaupun dengan tawa yang bagi saya sendiri dirasa tak nyaman; bagaimanalah mau nyaman kalau situasinya saja seperti ini? Betapa cerobohnya. Betapa frustasi, sekaligus membingungkannya.

Saya lihat jam, oh, sudah hampir tengah malam. Bagaimana ini? Benar-benar sudah mepet, mau-tidak mau memang harus dilembur. Tapi, saya bosan mengerjakan makalah yang sama, dan tentu saja, saya harus merangkai ulang kata-kata yang sudah saya buat dan saya hapus dengan gegabah.

Akhirnya, saya memilih untuk mencari hiburan barang sejenak. Saya putar lah film Doraemon, “Stand by Me”. Baru di situ saya bisa nangis, gara-gara film. -__-

Puas nonton, semangat saya seperti di-charge kembali. Entah apakah ini efek dari melihat tekad si Nobita untuk menjadi lebih baik (untuk sejenak, saya merasa memiliki banyak kesamaan dengan Nobita, aish!). Selesai nonton, saya buat lagi makalah dari awal sampai akhir. Kapok dengan kejadian yang lalu, saya ganti nama file dengan nama yang lebih “masuk akal”. Menjelang Subuh, barulah makalah itu selesai. Ahh... alhamdulillah... pengalaman lembur yang nggak akan terlupakan!

So, kesimpulannya, mengapa saya bisa terlihat begitu tenang dan santai? Saya benar-benar tidak tahu. Kadang, saya pun ingin seperti orang kebanyakan, yang terlihat “normal” dengan menangis saat mendapat masalah, atau setidaknya terlihat sedih dan semacamnya. Tapi saya tidak... dan ini membuat saya bingung sekaligus... sedih. -.-

Bukan berarti saya tidak pernah menangis. Bukan berarti saya tidak pernah merasa putus asa. Hanya saja, bagi saya, setiap pengalaman adalah guru yang berharga. Saya sangat menghargai bagaimana cara “guru terbaik” saya itu memberikan pelajarannya. Kadang, saya dibuat sangat bahagia. Namun adakalanya, saya pun bisa dibuat merasa sangat jatuh dan kebingungan mencari pijakan. Saya seperti menemukan jalan buntu, namun ternyata, dengan usaha yang sedikit lebih keras, saya sadar kalau jalan buntu itu tidak ada. Pasti ada penyelesaian untuk setiap masalah. PASTI.


Sedari awal, saya sudah berkomitmen. Apa pun pelajaran yang saya dapatkan dalam hidup ini, saya hanya akan mengambil hikmahnya dan menikmati hidup dengan cara saya saja. Saya akan berusaha untuk menikmatinya, bahkan dalam lelah sekali pun. Bagi saya, hidup di dunia ini saja seperti sebuah wujud cinta Tuhan untuk diri saya. So, nikmati saja. Jalani saja, sambil tak pernah lepas berharap, Allah akan memeluk hangat mimpi-mimpi kita. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar