Tisa lagi sibuk dengan setumpuk buku-buku berbahasa Inggrisnya. Di sebelahnya, si Farah asyik saja mengangguk-angguk dengan earphone di telinga. Mulutnya ngoceh merapal lirik lagu. Buku-buku sastra Indonesia juga numpuk di sebelah, tapi disentuh pun tidak.
"Belajar woy, nyanyi mulu kayak suaramu bagus aja," Tisa susah konsentrasi di samping Farah. Teman sekosannya itu kalau sudah asyik paling nggak bisa diganggu.
"Males ah, bentar lagi juga belajar," entah udah berapa kali kalimat itu dia ulang-ulang. Ponsel terus yang dia perhatikan. Tiba-tiba, sambil nyengir, dia nyeletuk, "Masih zaman aja ya, sms penipuan kayak gini."
"Apaan?"
"Nih, barusan aku dapat sms. Ngakunya, sih dari operator. Katanya aku dapat hadiah motor Mio...."
Tisa nyengir, geleng-geleng kepala. Ah, itu mah udah biasa.
Mereka kembali dengan kesibukan masing-masing.
Nggak lama kemudian, Farah berhenti menyanyi.
"Halo?" dia perbaiki posisi earphone-nya. Ada yang telepon rupanya.
"Siapa ya?"
Tisa perhatikan, raut wajah Farah serius sekali. Kemudian, dia nyengir, lantas serius lagi.
"Hah? Masa sih, Mas? Beneran?"
Tisa mendekat. Bertanya lewat gerak bibir tanpa suara. 'Apaan, sih?'
"Mas-mas yang ngaku dari operator," Farah mencabut earphone dan menyetel ponselnya ke mode loudspeaker. Bukan Tisa yang minta, tapi Farah antusias sekali ingin menunjukkannya.
"... Halo, Mbak?" terdengar suara dari seberang.
"Cuekin aja, sih...." bisik Tisa tak digubris si empunya ponsel.
"Eh iyaa... halo, Mas...??" Farah girang bukan kepalang.
"Iya halo... jadi, Mbak... dengan... Mbak siapa?"
"Farah."
"Oh, Mbak Farah ya? Mbak Farah dengan nomer 085229xxxxxx... betul?"
"Iya betul."
"Iya, Mbak Farah, selamat ya... Anda adalah pemenang undian TelkomsayPoin dan berhak mendapatkan hadiah satu unit sepeda motor matic dari Telkomsay...." suara di seberang terus saja mengoceh. Nggak sadar kalau yang ditelepon malah asyik manyun-manyun menirukan suaranya sambil menahan tawa.
Melihat tingkah temannya, Tisa mau-nggak mau jadi abai dengan tugas kuliahnya. Menarik. Farah bisa aja ngerjain orang.
"Ya Allah, Maas... ini beneran, Mas?? Serius? Saya dapat motor??"
"Iya, Mbak...."
"Mas nggak becanda, kan? Serius? Beneran??"
"Iya, Mbak Farah____"
Kyaaaa... Ya Allah alhamdulillaah... alhamdulillaah... saya mau punya motooor...! Dikirim ke sini kan, Mas... iya, kaaan...??"
Lebay juga ini si Farah.
"Iya Mbak, nanti minta tolong Mbak kirimkan alamat lengkap Mbak Farah ya.... Dan sebelumnya Mbak, untuk mendapatkan hadiah tersebut, dimohon memenuhi ketentuan yang berlaku. Mbak Farah bisa...."
Si Mas ngoceh terus di seberang, menyebutkan syarat-syarat yang nggak didengerin Farah, malah lawan bicaranya itu keasyikan ngikik di ruang tamu kosannya. Tisa nggak kalah gemas dengerinnya. Ini anak serius banget becandanya.
"Halo, Mbak?" si Mas cari perhatian lagi.
"Eh, iya Mas... saya masih di sini...."
"Iya, jadi bagaimana, Mbak Farah?"
"Apanya, Mas, yang gimana?" berlagak telmi si Farah ini.
"Tadi saya sudah sebutkan syarat-syaratnya... saya ulang ya...."
"Nggak, Mas, nggak usah, saya ingat, kok. Mas beneran, kan...??"
"Iya, Mbak. Saya manager di operator ini____"
"Alhamdulillaah... saya seneng banget lho, Mas...."
"Iya, alhamdulillah ya, Mbak ya...." si Masnya nyahut aja.
"Mbak Farah, ada dua pilihan warna motor, Mbak ingin yang biru atau yang merah?"
Agaknya serius betul si mas-mas ini mau nipu orang.
"Udah warna apa aja, Mas. Asalkan Mas yang pilihin, saya mau!!" Farah mulai ngelantur.
"Iya Mbak, baiklah kalau gitu____"
"Mas Joko?"
"Ya? Eh, nama saya Edi, Mbak."
"Iya, saya manggil tukang bakso lewat."
Tisa cekikikan. Mana ada tukang bakso?
"Mas Edi...."
"Iya, Mbak Farah?"
"Saya senang bisa kenal sama Mas."
"Iya Mbak, sama-sama. Saya juga... eh?"
"Mas tahu? Saya pengen nyanyi buat Mas, sebagai ucapan terima kasih dari saya. Mas dengerin ya...?? Suara saya bagus, lho...."
Mas Edi ketawa. Sebelum si Mas bilang apa-apa, Farah sudah mulai bernyanyi.
"Hari ini... adalah lembaran baru bagikuu...."
Tisa kepingkal-pingkal nutupin wajahnya pakai bantal. Anak-anak kosan yang lain tiba-tiba saja jadi ikutan nimbrung. Masih sambil nyanyi, Farah kasih kode.
"Inilah... diriku... dengan melodi untukmuuu... SEMUANYA!"
"DAN BILAA... AKU BERDIRIII... TEGAAR... SAMPAI HARI INII... BUKAAAN KARNA KUU...AT DAN HEBATKUU...UUU...."
Anak-anak sekosan ramai bikin paduan suara. Tisa tambah kepingkal-pingkal. Farah membekap mulutnya pakai bantal. Parah si Tisa mah, ngakaknya nggak ketulungan.
Di seberang sana, Mas Edi nggak mampu berkata-kata. Yang ditelepon asyik bikin paduan suara tanpa jeda. Bukan cuma sampai reff, tapi sampai kelar itu lagu.
"SEMUAA... KARENA CINTAA...."
"Ee... Mbak...."
"SEMUA... KARENA CINTAA...."
"Mbak...?"
"TAK MAAAMPU DIRIKU... DAPAT BERDIRI TEGAR... TERIMA KASIH CINTAA...."
"Hh... Mbak Farah?"
"TRIMAKASIH... CINTAA...!"
"Mbak...??"
"Gaes, Yovie and Nuno, Manusia Biasa. Jeng-jeng-jeng--MASIH KUINGAAT SELALU... SAAT KAU BERJANJI... PADAKU... APAA...??"
"TAKKAN PERNAH ADA CINTA YANG LAINNYA, TERASA BEGITU INDAAAAAAHH...!!"
*****