“Duh… tuh si Mas A lucu banget, sih… gokil, bikin ketawa mulu
kerjaannya,” seorang gadis cekikikan sambil bercerita tentang ulah seorang
temannya. Yang mendengarkan cerita manggut-manggut sambil tersenyum, tahu betul
bahwa yang diceritakan adalah teman satu organisasi mereka. Keduanya menikmati
cerita sambil sesekali tertawa bersama.
“Dia emang gitu orangnya. Aku aja pernah lho, suatu hari
ngobrol sama dia tentang –blalabla….” Cerita disambung oleh si teman, masih
dengan tokoh yang sama. Begitu seterusnya, keduanya saling menceritakan “si
Mas” yang kedengarannya begitu istimewa.
Di lain tempat….
‘Duh, kayaknya, aku naksir sama akhwat B. gimana ya caranya,
supaya dia tahu kalau aku suka sama dia? Tapi… kalau sampai teman seorganisasi
tahu, bisa runyam urusan,” seorang lelaki gelisah memegang ponselnya. Ragu-ragu
antara ingin menuruti hasratnya menelepon “seseorang” atau berusaha tetap tenang
dengan perasaannya.
Lain tempat lagi….
Drrrtt…!
Ponsel bergetar tanda ada pesan masuk. Seorang gadis,
begitu membaca nama yang tertera, langsung semangat membuka inbox-nya.
C : besok jangan lupa datang rapat, ya. Penting, ada yang mau
dibahas.
Si gadis tersenyum, dengan cepat membalas pesan.
D : Iya… tau… nggak usah disuruh juga pasti datang.
C : Wah… kamu memang rajin sekaliii…. Nggak salah organisasi
ini memilih kamu….
D : Hahaa… bisa ajaa, aku jadi maluuu….
Obrolan via ponsel terus berlanjut. Jika itu obrolan dengan
lisan, kelihatannya, orang lain akan menangkap itu sebagai hal yang terkesan…
apa ya? Mesra? Ehem….
*****
Membaca
tulisan saya di atas, antum
sudah bisa menebak saya ingin membahas soal apa? Kalau antum pernah punya pengalaman
organisasi, yang mana organisasi itu bukan hanya berisi ikhwan (laki-laki) saja atau akhwat (perempuan) saja, melainkan membaur
antara keduanya, tentu antum
paham apa maksud saya. Hehehe….
Organisasi.
Kalau boleh saya terjemahkan secara bebas, organisasi adalah kelompok yang bisa
kalian manfaatkan untuk mengasah softskill
dan mendapatkan pengalaman yang nggak akan kalian dapatkan dengan sekadar teori
di bangku sekolah atau kuliah (wueess… keren gilak nggak
tuh? :v). Bener, kan? Bahkan adakalanya, – terutama banget nih buat kalian yang
lagi kuliah, dimana masa-masa itu biasanya lebih banyak waktu senggang daripada
pas kalian masih sekolah – organisasi jadi lebih diutamakan ketimbang
pendidikan. Iya nggak, sob?
(Saya aja kadang gitu kok, moody banget
urusan belajar. Lebih enak belajar dari pengalaman, eeaaa…!)
Lalu,
apa aja yang bisa kalian dapatkan dari sebuah organisasi? Wuah, banyak!
Pengalaman, asah keterampilan, asah otak (ribet ngurus acara dan dikejar deadline, sementara tugas lain di luar
organisasi menunggu untuk diselesaikan), menambah teman, menambah pengalaman,
termasuk… ehm, ada juga yang memanfaatkan
organisasi sebagai ajang “bertemu si doi” (cuiwit!). Aduh… ada udang dibalik bakwan,
nih.
Memang
ya, guys,
interaksi antarsesama anggota organisasi menjadi hal yang tidak terhindarkan
lagi. Pasti lah ya, yang namanya komunikasi dan saling kerjasama antaranggota
itu sangat dibutuhkan. Kalau nggak gitu, acara dan kegiatan yang direncanakan
nggak akan bisa berjalan. Taapii… sepertinya… ada hal lain yang perlu antum perhatikan. Apa sebenarnya tujuan kalian masuk dan berkontribusi dalam
organisasi?
Niat.
Satu hal itu akan sangat berpengaruh terhadap apa yang selanjutnya akan kalian
kerjakan. Untuk apa organisasi tersebut menyelenggarakan kegiatan? Tentu semua
itu ada maksudnya. Ada tujuan yang ingin kalian capai. Oleh karenanya, sekali pun
organiasi itu menuntut banyak tenaga dari kalian, sampai kalian capek dan
pusing kepala sendiri, kalian akan tetap memperjuangkannya hingga berhasil.
Bahkan, begitu acara sudah terselenggara pun, kalian masih bersedia meluangkan
waktu untuk melakukan evaluasi. Mencari-cari letak kesalahan, bersedia menerima
kritikan, demi perbaikan untuk acara selanjutnya.
So, saya ingin mengajukan satu
pertanyaan: Lelah kalian itu untuk apa? Atau,
untuk siapa?
Tahukan
kalian? Berorganisasi juga bisa bernilai ibadah, lho. Katakanlah kalian ingin
mengadakan kajian dalam rangka hari besar tertentu, yang mana kajian itu berisi
tentang nasihat-nasihat baik; atau semisal kalian ingin mengadakan seminar dan
mendatangkan para pakar; atau menabung bersama, mencari dana bersama, bisnis
dadakan bersama demi keberlangsungan sebuah acara yang akan mengundang dan
melibatkan banyak orang di dalamnya… lalu orang-orang yang mengikuti acara
kalian merasa termotivasi dengan ilmu baru yang didapatkan… itu adalah tabungan kalian, sahabatku. Tabungan
pahala, tabungan amal jariyah – apalagi jika orang-orang yang pernah terlibat
terus berusaha mengamalkan kebaikan yang kalian tanamkan. That’s great! Kalian keren, Sobat! Pahala mengalir dengan lancar
walau pun lelah kalian sudah berkurang dan hilang.
Tapi,
sekali lagi, sobat, niat.
Niat kalian melakukan itu dalam organisasi untuk apa? Apakah benar niatan
kalian sudah lurus?
Eits,
tunggu. Niat yang lurus? Niat yang seperti apa itu?
Lillah. Semua yang dilakukan
berlandaskan cinta dan pengorbanan untuk Allah. Apa
maksudnya? Antum tentunya sudah paham seperti apa
itu niat yang lillah. Bahwa
ketika kita merasa lelah, kita tidak lantas berputus asa. Ketika kita merasa
jenuh, kita tidak lantas meninggalkannya. Semua usaha yang dilakukan,
dilandaskan pengharapan akan mengalirnya pahala untuk kita. Bahwa kita
melakukan hal itu untuk berjuang di jalan-Nya. Asek….
Lantas,
sobatku. Apakah semua rasa lelah kita sudah pasti menuai pahala?
Apakah
usaha kita sudah pasti diridhoi oleh-Nya?
Apakah
niatan kita dapat diterima sebagai amal ibadah?
Hahaha…
saya nggak lagi sok serius lho
ini. Memang serius. Karena, pada kenyatannya, tidak semua
lelah yang kita usahakan bisa bernilai pahala. Waduh,
kan bahaya?
Tentu
ini bukan sekadar hal yang bisa dianggap remeh. Sudah capek-capek, berhari-hari
mikir, berhari-hari sibuk, menguras uang-waktu-tenaga… tapi ujung-ujungnya? Nol besar! Kan sayang.... trus, capek dan
keringetnya kita yang kemarin kemana aja? Buat apa?
Ups,
o-oww… rupanya, ada hal lain
yang jadi inceran! Bukan lagi pahala. Atau, pahalanya nanti aja lah. Asal… bisa ketemu sama si dia….
Ealaah…
lagi kena VMJ toh…. Itu
tyuuuu… Virus Merah Jambon….
Hehehe….
Mumpung
bisa ketemu sama ikhwan A, bisa ngobrol sama akhwat B, bisa sibuk bareng sama
si C…. eeh, giliran si ABC yang dimaksud nggak dateng, lemes sendiri jadinya. Malas ah ikut rapat. BĂȘte ah ikut kegiatan. Capek nih, nggak
ada yang nyemangatin. Bosan nggak ada si dia….
Duh…
sedih banget jadinya. Yang tadinya udah semangat karena bakal ketemu sama si doi, akhirnya
jadi bad mood gara-gara si doi yang ditunggu lagi berhalangan
hadir. Rapat jadi nggak konsen, apalagi di kegiatannya langsung. Yang tadinya power kayak udah full charged, mendadak jadi low battery. Percuma
ikutan, kalau yang bikin semangat malah nggak ada…. T-T
Sedihnya
lagi, kalau ternyata di dalam organisasi yang sama, ada yang terlibat cinta segitiga, segi empat, pentagonal, heksagonal….
Duuh… nggak tahan…. T-T Nggak kebayang gimana kacau-balaunya hati ini. Kalau
digambar, bakalan ruwet banget mirip benang kusut. Urusan hati memang syelaaalu
bikin otak mumet. Si A suka sama si B, B suka C, C suka D, D suka EFGHIJ. Mak…
mau cemburu juga gimana…. Mereka sering bareng pun ada alasannya, kesibukan organisasi. Mau kita
marah juga gimana, toh mereka punya maksudnya, demi
organisasi. Sial, organisasi dijadiin alasan. Enak bener sih dia!
*ceritanya lagi cemburu* Kenapa sibuknya nggak sama
aku aja? Kenapa kemana-mana minta ditemenin sama dia? Aku toh kerjanya bisa
lebih baik daripada dia. Iyuh!!
Dududuh… Nggak enak banget deh rasanya,
kalau udah begini kejadiannya. Padahal, organisasi yang kita ikuti membutuhkan
semangat dan tenaga kita. Kalau udah begini, siapa yang bertanggungjawab atas
kegalauan yang menyusup ke hati? Siapa lagi yang bisa mengobati? Butuh penawar,
tapi apa lagi kalau bukan si dia….??
Parahnya lagi kalau ceritanya udah masuk wilayah cemburu-cemburuan. Bisa kacau
lagi urusan. Yang berteman bisa saling memunggungi, yang berkawan bisa saling
menjauhi. Yang tadinya doyan bercanda jadi doyan ngegosip… ckckck….
Nah,
guys. Sekali lagi, niat. Bukankah berkecimpung di
organisasi memang selalu butuh pengorbanan? Tidak heran kalau kita sampai harus
jungkir-balik-banting-tulang-peras-keringat saat sudah bergabung dalam sebuah perjuangan. Selama niatan kita baik, apalagi
dari awal sudah lillah, percaya
deh, apapun masalah loe, loe nggak akan galau, men.
Apalagi kalau cuma sekadar gara-gara nggak ada yang
bisa “nyemangatin”. Emangnya cheerleader?
Secapek
apapun kita, sebanyak apapun hal yang harus kita usahakan, kalau larinya sudah
ke Allah, semua masalah BERES!
Allah sendiri yang menjamin, kok. Kalau kamu mau berjuang di jalan Allah, Allah
yang bantu. Kalau kamu berkeringat kepanasan dan kecapekan karena perjuanganmu,
Allah yang ganti dengan pahala. Kalau kamu sampai penat, nyaris putus asa tapi
tetap memperjuangkannya, Allah yang jamin, “Surgalah
balasanmu.” Nah loh, kurang keren apalagi coba?
Lillah. Bukan li-yang lain. Karena li-yang lain itu nggak akan pernah bisa
menjamin lelahmu berpahala. Nggak akan bisa ngasih apa-apa, kecuali rasa senang
saat bertemu, dan sedih berkepanjangan saat berpisah. Bahkan, bisa jadi akan
membuka pintu bagi syaithan-syaithan terkutuk untuk menodai pikianmu dengan
noda membandel, mensugesti pikaranmu untuk terus mengenang saat-saat
kebersamaan dengan si dia, menjadikan cinta bermekaran di hati… padahal nggak
semua cinta berasal dari Allah, tapi ada juga yang dari nafsu, lho. Wah, bahaya
kalau udah begini. Bikin nggak konsen. Apa-apa dibawa susah, dibikin baper alias bawa perasaan.
Kan nggak enak kalau kemana-mana yang dipikirin yang nggak ada… yang diharapkan
bisa hadir malah lagi sibuk….
Nah,
kalau niatannya sudah murni karena Allah, insya Allah,
apa-apa jadinya kebawa seneeeng aja. Mau kerja berat ya ayuk, mau sibuk nyari dana ya oke, mau
banyak-banyak rapat ya monggo,
mau dibawa lembur ya nggak masalah. Kenapa? Karena tujuannya jelas. Karena ada
target yang kita kejar. Dan, target itu nggak bakalan pernah mem-PHP kita;
Allah SWT.
So, guys.
Saya tidak sedang menasihati, apalagi menyindir siapapun. Tangan yang mengetik
tulisan ini lebih dekat dengan hati pemiliknya, lebih dekat dengan lisan, mata
dan telinga pemiliknya. Jadi, nasihat ini lebih pantas ditujukan kepada saya,
terutama. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa tujuan yang jelas akan sangat
membantu mengarahkan kemana langkah kita akan menuju. Tujuan yang nggak bikin
kecewa, nggak bikin sedih, nggak bakal kasih harapan palsu, cuma ada satu.
Itulah yang seharusnya kita tuju untuk perjuangan kita dalam sebuah organisasi.
So, semangat Lillah, semangaaatt…!! \(^-^)/
*****
~Untuk teman-teman seperjuanganku, uhibbukum fillah.