Sambil menunggu dosen masuk kelas,
aku buka-buka lagi catatanku semasa Aliyah dulu. Widiiih, banyak buanget ceritanya! Sampai bingung mau
baca yang mana. Akhirnya, karena Bapak Dosen belum datang-datang juga, ya udah deh, tuh buku kubaca-baca aja semuanya.
Setelah
kubaca ulang catatan ini, aku serasa tertohok. Ya Robbii... ternyata selama ini
aku jarang sekali bersyukur. Aku merasa telah kufur. Gimana enggak? Catatan ini mengingatkanku pada masa-masa
perjuanganku dulu. Saat dimana aku merasa lelah, penat lahir-batin, berusaha
demi bisa kuliah... demi bisa melanjutkan pendidikan dan menyusun masa
depan.Lalu, ketika akhirnya semua itu kudapatkan, kemana syukurku? Kemana
tekadku? Kemana semangatku??
..........
Senin,
4 Maret 2013
Hari
yang sibuk, padat, dan melelahkan. Demi bisa mendaftar Bidik Misi, aku sampai
harus stay di kantor TU dari sepulang
sekolah sampai selepas Maghrib.
Sore
itu, aku memang sudah ada niat untuk mendaftar. Untung saja ada yang menemani :
Rizza, Fida, Muzda, dan Mbak Novi. Kita pilih kantor TU sebagai lokasi, karena
bisa Wi-Fian. Jadi kalau mau
internetan, baik yang bawa laptop sendiri maupun pinjam komputer kantor,tetap
gratis tis tisss!!(Lagipula guru-guru kami begitu baiiiiikk, jadi kami
diizinkan untuk memakai komputer TU. Masya Allah... kami didukung penuh supaya
bisa kuliah. Hiks, jazakumullah,
guru-guruku tercinta... :’) )
Rizza sendiri mau sekalian daftar SNMPTN, karena kemarin dia belum sempat daftar. Tapi sayang, laman pendaftaran SNMPTN susah sekali untuk diakses. Pasti banyak juga yang sedang mendaftar. Maklum, se-Indonesia. Kebayang, kan gimana banyaknya? Aksesnya jadi lemot banget.
Entah
kenapa daftarnya bisa sampai selama itu. Waktu yang kami pilih pun nggak tepat banget ; sekitar jam empat
sore, setelah les Bahasa Inggris dan Matematika berlangsung. Begitu selesai
les, aku dan teman-teman langsung cabut
aja ke kantor.
Sampai
menjelang Maghrib, pendaftaran belum juga kelar. Kang Dul yang biasanya
bertugas mengunci ruangan-ruangan di Ma’ahid, sampai capek nungguinnya. Hihi...
‘afwan ya, Kang? Tapi kita tanggung
jawab, kok. Rizza minta tolong aja ke Kang Dul buat istirahat dulu, nggak perlu nungguin kita. Okelah, Kang Dul percaya. Jadi dia meninggalkan kami
dan pergi ke ruang perpustakaan.
Muzda
dan Fida yang kebetulan sedang berpuasa, mau-nggak mau akhirnya berbuka puasa di sana. Sebelum adzan Maghrib
berkumandang, Fida dan Mbak Novi pergi membeli makanan dengan naik motor.
Begitu kembali ke sekolah, mereka membawa gorengan, dua botol air mineral
dingin, dan beberapa bungkus nasi, lengkap dengan lauk dan sambalnya. Hmm...
nikmat sekali rasanya. Sudah, sesorean itu kita sibuk berkutat di kantor TU
sambil makan malam bersama.
Seru
sekali, bisa dapat pengalaman baru yang mengasyikkan. Di tengah kemelut bimbang
dan rasa was-was yang mencekam, kami masih sempat mewarnai waktu dengan canda
dan tawa. Walaupun sambil geregetan dan rasa tidak sabaran saat harus
memelototi dan mengisi satu per satu laman pendaftaran, kami masih saja asyik
bercanda dan menikmati makan malam yang sederhana. Capek memang. Tapi toh kami
sempat tertawa-tawa juga.
Menjelang
jam tujuh malam, kami baru bisa pulang. Rizza pulang sendirian, Fida
berboncengan dengan Mbak Novi, dan aku diantar pulang oleh Muzda. Aku ingat,
sepedaku masih di tempat penitipan di Besito. Ah, biarlah. Besok saja
diambilnya.
Sebelum
pulang, kita minta tolong Kang Dul buat ngunci kantor TU. Nggak lupa, kita juga bilang
makasih karena Kang Dul sudah berbaik hati menunggu dan tidak berniat mengunci
kita di dalam ruangan (waduh!), hehe....
Sudah.
Malam itu, sedikit kelegaan telah menyejukkan hati kami. Yah, sedikit, karena
kita perjalanan masih teramat panjang....
*****
dan akhirnya kiniii... :)
BalasHapusalhamdulillah :)
Good luck mbak Qonitiii....
Iyaa jazakillah Mbak Fidaa... Barakallah juga untukmu, Ukhty... ^^
BalasHapus