Tahukah, guys? Hal-hal di bawah ini, mungkin kelihatannya sepele saja jika
dilakukan. Nggak banyak merugikan orang lain, dan mungkin orang-orang juga
nggak akan protes jika kita melakukannya. Tapi... ups! Perlu kalian perhatikan, nih.
Walaupun mungkin kelihatannya sepele,
dan orang-orang juga nggak protes dengan sikap kita, bukan berarti hal-hal di
bawah ini menjadi sah-sah saja untuk dilakukan. Nggak diprotes, bukan selalu berarti ‘boleh’, lho ya? Bisa jadi karena enggan menegur, kesal dan mengumpat
dalam hati, atau diam-diam membicarakan si subjek dari belakang. Waduh, kalau
sudah begini, jangan sampai deh, kita menyepelekan hal-hal kecil yang
kenyataannya menyakitkan buat orang lain.
Apa aja sih, hal-hal sepele yang kurang
menyenangkan itu? Nah, di sini, saya akan merangkum delapan hal sepele yang
sebenarnya mengganggu. Apa saja itu? Yuk, check
this out!
----------
Sering nggak sih, lihat lingkungan yang
nggak sedap banget dipandang mata, gara-gara sampah yang bertebaran
dimana-mana? Sampah yang menumpuk, selain nggak sedap dipandang mata, juga
dapat menimbulkan bau yang nggak sedap, bahkan menularkan kuman penyebab
penyakit.
Seringkali, orang menyepelekan sampah
kecil dan melemparkannya begitu saja sesuka hatinya. Padahal, bisa jadi tempat
sampah ada di dekat dia. Begitu sadar ada tempat sampah, eeh, bukannya diambil lagi trus dibuang ke situ, malah dibiarin! Ckckck....
Coba bayangkan. Jika setiap orang
menganggap remeh satu bungkus permen saja, dan semua orang memiliki jalan
pikiran yang sama. Akan seperti apa jadinya tumpukan sampah yang menggunung
itu? Ini nggak bisa dianggap sepele, lho. Jika semuanya memandang remeh perihal
membuang sampah sembarangan, wuah... bisa gawat, nih bumi kita.
Makanya, kalau belum menemukan tempat
sampah, pegang saja dulu, atau taruh di saku. Begitu nemu tempatnya, buanglah
di situ. Wah... hebatnya jika setiap orang mau melakukannya. Yuk, kita mulai
dari diri kita sendiri. Biasakan membuang sampah pada tempatnya. J
----------
Seringkali kita dapati –nggak di
sekolah, di kampus, di jalanan... banyak lah!– coretan-coretan nggak
penting dan nggak jelas yang merusak pemandangan. Yang isi coretannya, paling
seputar umpatan, cacian, contekan, kata-kata galau, support buat klub sepak bola ini dan itu, gambar-gambar rak nggenah, dan berbagai macam coretan
yang... aduh, simpelnya saya katakan, nggilani!
Akibatnya, tembok-tembok jadi penuh
dengan coretan, meja-kursi penuh goresan Tip-X, lingkungan jadi nggak sedap
dipandang mata. Kesannya jadi kotor dan nggak terawat. Mending sih, kalau grafitti-nya bagus, dan malah sudah
dinyatakan legal atau sah untuk membuat coretan itu (ada loh, yang sudah dapat
perizinan, dan tentulah gambarnya nggak sekedar gambar abal-abal tanpa
estetika, wedeuh....). Tapi kalau yang asal semprot, asal
gores, asal gambar? Bahkan, ada pula yang meja-kursinya sampai disayat-sayat
pakai cutter. Kalau ditanya alasannya, apa jawabnya? "Iseng aja". Wah wah wah... nggak etis, deu!
Kalau alasannya cuma iseng, mending
corat-coret di kertas aja. Ingat, lingkungan itu milik kita bersama, lho. Jadi,
harus senantiasa dijaga dan bukan malah merusaknya.
----------
3. Ditunggu tapi Lelet
Pernah mengalami kejadian seperti ini?
Kamu lagi naik angkot. Ceritanya udah buru-buru banget tuh, mau ada acara. Nah, di tengah-tengah perjalanan, angkot berhenti. Ada calon penumpang yang udah dilambai-lambaiin sama bapak angkotnya. Si calon penumpang tidak mengangguk atau menggeleng, tapi tetap berjalan mendekat. Tapiii... subhanallah... jarak antara calon penumpang dan angkot masih 100 meter lagi, dan si calon penumpang jalannya aluuuuuuss banget. Kayak nggak sadar kalau lagi ditungguin. Hadeeeh... kalau udah gini sih, bikin gedek banget namanya.
Kalau kejadiannya kayak gitu, dan andaikan posisimu adalah sebagai si calon penumpang, ada beberapa tips dan saran yang ingin saya bagikan. Jika jarak antara kamu dan angkotnya masih jauh, usahakan untuk mempercepat langkah. Jika perlu, setengah berlari. Ini menunjukkan kalau kamu menghargai kebutuhan orang lain di dalam angkot, andaikata ternyata mereka sedang terburu-buru.
Atau, kalau kamu pengennya jalan dengan santai, sebaiknya gelengkan saja kepalamu saat bapak angkot melambaikan tangannya. Artinya, tolak saja angkot yang itu dan tunggulah angkot berikutnya. Dengan begini, kita nggak akan membuat orang lain menunggu dan diam-diam menggerutu ngrasani kita. Setuju...?
----------
4. Menyeret Langkah Kaki
Simpel aja. Menyeret langkah kaki, apalagi di atas tanah atau pasir, apalagi pakai alas sepatu, itu tuh rasanya... aduh, bikin geli telinga. Rasa gelinya tuh, geli-geli risih gitu. Tiap bunyi srak-srek yang dihasilkan saat sandal/ sepatu yang dipakai bergesekan dengan tanah, akan terasa mengganggu dan 'menyakitkan' di telinga.
So, kalau jalan kaki, lebih baik kakinya diangkat saja. Usahakan untuk tidak menyeretnya, kasihan orang lain yang mendengarnya. Oke? ;)
----------
=>>> next =>>
----------
4. Menyeret Langkah Kaki
Simpel aja. Menyeret langkah kaki, apalagi di atas tanah atau pasir, apalagi pakai alas sepatu, itu tuh rasanya... aduh, bikin geli telinga. Rasa gelinya tuh, geli-geli risih gitu. Tiap bunyi srak-srek yang dihasilkan saat sandal/ sepatu yang dipakai bergesekan dengan tanah, akan terasa mengganggu dan 'menyakitkan' di telinga.
So, kalau jalan kaki, lebih baik kakinya diangkat saja. Usahakan untuk tidak menyeretnya, kasihan orang lain yang mendengarnya. Oke? ;)
----------
=>>> next =>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar