Senin, 13 April 2020

TEKS DRAMA

Drama merupakan salah satu jenis karya sastra. Seperti halnya karya sastra lainnya, drama juga memiliki unsur-unsur yang membangunnya. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur tersebut, coba kamu baca teks berikut.


MENYONTEK



Pagi itu, suasana kelas terlihat lebih sepi dari biasanya. Anak-anak sibuk dengan buku IPA-nya masing-masing. Gilang yang baru datang, sambil menguap, langsung duduk di kursinya dan menyenggol lengan Arya.

Gilang : “Eh, pada kenapa, nih? Tumben rajin baca buku.”

Arya : “Hari ini, kan ada ulangan IPA.”

Gilang : (Melongo) “Hah? Ulangan?? Kok aku nggak tahu, sih?” (Melihat jam dinding dan jadi bertambah panik) “Lima menit lagi masuk?? Aduuhh… gimana ini? Mana aku belum belajar, lagi!”

Arya : “Pasti semalam kamu keasyikan main game. Doni, kan sudah mengingatkan di grup kelas kalau hari ini ada ulangan.” (Kembali sibuk dengan bukunya)

Gilang : “Ah, gimana, dong?” (Diam sebentar, lalu mengeluarkan buku LKS, menyobek kertas buku tulis dan mengambil pulpen)

Arya : “Mau ngapain?”

Gilang : “Sst, udah, diam aja.” (Menyalin beberapa catatan dari LKS ke kertas)

Arya : “Heh, kamu mau nyontek, ya?”

Gilang : “Sst… jangan bilang siapa-siapa, ya. Nanti kalau kamu minta sontekan, aku kasih, kok.”

Arya : “Dosa, tahu!”


Bel tanda masuk berbunyi nyaring. Gilang mempercepat gerakan menulisnya. Tidak lama kemudian, Bu Ratna, guru IPA, masuk kelas.

Bu Ratna : “Selamat pagi, anak-anak…!”

Murid-murid : “Selamat pagi, Bu…!”


Anak-anak berdoa bersama, seperti biasanya. Lalu, Bu Ratna meminta seisi kelas mengumpulkan LKS dan menyiapkan selembar kertas untuk ulangan.

Soal ulangan IPA mulai dibagikan. Anak-anak mengerjakan dengan serius tanpa suara. Sementara itu, dari tempat duduknya, Gilang mulai berkeringat dingin. Takut-takut dia membuka lembaran kertas sontekannya di bawah meja.


Gilang : (Membatin) “Duh, bahaya kalau sampai ketahuan. Mana soalnya susah-susah begini. Eh, tadi kayaknya… aku sempat mencatat yang ini.”

Gilang terus sibuk mengerjakan soal dengan sontekannya. Arya yang duduk di sampingnya hanya geleng-geleng kepala.

Saat sedang sibuk menyalin jawaban, tiba-tiba sebuah penggaris panjang diketuk-ketukkan di atas meja Gilang. Dia terkejut mendengar suara deheman yang dikenalnya. Bu Ratna tahu-tahu sudah berdiri di hadapan, melihat Gilang sedang membuka lipatan kertas contekan. Gilang buru-buru memasukkkan sontekan itu ke laci meja.

Bu Ratna : “Itu apa, Gilang? Bawa kemari!” (Mengulurkan tangan, meminta kertas sontekan Gilang)

Gilang : “Ee… anu, Bu. Itu… ee….”

Bu Ratna : “Tidak usah anu-itu, anu-itu. Bawa ke sini, cepat!” (Tegas)

Gilang : “ (Takut-takut menyerahkan kertas contekan)

Bu Ratna : “Apa ini? Sontekan?”

Gilang : (Tidak menjawab dan terus menunduk)

Bu Ratna : “Kok berani-beraninya kamu menyontek saat ulangan? Semalam kamu ngapain aja?”

Gilang : “Ee… anu, Bu… main game.”

Bu Ratna : “Ohh… main game. Jadi game lebih penting dari belajar, ya? Silakan kalau kamu mau melanjutkan main game. Daripada pusing-pusing mikir ulangan. Boleh kamu lanjutkan game-nya di luar kelas.”

Gilang : “Tapi, Bu….”

Bu Ratna : “Silakan keluar kelas!”


Gilang tidak bisa membantah. Sambil menunduk karena malu, dia berjalan keluar kelas. Pintu kelas ditutup. Saat di luar, Gilang tidak sengaja berpapasan dengan guru BK.

Gilang : “Waduh!”

Guru BK : “Hei, kenapa kamu ada di luar?”

Gilang : “Ee… disuruh keluar sama Bu Ratna, Bu.”

Guru BK : “Kenapa disuruh keluar?”

Gilang : “Saya… menyontek, Bu.”

Guru BK : “Loh, gimana toh? Kalau begitu, ayo ikut Ibu ke ruang BK.”


Gilang semakin berkeringat. Bisa panjang urusannya kalau sudah dengan BK.

Hari itu, Gilang dihukum membersihkan toilet kelas dan menulis di selembar kertas “Astaghfirullah… saya berjanji tidak akan menyontek lagi” sebanyak-banyaknya. Capek dan malu dengan hukuman yang diberikan, Gilang jadi kesal dengan dirinya sendiri yang tidak bisa mengatur waktu dengan baik.

*****


Nah, setelah membaca teks tersebut, coba kamu jawab pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Apa tema dari cerita tersebut?

2. Menurutmu, bagaimana watak/karakter tokoh Gilang dan Arya? Jelaskan!

3. Di mana dan kapan peristiwa tersebut terjadi?

4. Seperti apa suasana yang tergambar dalam cerita?

5. Mengapa Gilang menyontek saat ulangan IPA?

6. Seandainya kamu jadi Arya, apa yang akan kamu lakukan?

7. Apa hukuman yang diberikan Bu Ratna terhadap Gilang?

8. Apa hukuman yang diberikan guru BK terhadap Gilang?

9. Apa amanat/pesan moral yang bisa kamu dapatkan dari cerita tersebut?

10. Coba kamu ceritakan kembali teks tersebut dalam bentuk rangkuman, minimal satu paragraf (percakapan tidak perlu dicantumkan).

TEKS DISKUSI

Perkembangan teknologi di bidang informasi yang begitu pesat, disadari atau tidak, telah membuat setiap masalah dan peristiwa begitu cepat diketahui oleh pembaca. Tak jarang, masalah dan peristiwa tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan pembaca. Sikap pro dan kontra tentang sebuah masalah sering kali disajikan dalam teks diskusi.

Perhatikan teks berikut.


Makan Mi Instan Dicampur Nasi




Mi instan termasuk salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Mi cepat saji ini sudah dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak. Untuk menikmatinya, cukup dengan menambahkan air panas dan bumbu-bumbu yang sudah ada di dalam paketnya. Begitu praktis dan mudahnya mi instan ini disajikan. Bahkan, sering kali, mi instan ini disajikan dengan dicampur nasi sebagai pengganti sayur.

Secara medis, mengonsumsi mi instan yang dicampur dengan nasi dapat meningkatkan risiko diabetes. Meskipun mi instan menawarkan cita rasa yang menggugah selera makan, kandungan nutrisi di dalamnya hampir tidak ada. Mi instan justru mengandung berbagai jenis senyawa yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit diabetes.

Mi instan juga mengandung lemak. Jenis senyawa tersebut akan meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan risiko diabetes. Obesitas merupakan salah satu faktor pemicu munculnya diabetes. Meningkatnya kadar lemak dalam tubuh kita secara drastis akan menyebabkan resistensi insulin. Padahal, insulin sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mengontrol jumlah gula dalam darah. Oleh karena itu, lebih baik menghindari mi instan yang dicampur dengan nasi daripada hanya mengikuti selera makan yang akan berdampak serius terhadap kesehatan tubuh.

Meskipun demikian, banyak kalangan yang berpendapat bahwa tak masalah apabila makan mi dicampur nasi karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang menganggap nasi sebagai makanan pokok. Selain praktis, mi instan juga bisa menjadi pengganti sayur atau lauk-pauk yang bisa dicampur dengan nasi. Selain dapat menghilangkan rasa lapar, mi instan juga bisa menghemat waktu. Selama tidak dijadikan sebagai menu harian, mi instan bercampur nasi bisa dijadikan sebagai menu selingan sehingga tidak memberikan dampak negatif bagi kesehatan.

Kalau memang benar bahwa makan mi instan bercampur nasi memiliki risiko terhadap penyakit diabetes, kita memang perlu berhati-hati mengonsumsinya. Kalau hanya sesekali dikonsumsi sebagai selingan, mungkin risikonya tidak terlalu fatal. Namun, kalau terlalu sering, apalagi dijadikan sebagai kebiasaan, kita harus menghindarinya. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

(Dirangkum dari berbagai sumber)

*****


Nah, setelah membaca teks tersebut, coba kamu jawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Topik apakah yang dibahas dalam teks tersebut?

2. Mengapa mi instan dikatakan cukup praktis dan mudah dalam mengonsumsinya?

3. Mengapa mi instan yang dicampur dengan nasi dapat meningkatkan risiko diabetes?

4. Mengapa obesitas dianggap sebagai salah satu faktor pemicu munculnya diabetes?

5. Mengapa masih banyak kalangan masyarakat yang beranggapan bahwa mi yang dicampur dengan nasi tidak menimbulkan masalah?

6. Informasi apa yang kamu dapatkan dari teks tersebut? Coba ceritakan kembali isi teks dalam bentuk rangkuman, minimal satu paragraf!